4.

3.2K 371 35
                                    

Malam itu, di sebuah tempat yang begitu gelap dan lembab. Jimin kecil terbangun dari pingsan nya. Ia kini terisak kala melihat sekitar yang tampak seram bagi anak kecil seusianya.

"Hiks.. Ayah.. Hiks.. Hiks.. T-tolong Jimin.. Hiks.."

Tubuhnya mungilnya meringkuk di sudut ruangan itu. Begitu dingin yang Jimin rasakan saat ini. Si kecil pun memeluk tubuhnya sendiri dan tetap menangis. Hingga, pintu ruangan itu pun terbuka menampilkan sosok pria paruh baya yang kini tersenyum padanya.

"Sudah bangun rupanya." Ucapnya seraya berjalan ke arah Jimin kecil yang kini ketakutan menatapnya.

"P-paman siapa.. Hiks... Jimin mau pulang.. Hiks.. Hiks.."

"Ssstt.. Jangan menangis anak manis. Kemari kita keluar dari sini ne." Ajaknya yang membuat Jimin semakin takut padanya.

"Kemari sayang, tidak apa-apa. Aku kakekmu jangan takut ne." Ucapnya meyakinkan.

"Aniyo, kakek Jimin hanya kakek Jeon. Hiks.. Hiks.." Ucap Jimin yang semakin menatap takut padanya.

Pria paruh baya itu pun menghela nafasnya.

"Sayang dengar, aku ayah dari ibu mu. Kakek ke sini untuk menolong mu. Kau jangan takut Jimin. Semua ini terjadi karena musuh-musuh kakek yang ingin menjatuhkan kakek. Tapi, Jimin tenang saja semua sudah selesai. Kau ingin bertemu ayah Jungkook kan?" Mendengar nama sang ayah, Jimin pun segera berdiri dari duduknya. Namun, masih merasa takut-takut pada pria paruh baya di depannya itu.

"J-Jimin mau pulang.." Ucapnya dengan suara bergetar.

"Ne, kakek akan antar kau pulang ne." Jimin pun mengangguk dan perlahan mendekat ke arah pria itu.

Sret

Grep

"Kajja, kakek antar pulang!" Ucap pria itu yang kini sudah menggendong tubuh mungil Jimin keluar dari tempat itu.

Setelah keluar dari ruangan itu, kini pria paruh baya bernama Kim Haechul itu pun menatap ke arah pria berbadan tambun di depan sana dengan duduk di kursinya sambil menyesap cerutunya.

"Semuanya sudah ku berikan. Jangan pernah lagi menyentuh keluarga ku lagi." Ucap Haechul dingin dengan memberikan tatapan tajam pada pria itu.

Pria tambun itu pun tertawa.

"Tenang saja, senang berbisnis denganmu. Setelah ini nikmati kemiskinan mu." Ucap pria itu yang kembali tertawa saat melihat Haechul yang kini pergi meninggalkan tempat itu.

Haechul pun keluar dengan menggendong Jimin di ikuti beberapa anak buahnya.

"Tuan besar, nyonya besar meminta anda untuk segera ke rumah utama dengan membawa tuan muda." Ucap salah satu anak buahnya.

"Baiklah, setelah ini bawa Jackson bersama kalian untuk membereskan pria brengsek itu." Ucapnya datar lalu Haechul pun segera masuk ke dalam mobilnya.

"Kita ke rumah utama." Ucap Haechul pada sang sopir.

"Baik tuan."

Saat perjalanan Jimin hanya diam di dalam gendongan itu. Ia tak berani bergerak ataupun merengek pulang. Ia takut sungguh takut. Sejak terjadinya penculikan itu, Jimin masih dalam shock nya. Hingga pada akhirnya Jimin mengernyit bingung saat melihat mobil yang ia tumpangi masuk ke dalam area rumah dengan halaman yang begitu luas.

Jimin pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"K-kakek, kenapa kita di sini? J-Jimin mau pulang." Ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ssstt, tenang ne. Kita akan bertemu dengan nenek dulu. Setelah kita sudah di dalam nanti, kakek akan menghubungi kakek Jeon supaya ia datang." Jimin pun akhirnya mengangguk, mengiyakan ucapannya.

Daddy I'm sorry ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang