18. crack

2.1K 418 55
                                    

☁️Minggu sore
📍 SM Mart


“Saya dulu loh yang megang.”






Sarkas mba berponi, yang berbarengan dengan gue ngambil stock sosis terakhir.

“Tapi aku yang bukain pintu kulkasnya mba!”

“Punya saya pokonya!”

“Aku iih!”

“Saya!”

“Suit!”

“Ayok!”

Si Mba: 📃     Gue: 🗿

Ribut lagi karena gue minta suit ulang, sampe...

“Sayaang~”

Reflek gue noleh karena suara yang tak asing di kuping, tapi mba poni juga ikutan noleh.

“Sebentar sayang.” // “Loh.. PAPA?”

Dan itulah pertemuan pertama gue sama Dita, pacarnya papa Taeyong. Yang mau ga mau papa harus go public backstreetnya selama ini.

Kali ketiga gue ketemu Dita, ternyata orangnya asik banget. Apalagi kita sama-sama ngestan NCT, jadi bisa ngefangirl bareng.

Tapi detik ini gue tarik asumsi gue yang menganggap Dita bisa menggantikan posisi mama, setelah gue denger dia telefonan yang berisi...

“Yaa, lumayan lah dari morotin si Taeyong. Tinggal gue singkirin anak baragajul itu doang. Setelah semua beres, kita nikah di Bali ya Johnny.”






Tanpa aba-aba tangan gue meraih rambutnya dan menjambak dengan kekuatan penuh.

“HEH! APA MAKSUDNYA?!”

“Ah.. TAEYONG TOLONG!”

Tak lama gue mendengar langkah kaki papa menuruni tangga, berbarengan dengan Dita menendang gue sampai gue jatuh tersungkur.

“Aw....”

PRAK!

Dengan mata kepala gue sendiri, gue liat Dita dengan sengaja menjatuhkan gelas. Membuat setiap pecahannya berceceran dimana-mana ㅡ sampai serpihannya menancap di kaki gue.

Belum sempat gue meringis kesakitan, Dita mengambil pecahan gelas itu dan menyayat wajahnya sendiri dengan seringai terlukis di bibirnya.

Cukup ngilu dan menakutkan sampai tiba-tiba ia menangis histeris, menangis sejadi-jadinya sambil memberikan serpihan gelas itu di tangan gue.

Papa datang dan menemukan pemandangan yang diharapkan oleh Dita. Dimana ia sebagai korban dan gue penjahatnya.

Gue menggeleng lemah dengan tatapannya yang mengintimidasi.

“Pa, she’s not as good as you think. Please trust meㅡ

PLAK!

Pipi gue terasa ngilu dan perih, setelah papa melayangkan tamparannya dengan sangat keras.

ah, here we go again..

Selanjutnya ia meraih tongkat bisbol, gue udah hafal apa yang akan terjadi selanjutnya. Reflek gue memejamkan mata kuat-kuat tapiㅡ

prang!

tung...

Gue membuka mata dan melihat papa terduduk lemas setelah melempar asal tongkat itu. “Papa capek papa nyesel.”

“Papa capek nyiksa kamu, kamu ini manusia bukan binatang.” lirihnya.

“Papa nyesel, kenapa papa biarin Jisoo mengandung kamu. Harusnya kamu gak usah ada di dunia ini. Itu alasan kita buat ngadopsi Dahyun dari panti asuhan. Tapi Jisoo bersikeras untuk hidup kamu, ketimbang hidupnya yang lebih beresiko karena kehamilannya.”

Gue kaget.

Jantung gue memompa dua kali lebih cepat, gue menarik nafas pelan.

Kenapa harus sekarang? Kenapa gue harus ditampar oleh kenyataan yang pahit?

“Kamu maunya apa?!” Papa mencengkram leher gue. “Kamu renggut semua kebahagiaan papa. Setelah Jisoo, apa harus kamu membunuh Dita juga?!”

“Paㅡ”

“Kenapa gak kamu aja yang bunuh diri?!”

deg...

Seperti dirasuk oleh kata-kata papa, gue mengambil pecahan gelas dan menusuk leher gue sendiri dengan brutal.

fakboi | mark lee [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang