2

15 3 4
                                    

Chanyeol menarik lengan tubuhnya -yang saat ini diisi oleh jiwa wanita- meninggalkan belasan pasang mata yang mengikuti pergerakan mereka. Begitu sampai di parkiran, Chanyeol menghempaskan lengan itu dengan kasar. Ia menarik napas dalam-dalam sambil berkacak pinggang berusaha meredam emosinya. Sementara Sena masih sibuk menggosok pantatnya yang terasa sakit karena jatuh tadi.

Dering ponsel dari dalam saku celana Sena menarik atensi mereka berdua. Tanpa ba-bi-bu Chanyeol merogoh kantong celana tempat ponsel itu berada untuk mengambilnya yang sontak membuat Sena terkesiap. Chanyeol menekan tombol merah lalu dengan cepat mengetik pesan untuk dikirimkan ke penelepon.

"Ikut aku ke tempat yang lebih aman!"

Kembali Chanyeol menarik lengan Sena yang langsung ditepis olehnya.

"Kau tidak bisa seenaknya menyeretku kesana-kemari!"

Darah Chanyeol menggelegak dibuatnya. Ia mendongakkan kepala, menatap lurus ke mata Sena.

Oh jadi ini rasanya berbicara dengan orang yang jauh lebih tinggi? Chanyeol mengerjap untuk menghilangkan pikirannya yang tidak penting.

"Dengar, Nona! Kau sekarang berada di dalam tubuhku dan aku seratus persen punya hak untuk memperlakukan tubuhku semauku. Jangan membuat masalahnya semakin rumit! Ikut aku, aku harus menemukan cara untuk kembali seperti semula!"

Sena yang mendengar perkataan itu menjadi emosi. "Dasar lelaki egois! Lagipula siapa yang mau terjebak di dalam tubuh seperti ini? Baru sebentar berbicara denganmu saja leherku sudah pegal karena terlalu lama menunduk," Sena mendengus.

Mata Chanyeol membulat. "Apa kau bilang?"

"Hei, dengar ya!" Ia menunjuk tubuhnya yang berisi jiwa Sena. "Bukan aku yang terlalu tinggi, tapi kau," menunjuk tubuh asli Sena, "yang pendek."

Nyaris saja Sena kembali membalas perkataan Chanyeol tapi urung karena dering ponsel miliknya terdengar nyaring. Dengan cepat ia merogoh saku blazer dan wajahnya berubah pias ketika nama atasannya tertera di layar.

"Oh, Tuhan! Aku harus bagaimana?" Sena menggigit bibirnya.

Chanyeol yang melihatnya segera berkata, "terima saja dan aktifkan mode speaker. Aku akan berbicara dengannya."

Sena menuruti perkataan Chanyeol. Belum sempat kata 'halo' terucap, teriakan nyaring langsung terdengar.

"DEMI TUHAN DI MANA KAU?!"

Sontak Chanyeol dan Sena menjauhkan telinga mereka dari ponsel itu.

"APA YANG TERJADI DI LIFT? APA KAU SUDAH TIDAK WARAS? CEPAT KEMBALI SEKARANG DAN AMBIL SURAT PERINGATANMU!"

Chanyeol menyambar ponsel itu dari tangan Sena lalu berkata, "aku tidak perlu surat itu karena detik ini juga aku berhenti!" Chanyeol memutuskan sambungan lalu berjalan cepat menuju mobilnya.

"YA! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Sena terdiam di tempat.

Chanyeol terus perjalan hingga punggungnya semakin menjauh. Tidak peduli dengan Sena yang masih terdiam di tempatnya.

"HEY NONA! CEPAT ATAU AKU BENAR-BENAR AKAN MENINGGALKANMU."

Teriakan itu sontak membuat Sena berlari kecil menyusulnya.

🗓

Selama perjalan menuju apartemen Chanyeol, Sena sibuk memprotesnya yang dengan seenak jidat membuatnya kehilangan pekerjaan.

"Orang kaya sepertimu tidak tahu bagaimana susahnya aku mendapatkan pekerjaan itu!" Sena masih mengomel bahkan ketika mereka sudah berada di ruang tamu apartemen Chanyeol.

Thirty Days LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang