22

593 112 5
                                    


* DANGER *

.

.


Lisa sudah memasuki masa internship, pendidikan terakhir sebelum dia mendapatkan gelar sarjana kedokterannya.

Tidak mudah untuk Lisa mengurangi waktunya bersama Jeka. Dalam seminggu dia bertemu dengannya hanya dua kali, makan malam atau pergi ke suatu tempat. Tapi hal itu malah membuatnya didera rasa kangen yang cukup berat. 

Dia berusaha untuk melakukan komunikasi yang lebih sering dengan Tama. Dan laki-laki itu memang berhasil mengambil alih kembali hatinya ketika mereka sudah mulai teleponan atau video call.

Seperti sore-sore di hari minggu seperti ini.

"Besok aku udah ikut papa ke kantor, buat belajar ngurus perusahaan dari sekarang."

Lisa menyuapkan mie ayam yang dibelinya dari tukang mie yang lewat kontrakan. Handphonenya diletakkan di depan piringnya, diganjal dengan gelas. 

"Bagus dong, biar nanti kamu gak kaget sama berkas-berkas numpuk di meja kantor."

Tama menunjukkan senyum manisnya.

"Bagaimana skripsi kamu?"

"Udah masuk bab terakhir." 

"Nanti koas, kamu mau nerusin di Yogya atau di Jakarta?"

"Aku gak tahu, masih belum kepikiran. Teman-temanku banyak yang nerusin di sini sih."

"Aku harap kamu bisa koas di Jakarta aja."

Lisa tersenyum.

"Iya, nanti aku usahin."

"Kamu sendirian di kontrakan, kok sepi. Rosie sama Jimy kemana?"

"Katanya sih lagi ke rumah dosen buat bimbingan skripsi."

"Hari libur gini?"

"Biar cepet lulus katanya, jadi kita wisudanya bareng nanti." Lisa terkekeh, mengingat perjuangan Rosie dan Jimy yang ingin menyusul cumloudenya.

Tama ikut terkekeh. 

Lisa menghabiskan makananya lalu membereskan mangkok kotor di wastafel. Kemudian berjalan ke kursi bersama laptopnya yang masih menyala, melanjutkan tugas-tugasnya. Tama masih terhubung, hanya memperhatikan pacarnya yang mulai mengetik. 

Karena tidak ingin mengganggu, Tama mengakhiri video call mereka.

"Sayang, aku mau mandi dulu ya. Kamu lanjutin dulu kerjaan kamu, nanti aku hubungi kamu lagi."

"Oh, ya udah...bye." 


Hampir satu jam Lisa sibuk dengan laptopnya, diA kemudian menyandarkan punggungnya, menatap layar tipis itu dengan malas. Kerjaannya masih banyak, tapi sepertinya dia memerlukan sesuatu untuk melonggarkan otot-otot tegangnya. Ketika kakinya hendak berjalan ke arah dapur, dia mendengar suara motor berhenti di depan kontrakan, Lisa langsung menoleh keluar jendela dan melihat Jeka turun dari motornya. Lisa langsung merapikan rambutnya.

Jeka mengetuk, dan Lisa segera membukakan pintu.

"Jimy belum pulang ya?" Jeka masuk, melihat sekilas meja tamu yang berantakan dengan peralatan skripsinya Lisa.

"Dia masih di tempat dosennya." Sahut Lisa, duduk lagi di depan laptopnya.

"Gue mau temenin Jimy nyari onderdil mobilnya, gue pikir dia udah di kontrakan."

YOUR EYE TELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang