6

8 1 0
                                    

Kelopak mata yang dihiasi bulu lentik itu perlahan terbuka, menunjukkan manik hazel yang kemudian berkeliling menyapu ruangan. Chanyeol mengenali ruangan itu sebagai kamarnya meskipun sumber penerangan hanya berasal dari lilin aroma terapi di atas nakas. Tidak ada siapapun selain dirinya di kamar ini hingga ia berasumsi bahwa Sena masih mengurusi masalah tentang Jieun.

Chanyeol baru saja menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang tepat ketika Sena masuk ke kamar itu.

"Akhirnya kau bangun juga," Sena menghampiri Chanyeol sembari membawa segelas air yang kemudian dia sodorkan ke arah Chanyeol.

"Jadi, apa yang terjadi?" Tanya Chanyeol setelah dia meneguk habis air dalam gelas itu.

Sena mengambil gelas kosong dari tangan Chanyeol lalu meletakkannya di atas nakas.

"Kau pingsan lalu di bawa ke ruang kesehatan. Setelah sadar kau diberi obat penahan sakit yang membuatmu tertidur layaknya putri tidur."

Chanyeol ingin bertanya mengapa ia bisa bangun dengan kondisi terbaring nyaman di atas ranjang kamarnya, namun ia urungkan.

"Maksudku, soal Jieun."

Sena duduk di pinggir ranjang lalu mendengus kasar.

"Dia bersumpah bahwa dia tidak pernah membully siapapun di sekolah. Aku juga sudah menyuruh agensi membantah rumor tak berdasar itu. Tapi tentu saja kita membutuhkan bukti yang kuat untuk mendukung bantahan itu."

Chanyeol berdeham, "kontrak dramanya?"

"Terpaksa dibatalkan."

Mata Chanyeol membulat, "batal!? Ditunda maksudmu?"

Sena menggeleng lemah, "batal. Mereka bahkan sudah menemukan pengganti Jieun."

Chanyeol memejamkan matanya rapat-rapat lalu mengerang frustasi.

"Apa kau tahu siapa media pertama yang mengeluarkan artikel tentang Jieun?"

Nampak tidak ada jawaban dari Chanyeol hingga Sena menjawab sendiri pertanyaannya,

"All The K."

Sebuah nama yang sukses membuat Chanyeol membelalak.

"Kau tahu siapa yang menulisnya?"

Sekali lagi Sena menggeleng, "sepertinya dia orang baru."

Kedua insan itu terdiam hingga hanya suara ketukkan jemari Sena di pinggiran ranjang yang terdengar.

"Haruskah kita temui Junhee untuk mengorek informasi?"

Chanyeol memicingkan obsidiannya, "kau ingin aku menemuinya sendirian?"

"Hmm," Sena mengangguk mantap.

"Bilang saja kau ingin mengajaknya makan siang sebagai ucapan terima kasih yang tertunda. Lagipula jika aku ikut, akan menimbulkan banyak pertanyaan dan mungkin Junhee malah akan menutup mulutnya."

"Ayolah, kau tega membiarkan sayap Jieun patah sebelum dia sempat terbang?" Bujuk Sena ketika melihat Chanyeol masih menimang usul yang dia lontarkan.

"Bagaimana kalau Jieun berbohong?" Alis Chanyeol saling bertaut.

Sena mencondongkan tubuhnya ke arah Chanyeol, "peluangnya nol koma lima. Mau tetap berada di antara ketidakpastian atau mencari tahu kebenarannya?"

🗓

"Senakuuuu... maaf, aku terlambat!" Adalah seruan yang Junhee ucapkan ketika ia mengampiri Chanyeol yang sedang duduk menunggunya.

"Keadaan di kantor sedang kacau. Beruntung hari ini aku bisa keluar untuk makan siang. Kemarin-kemarin aku terpaksa memesan dosirak dan makan di meja kerja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thirty Days LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang