Bab II - Keputusan Gue Sudah Bulat

2 0 0
                                    


Selena membuka matanya, mengambil smartphone yang dia letakkan di atas meja nakas di samping tempat tidurnya, melihat jam baru menunjukkan pukul 06:00 pagi. Selena menghela nafasnya, akhir-akhir ini dia jadi suka menghela nafas, apalagi setelah melihat layar smartphonenya yang tidak menunjukkan satupun notif dari orang yang dia tunggu.

Dia bergegas bangun, bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Pikirannya sudah tidak fokus dengan perkuliahan, kadang dia suka melamun saat perkuliahan berlangsung, dia merasa sangat lelah dengan hidup yang dia jalani akhir-akhir ini. Rasa yang dulu dia pikir terasa manis dan hangat akhir-akhir ini terasa pahit dan dingin. Selena sangat bingung kenapa seseorang bisa begitu cepat berubah, bahkan tanpa kita sadari dia pun sudah menjadi orang yang tak bisa kalian kenali.

Selena melewati harinya seperti sebelumnya, kuliah, mengobrol dengan teman angkatannya dan mengerjakan tugas kuliah yang sudah dekat deadlinenya. Setiap beberapa saat dia akan memeriksa smartphonenya, hingga teman-temannya menanyakan kenapa dia terus melihat layar smartphonenya, apa yang Selena sedang tunggu dengan wajah yang sangat mengerikan. Iya seperti itulah teman-temannya akan mendeskripsikan keadaannya sekarang.

Selena semakin jenuh dengan kehidupannya sekarang, dia terus memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan, hidupnya semakin terasa rumit. Selena tau dia tak seharusnya hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, kemarin pun setelah bertanya pada Helen, Kejora dan Avani, dia mendapatkan keputusan untuk menghubungi kekasihnya duluan, membicarakan dulu tentang masalah mereka.

"Guys jadi gimana nih? Gue ngehubunginnya gimana? Nanya langsung aja?" Tanya Selena beruntun.

Kejora, Helen dan Avani saling bertatapan, saling menunjuk dengan tatapan untuk duluan menjawab dari pertanyaan Selena.

"Coba aja dulu Sel." Kata Kejora akhirnya.

"Serius?" Tanya Selena lagi.

"Serius, dari pada lo makin uring-uringan, tugas kuliah lo pada gak bener dan berakhir nilai lo yang terancam?" Kata Helen.

"Iya sih." Kata Selena, dia mulai mengetikkan rentetan kata yang berubah menjadi kalimat kemudian mengirimkannya pada kekasihnya. "Udah!!" Seru Selena.

"Sekarang tinggal tunggu responnya gimana." Kata Avani.

"Btw lo gimana Len? Sama siapa tuh? Revan ya?" Kata Kejora.

"Wah parah lo Ra, masa lupa namanya siapa." Canda Avani.

Kejora yang mendengarnya tertawa. "Ya kan dia gak penting buat gue, selama Helen masih inget namanya ngapain gue ngingetin namanya?" Kata Kejora.

"Sialan kalian." Kata Helen.

"So? Ada perkembangan?" Tanya Selena, sekarang dia sedang mengalihkan fokusnya, dari pada menunggu balasan yang tak pasti, lebih baik dirinya ikut membicarakan tentang orang yang sudah Helen sukai sejak lama.

"Ya enggak ada sih, masih kayak kemarin aja, ngechat gue kalau perlu doang." Jawab Helen.

"Si bangsat emang, tapi susah sih kalau hati udah memilih lo cuman bisa nerima." Kata Kejora.

"Nah itu lo tau Ra. Bukan gue sepenuhnya yang mau suka sama dia selama ini, gue juga mau berhenti. Berhenti buat mikirin dia, berhenti buat sayang ke dia dan berhenti buat berharap sama dia." Kata helen. "Gue pikir dengan seiring berjalannya waktu dan dengan gue dan dia yang udah jarang banget buat ketemu bikin perasaan gue pudar sedikit demi sedikit dan kemudian menghilang, tapi gue salah, ketika gue udah ngerasa baik-baik aja, dia akan datang lagi ke kehidupan gue, merusak semua tembok yang udah gue bangun susah payah." Lanjut Helen.

"Emang ya, susah, mau lo berjuang sekeras apapun kalau hati lo aja masih gak bisa lepasin dia bakalan tetap ada di hati lo." Sahut Avani.

"Bener, dia yang datang dan pergi sesuka hati gak pernah tahu gimana sakitnya kita." Kata Helen.

"Sebenarnya gue bingung, mereka itu sengaja atau gimana? Saat kita tinggal selangkah lagi buat terbebas dari rasa tak bersahut ini, kenapa dia harus datang kembali? Dan saat kita sekali lagi terjatuh dalam lubang yang sama dengan santainya dia akan kembali pergi, seakan lupa tentang kita yang masih berada dalam lubang perangkapnya." Kata Avani.

"Cinta memang serumit itu, bahkan sebuah respon kecil aja bisa bikin kita kembali ke titik awal, kembali pada harapan yang semu." Kata Kejora.

"Gila ya, suasananya jadi tiba-tiba melow." Kata Selena.

"Kalau ngomongin masalah ini pasti selalu berakhir gini hahaha." Kata Kejora disertai dengan tawa hambarnya. Avani, Helen dan Selena yang mendengernya hanya bisa ikut tersenyum masam.

"Kenapa sih cowok tuh susah buat dimengerti?" Tanya Helen tiba-tiba.

"Karena kita cewek." Jawab Selena.

Kejora dan Avani yang mendengar jawaban Selena tertawa kencang, tak ada yang salah hanya saja mereka tak mengira akan mendengar jawaban paling realistis.

"Bener sih gak salah." Kata Kejora masih disertai dengan tawa yang kencang.

"Udah lah ngapain kita jadi galau begini sih, harusnya happy-happy dong." Kata Helen.

"Btw Sel, udah ada balasan?" Tanya Kejora.

Selena yang ditanya mengecek layar smartphonenya dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Gila udah jam berapa nih? Ada kemungkinan dibalas besok gak sih?" Tanya Kejora.

"Coba cek storynya." Kata Helen.

"Pakai akun stalk tuh." Timpal Avani.

"Nah bener tuh, emang gunanya akun stalk buat begini nih." Kata Kejora.

Selena log in dengan akun stalk mereka dan mencari uname kekasihnya, dan benar saja ada tanda jika kekasihnya sudah membuat story di akunnya. Selena mengecek apa yang kekasihnya bagikan pada story itu, Helen, Avani dan Kejora yang memperhatikan ekspresi Selena dari dia mulai mencek story hingga tiba-tiba sedikit membanting smartphonenya ke atas meja membuat mereka bertiga bisa menebak apa yang sudah Selena lihat.

Selena menundukkan kepalanya, dia merasa marah namun juga sedih dan di sisi lain kebingungan harus bersikap seperti apa lagi.

"Nangis aja kalau lo mau." Kata Kejora.

"Iya Sel, gak usah di tahan." Tambah Avani

"Gak perlu malu sama kita." Tambah Helen lagi.

Mendengar perkataan dari toga orang terdekatnya membuat Selena tidak bisa memendung air matanya dan kemudian perlahan jatuh hingga membanjiri wajahnya.

"Gue bingung ya, selama seminggu ini gue uring-uringan, gak fokus sama kuliah gue, mikirin gimana harusnya gue bersikap dan apa yang harus gue lakuin, tapi di sisi lain dia... baik-baik aja. Tetap terlihat bahagia meski tanpa gue." Kata Selena masih terisak, Kejora, Avani dan Helen mendengarkan dalam diam mereka dan sambil mengelus punggung Selena, memberikan dukungan fisik, karena itulah yang mereka pikir Selena sedang butuhkan.

Saat dirasa dia sudah lelah menangis dan energinya sudah terkuras sangat banyak Selena menjadi diam, dan kemudian...

"Kayaknya lebih baik gue menjaga jarak dulu dari dia, gue mau berpikir dulu, gue mau mencoba fokus sama kuliah dan organisasi dulu, dan gue perlu waktu buat sendiri, introspeksi dulu." Kata Selena.

"Lo yakin Sel?" Tanya Helen.

"Yakin, keputusan gue udah bulat." Kata Selena.

"Okay, bilang aja kalau lo perlu temen, mau kemana kek, mau jalan, nongki, terserah, kita bakalan temenin lo nanti." Kata Kejora.

"Bener Sel, bilang aja ke kita, lo gak harus ngelaluin ini sendiri, karena kita bisa temenin lo ngelaluin masalah lo ini." Timpal Avani.

Mata Selena kembali berair karena terharu mendengar kata-kata dari sahabatnya, dia ingin sekali memeluk mereka tapi dia tahu itu bukan style mereka, jadi dia hanya mengucapkan terima kasih dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya.

---To be Continue---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang