“Iya ini mau masuk ke pesawat, udah ah berisik.”
Gue menutup telepon dari kak Dahyun dan memandang tiket pesawat Air 127 dengan tujuan Los Angeles.Sebelum memasuki pesawat, gue tertahan sebentar dan menoleh ke belakang.
“Aish, ngarep apa sih gue? Ngarep disusul Mark? Bodoh.”
Gue merebahkan diri dan mengingat kejadian semalam,
Alih alih memarahi Mark atau menghujani dengan jutaan makian, gue cuma bisa nangis dan mengurung diri gue di kamar mandi. Menidurkan tubuh gue yang lelah, di dalam bath tub yang keras dan dingin.
Gue merasa berada di titik terendah, gak ada pelarian, gak bisa ngadu ke siapa-siapa, gak ada lagi yang bisa gue percaya.
Gue ingat dengan jelas bahwa si Karina ini cewek yang bersama Mark, saat kejadian dia nabrak spion mobil Jeno di depan rumah gue. Dan, di hari yang sama dia ada saat Mark mabuk berat.
Mungkin di hari yang sama juga mereka ngelakuin itu, lol malah jadi suudzon.
Mark membuka pintu dan berjalan perlahan mendekati gue, reflek gue memalingkan wajah ke arah lain.
“Iya gue tidur sama Karina."
Gue tersenyum kecut, Mark gak denial sama sekali.
“Bangga lo?”
“I didn't think long at that time, cuma gara-gara gue liat lo sama Jeno di dalem mobilㅡ”
“Apa yang lo liat? Lo liat gue macem-macem sama dia? Enggak kan? Tapi malah lo yang macem-macem sama cewek lain.” sarkas gue.
“Apa yang gue bilang dari dulu. Gue gak peduli lo mau macarin beratus cewek bahkan satu negara lo pacarin i don’t f*cking care. Asal jangan lo hamilin. Tapi ini udah keterlaluan banget, lo malah ngecewain gue, lo hamilin dia! Astaga Mark...”
Mark mengusak rambutnya, air mukanya kesal bercampur penuh penyesalan. “Gue bakal buktiin bahwa tuduhan itu salah, bisa aja kan itu bukan anak gue?”
Gue tertawa, “Dengan bangsatnya lo bisa bilang kaya gitu? Lo gak liat raut wajah Karina yang putus asa? Oke, lo gak akan ngerti. Tapi sesama wanita, gue tau dia gak bohong.”
“Sayang, i'm promiseㅡ”
Gue bangun dan berjalan ke luar, perlahan menoleh ke arah Mark,
“Stop it Mark, dari awal gue udah gak yakin sama hubungan kita. Karena gue tau watak lo, sifat lo, kekurangan lo, kelebihan lo, kebiasaan lo. Kita gak kenal setahun dua tahun, 21 tahun Mark. Dan gue juga tau, satu hal yang gak bisa lo jaga. Your promise.”
🌼🌼🌼
“Papa gak izinin kamu pergi kemanapun.”
Tahan papa Jaehyun setelah gue menuruni tangan sembari menggeret 2 koper.
“Maaf pa, aku ga butuh izin papa.” jawab gue.
“Mau kemana?”
Tak menggubris pertanyaan Mark, gue lanjut berjalan.
“Gak bisa kaya gini.”
“Terus maunya kaya gimana? Kayak yang lo mau? Lo tetep nikahin gue dan dengan teganya menelantarkan anak lo?”
“ITU BUKAN ANAK GUE!!”
Teriakan Mark menggema di segala penjuru rumah diikuti keheningan setelahnya.
“Kenapa lo gak bisa percaya sama gue?” ucap Mark yang sudah menangis terisak.
“Setelah semua yang kita lalui, lo masih berharap gue percaya sama lo? Mark, enough. It's enough to hurt our hearts with each other.” Gue membuka pintu dan menemukan Karina tertunduk dan menangis.
Gak ada yang mau gue omongin ke Karina, tapi gue tertahan karena Karina menarik tangan gue.
“Maaf.”
Tak ada niat untuk menjawabnya, gue hanya membungkuk pelan dan mengelus perutnya, “Jaga baik-baik mamamu ya?”
Gue memasuki pesawat dengan hati yang siap dan penuh keyakinan. Tanpa gue ketahui, Mark menyusul gue ke bandara, dan mencari gue selama berjam jam.
📞Lucas is calling...
Mark berdecak kesal, ia sudah cukup kelelahan setelah mencari (y/n). Setelah berdering cukup lama, ia mengangkat teleponnya dan melotot tak percaya dengan apa yang di katakan Lucas.
Segera ia mengetik sesuatu di Google, beberapa artikel sudah menerbitkan berita yang sama, yang membuat Mark terduduk lemas.
“Pesawat Air 127 dengan tujuan Los Angeles terjatuh dan hilang kabar. Terakhir terdeteksi di samudra pasifik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
fakboi | mark lee [✓]
Short Story❝semua cowok itu brengsek, kecuali gue yang punya 11 cewek.❞