6.

3.1K 383 60
                                    

previous chapter...

"Ayah mianhe.." Ucap Jimin yang sedetik kemudian menoleh pada Jungkook yang kini membelalakkan matanya.

"A-andwe.." ucap Jungkook sambil menggeleng kencang namun,

Syuuut

Tubuh mungil itu pun meluncur dari balkon.

"Andwe! ANDWEEEEE!!!!"




"Andwe! ANDWEEEEE!!!!"

Jungkook terbangun dari tidurnya. Dengan peluh yang kini membasahi keningnya. Lalu ia menatap ke sekeliling di mana ia masih berada di dalam ruang kerjanya. Mengusap wajahnya kasar dan mencoba menetralkan degub jantungnya yang begitu cepat.

"Ya Tuhan, ternyata hanya mimpi." Lirihnya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya.

Tok Tok Tok

Cklek

"Maaf tuan, apa anda tidak apa-apa? Kami mendengar teriakan anda dari luar."  Ucap seorang pemuda yang kini menunduk dengan perasaan khawatir pada majikannya.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Jam berapa sekarang?" Tanya Jungkook yang kini beranjak dari duduknya.

"Sudah pukul 7 pagi tuan."

"Pukul 7? Bagaimana bisa aku bangun terlambat?" Lirihnya. "Apa anak itu sudah pergi ke sekolah?"

"Tuan muda sudah berangkat setengah jam yang lalu. Tadi tuan muda menanyakan anda."

"Ya sudah aku akan bersiap untuk ke kantor."

Jungkook pun mulai melangkah ke arah pintu dan akan pergi ke kamarnya.

"Maaf tuan besar, apa perlu bibi Byeol menyiapkan sarapan untuk anda?" Jungkook pun menoleh ke arah pemuda itu.

"Tidak usah Tae, aku akan sarapan di kantor nanti dan satu hal.... Tolong awasi Jimin." Ucapnya sambil menatap datar ke arah depannya.

Taehyung pun kembali membungkuk, "Tentu tuan besar." Setelahnya Jungkook pun berlalu dari sana.

Sementara itu, Taehyung yang kini sudah menegakkan tubuhnya di buat heran dengan ucapan tuan besarnya. Karena sungguh tak biasa tuannya menyebut nama Jimin dari mulutnya.

"Aneh sekali? Apa tuan besar baik-baik saja?" Ucapnya seraya menatap kepergian tuan besarnya yang semakin menjauh.



Bruk

Tubuh mungil itu terpental kearah dinding yang ada di belakangnya. Tubuhnya pun meluruh ke lantai sambil memegang perutnya yang terkena tendangan dan meringis merasakan sakit pada ulu hatinya.

Sebuah tarikan kini ia dapat pada kerah baju seragamnya.

"Heh, sudah ku katakan padamu sialan. Turuti perintahku jangan pernah membantah! Kemarin bukannya sudah ku katakan untuk mengerjakan tugas-tugas itu tepat waktu!"

Bugh

Sebuah pukulan mendarat di pipi kirinya.

Daddy I'm sorry ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang