Part 5 : Si Butut

62 8 2
                                    

Selepas dari sekolah, Ara memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, sayangnya sepeda motor miliknya tiba-tiba saja berhenti di jalanan. Terpaksa Ara berhenti dan berusaha untuk mengecek keadaan motor miliknya itu.

"Aduhh,... Lo kenapa lagi si hah? Pake acara berhenti di jalan lagi? Ini tuh masih jauh dari rumah, Lo mau gue tinggalin di sini sendirian biar di culik sama orang terus Lo ntar gak di kasih makan uli, gk ada yg mandiin Lo iya? Ini udah paling bener gue yang jadi majikan lo" ucap Ara saat turun dari motornya dan bermonolog pada sepeda motor miliknya yang sudah berumur, bagaimana tidak motor itu adalah motor pertama yang kedua orang tuanya beli saat baru saja mereka menikah. Jadi usianya jauh lebih tua dari Ara bukan?

"Ini gimana coba? Woy sadar Napa" ucapnya lagi mulai emosi sambil memukul-mukul sepeda motornya agar menyala

"Bukannya kamu yang harusnya sadar?" Ucap seseorang sambil menunjukkan senyumannya karena lucu melihat kelakuan Ara

"Kak fajar?" Kaget Ara saat mengetahui tiba-tiba ada fajar didekatnya. Sejak kapan coba fajar berada di dekatnya

"Ngapain ngomong sama motor? Dia gak bakal denger semua ocehan kamu" ucap fajar sambil bergerak mengotak-atik motor milik Ara tersebut

"Kak fajar dengerin semua ocehan aku?" Tanya Ara tak percaya

"Hem, dari mulai kalimat mau emang kamu di culik?"

"Kakak ngikutin Ara?' tanya Ara kembali

"Enggak" elaknya

"Terus?"

"Banyak tanya ya kamu" ucapnya sambil tersenyum

"Yodah kal..." ucap Ara dan segera di potong oleh penjelasan Fajar

"Nggak sengaja aku liat cewek ada di pinggir jalan keknya lagi mogok motornya, jadi aku samperin mau bantuin. Eh taunya itu kamu" jelas fajar

"Iya gitu?" Tanya nya tak percaya, lagipula setau dirinya rumah sahabat kakanya itu tidak melewati jalanan ini

"Udah" ucap fajar, ya fajar sudah selesai memperbaiki motor Ara yang Mogot barusan

"Udah?" Tanya ulang Ara karena tak mengerti dengan ucapan Fajar

"Sepeda motor kamu udah bisa dijalanin, sekarang kamu coba deh" ucap fajar sambil tersenyum simpul karena melihat Ara yang sedari tadi terus mengoceh hingga tanpa sadar jika fajar sudah selesai membenarkan sepeda motor miliknya

"Oh, eheheh iya kak" ucap Ara dan mulai mencoba menyalakan sepeda motornya, dan benar saja motor itu langsung menyala

"Sial nih motor ketemu cogan dikit aja nyala, giliran sama gue ngambek an Lo" ucap Ara dengan lirih namun masih bisa didengar oleh Fajar

"Mau langsung pulang?" Tanya Fajar

"Iya"

"Aku anter" jawab Fajar

"Nggak usah" tolak Ara dengan cepat

"Kenapa?" Tanyanya

"Itu apa..., Ini kan kak fajar rumahnya nggak searah sama Ara jadinya ngerepotin ntar malahan, yodah Ara duluan aja Assalamualaikum" jawab Ara dengan cepat, bisa bermasalah dia dengan papanya jika tau pulang malam dengan cowok. ya walopun Fajar adalah sahabat dari Bagas tapi tetap saja papanya itu paling tidak suka jika anaknya pulang telat hingga malam terlebih lagi Ara adalah perempuan. Bagi papanya laki-laki itu sama saja, seberapa alim dia jika sudah khilaf ya khilaf ga bisa diganggu gugat.

Sekarang Jam menunjukkan pukul 06.30. perjalanan dari sekolah menuju rumah yang tadinya hanya bisa dihabiskan dengan 30 menit perjalanan menjadi molor berjam-jam akibat motor yang tiba-tiba saja mogok.

"Ini semua gara-gara Lo ya! Awas aja kalo sampe gue dimarahin sama bokap. Gue cekik Lo" ucap Ara konyol pada sepeda motor miliknya

"Ara pulang. Assalamualaikum" ucapnya dengan keras

"Waalaikumsalam. Dari mana?" Bukan Bagas yang menjawab, apalagi mamanya. Melainkan suara berat milik papanya yang menyambut Ara sambil bersedekap tangan di dada dan menyenderkan badannya pada tembok ruang tamu

"Papa? Papa kapan pulang? Ara kangen banget sama papa" ucapnya dengan wajah sumringah dan berjalan dengan cepat berniat memeluk sang papa. Berharap ia lolos dari imtrogasi dadakan sang papa

"Duduk!" Ucap papanya tegas

"Di sini?" Tanya Ara sambil menunjuk lantai. Ini gue beneran disuruh duduk di lantai gitu maksudnya? Kira-kira begitulah batin Ara

"Kursi" jawab Ayahnya dan langsung dipatuhi oleh Ara

"Jelasin" ucap papanya itu membuka suara lagi. Oke lagi-lagi Ara juga tidak paham perkataan sang papa. Jelasin apanya? Gagal paham beneran. Jelasin adalah kebanyakan kata yang digunakan oleh seseorang yang sedang cemburu. Jadi apa ayahnya cemburu? Oh no! Big no! Mungkin lebih tepatnya Khawatir. Yap khawatir.

"Kenapa pulang telat" ucap Andre, ayah Ara dengan jelas

"Oh, itu tadi si butut pa mogok Astagfirullahaladzim. Bisa-bisanya dia mogok padahal udah sering Ara bawa ke bengkel tetep aja mogok an dia. Dasar manja untung aja tadi ada yang nolongin Ara jadi Ara gak sampe ngesot buat pulang ke rumah" ucap Ara mendramatisir ceritanya. Btw si butut itu adalah nama dari motor milik Ara ya. Sebenarnya tidak butut motornya bisa dibilang masih bagus dan layak di jalanan hanya saja penyakitnya kadang suka mogok di tengah jalan memang bikin kesal.

"Siapa?" Tanya papanya lagi. Oke kalo ini Ara sungguh bingung, siapa apanya? Apanya yang siapa? Memang siapa yang dimaksud papanya itu?

"Siapa pa?" Tanya Ara ulang barangkali ia salah dengar

"Siapa dia?" Tanya ayahnya lagi

"Dia siapa?" Tanya Ara sekali lagi mulai kesal karena papa dan kakanya itu sama-sama irit bicara. Jika irit bicara tapi jelas mah gapapa ini, udah irit gak jelas pula. Mari sebut Astagfirullah. Oke lanjut

"Itu yang..." Ucap Andre namun segera di potong oleh Salma sang istri.

"STOPPP!" Ucap mamanya merentangkan kedua tangannya untuk menyudahi kegiatan introspeksi kali ini. Ia sudah lelah mendengarkan ocehan anak dan suaminya itu sama-sama tidak ia paham di otaknya.

"Kenapa?" Tanya Andre

"Kalian itu ya kenapa dari tadi ngomongnya gak jelas. Mama nggak ngerti. Serasa bloon tau gak" ucap Salma

"Ehehe..., abis papa tuh ma yang gak jelas ngomongnya" jawab Ara

"Ngatain papa?" Tanya Andre pada Ara

"Enggak. Ara ngomong jujur pa" jawab Ara

"Jujurnya kamu menyakitkan" ucap papanya.

"Ya udah Ara boong" ucap Ara

"Boong itu dosa Ara" tegur mamanya

Begitulah kira-kira introgasi yang mendadak menjadi perdebatan tidak un faedah sama sekali. Sementara Bagas. Anak sulung dari keluarga itu tak mau ambil pusing dengan perdebatan ketiganya. Bagas justru lebih memilih untuk duduk manis di sofa sambil sibuk memainkan hp nya.

Halo semuanya ...
Hari ini aku balik lagi, maaf karena lama nggak update, lupa kata sandi yeorobun😖
Menurut kalian gimana sama cerita ini? Ada beberapa bagian part yang aku revisi. Masih suka? Lanjut? Apa nggak ya enaknya?
Kasih vote dan commentnya ya kalo kalian masih suka dan tertarik sama cerita ini.
Makasih juga buat yang udah mau mampir untuk sekedar baca.
Ily all❤️

DEAR MAYOR (REVISI + ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang