ISEY || CHAPTER TIGA PULUH TUJUH

597 42 5
                                    

[I Shall Embrace You]

-

-

Sorry pake banget udah bikin kalian nunggu lama kelanjutan cerita gaje ini

aku udah agak lama nggak ngelanjutin cerita ini karena lagi nulis cerita lain.

jadi mesti aku baca ulang dulu buat dapet feelnya.

Semoga suka ya! tolong tandain ya kalo ada typo.

Happy reading

-

-

-

Cia menghela nafas. Kepalanya terasa sakit saat ia berusaha bangkit dari tempat tidur. Salah satu tangannya memijat keningnya lembut sedangkan tangan yang lain menyangga tubuh agar tidak ambruk. Gadis itu mengedarkan tatapannya. Suasana sudah gelap, entah berapa jam ia tertidur di kamar ini. Kamarnya, bukan...kamar Vian.

Samar-samar kejadian di rumah sakit mulai datang memenuhi pikirannya. Ia tidak tahu apakah itu hanya mimpi buruk saja atau kenyataan yang menyerang melukai hatinya. Ia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa berakhir di kamar ini.

Cia menoleh ke sisi sebelah kanan tempat tidur. Kosong. Laki-laki itu tidak ada.

Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya. Ia meraih ponsel di atas nakas. Menatap layarnya guna melihat jam. Pukul dua pagi. Gadis itu mengusap wajahnya lalu turun dan melangkah ke arah cermin di dekat lemari.

Kacau. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan penampilan Cia malam ini. Wajahnya nampak kusut dengan mata sembab dan hidung yang memerah. Rambut acak-acakan serta baju yang belum diganti. Air matanya jatuh lagi.

"Cia?"

Gadis itu spontan menoleh. Bola matanya berserobok dengan mata sayu milik Vian yang berdiri menatapnya di depan pintu kamar mandi. Laki-laki itu menenteng handuk kecil di tangannya. Rambutnya masih basah. Guratan lelah pada wajahnya semakin jelas tersorot oleh cahaya lampu kamar mandi yang masih menyala. Laki-laki itu mengangkat tangannya lalu menutup pintu kamar mandi dan berjalan ke arah lemari sembari mengeringkan rambut dengan handuk kecil itu.

Cia bergeser ke kiri sembari membuang muka. Tangannya mencengkram kuat sudut meja saat aroma sabun dari tubuh Vian semakin jelas di indra penciumannya. Cia berdiri mematung. Tatapan matanya berpusat pada kedua ibu jari kakinya. Seolah tak ingin bertatapan dengan Vian yang sedari tadi sudah memperhatikan tingkahnya.

Laki-laki itu mengambil baju kaos acak lalu memakainya. Ia kemudian berjalan ke arah tempat tidur sembari terus memperhatikan Cia yang masih berdiri mematung membelakangi kaca.

"Cia, are you okay?" tanya Vian lembut saat laki-laki itu sudah menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur.

Cia menggigit bibir bawahnya kuat, ia tak ingin lagi menangis. Tidak di depan laki-laki ini. Dahi Vian mengerinyit heran. "Kenapa tadi nggak bilang kalau mau pulang?" tanya Vian lagi.

Cia masih diam seribu bahasa. Ia masih setia mematung di ujung sana, lalu seketika, "nggak usah dekat-dekat," ucapnya pada Vian saat laki-laki itu bangkit dari tempat tidur. Ucapan Cia membuat Vian yang hendak melangkah ke arahnya ikut mematung di tempat.

"Kenapa?" tanya Vian bingung. Sungguh hari ini Vian lelah. Ia hanya ingin istirahat dengan tenang sebab siang tadi setelah Cia pergi dari rumah sakit, Vian juga pamit pergi karena harus mengurus beberapa hal di kampus. Setelah itu ia ikut meeting projek sosial yang diadakan oleh alumni jurusan kampusnya.

I SHALL EMBRACE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang