Darah mengalir deras setelah gue menusukan leher gue sendiri sebanyak tiga kali.
Gue mengulum senyum kecil akan apa yang gue lihat sekarang.
Papa tak bergeming, air wajahnya penuh dendam. Tak ada niat sama sekali untuk mengkhawatirkan gue, yang sebentar lagi mungkin akan menjemput ajal.
Sampai detik terakhir mata gue menangkap Mark yang berlari ke arah gue, dan memangku gue.
“(y/n) sadar!!”
“(y/n)!!!!”
“BAJINGAN!”
Mark melayangkan bogemnya ke arah Taeyong. Wajah mulus Taeyong menjadi korban keganasan Mark, yang dikuasai emosi dan terbakar amarah.
Mark masih belum selesai disana, Taeyong sudah terkapar lemas tak berdaya. Tetapi kepuasan Mark untuk membalaskan dendam harus tertahan, karena (y/n) yang harus segera diselamatkan.
Mark segera menghampiri (y/n) dan menggendongnya, sampai..
PRAK!
Pukulan keras dari sebuah vas menghantam kepala Mark. Pecahan pecahan vas berceceran di sekitar kaki Mark disusul tetesan darah.
Tangan Mark merasakan basah di belakang kepala, dan menatap nanar kepada sang oknum yang sedang tertawa, Taeyong.
“Udahlah, biarin aja dia mati. Gak usah so soan jadi pahlawan lo.”
Mark membaringkan (y/n) secara perlahan. Tangannya bergetar dan menyentuh lembut pipi (y/n) yang penuh bercak darah.
“Even though it's hard. Please, hold on. For my sake.” tangis Mark pecah.
“At least, jadi pahlawan lebih mulia daripada jadi setan kayak lo!”
Ucapan Mark menyulut emosi Taeyong, Mark terbatuk batuk setelah mendapatkan tinju dari Taeyong.
Sebelum Mark sempat membalas, sirine polisi dan ambulance bersahut sahutan disusul beberapa polisi bersenjata yang memasuki rumah.
🌼🌼🌼
“Pa, saya gak seharusnya disini. Saya harus ngeliat kondisi (y/n).” tegas Mark.
Polisi bername tag Chittapon Ten Wicaksono mendengus setelah mendengar rengekan Mark yang terus menerus ingin keluar dari ruang interogasi.
“Kamu cinta sama dia?” tanya Ten.
Meski out of the box, Mark langsung menjawab dan mengangguk mantap.
“Cinta banget.”
“Kamu sayang sama dia?” tanyanya lagi.
“Sejak 17 tahun yang lalu, rasa sayang itu udah tumbuh.”
“Kamu siap ngelindungin dia dengan segenap kekuatan yang kamu miliki?”
Apa ini termasuk pertanyaan dalam sesi interogasi? ah peduli setan, yang penting gue harus cepet nemuin (y/n). Batin Mark kalut.
“Apapun saya lakuin, apapun itu. Meski nyawa saya jadi taruhan.”
“Pffft- Bucin banget anjir.” Ten tertawa ngakak.
Mark makin heran.
“Hahaha maaf maaf.” Ten mengusap air mata di pelupuk mata. “Kamu anaknya Dokter Jeffrey William kan? Saya temennya. Kamu jangan khawatir, Jae bakal segera hubungin saya seputar kondisi pacar kamu.”
Mark bernafas lega mendengarnya.
“Makanya kalau mau cepet ketemu sama dia, bantu kita dengan bekerja sama dalam kasus ini.” tutur Ten yang diangguki Mark.
Taeyong divonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Atas penyiksaan dan percobaan pembunuhan yang dilakukan selama bertahun-tahun, ditambah dengan tuduhan penggelapan uang sebesar 15 triliun.
“Hadaaah, ternyata gue morotin duit haram.” ucap Dita yang berpapasan dengan Mark di lorong kantor polisi.
“Apa lo liat liat?!” sarkas Dita. “Oh ya, katanya anak baragajul itu masih belom sadar juga ya? Gue gak yakin dia bakal selamat.”
Tak menggubris ucapan Dita, Mark segera berlari menuju rumah sakit.
Sesampainya disana, Mark menangkap sebuah ruangan dengan seorang gadis dan suster di sampingnya yang sedang menutupi wajah gadis itu dengan kain.
“Ketika kamu menemukan gadis yang ingin kamu lindungi, lindungi dia sampai mati. Kalau dia sampai terluka, berarti kamu gagal.”
Ucapan Mamanya terngiang ngiang di kepala Mark sesaat setelah melihat nama yang terpampang di ujung ranjang itu.
“Pa...” lirih Mark kepada ayahnya yang menghampirinya dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Tanpa berbicara apapun, Jaehyun memeluk erat tubuh Mark, membiarkan Mark menangis sekeras kerasnya.
END AJA GAK NIII?
KAMU SEDANG MEMBACA
fakboi | mark lee [✓]
Short Story❝semua cowok itu brengsek, kecuali gue yang punya 11 cewek.❞