Holiday

9.5K 705 61
                                    

“Daichi-san. ” panggil seorang yang berkepala botak berwajah biksu. “Ada apa Tanaka?”

“Begini aku dan Noya-san tadi sedang berbicara soal liburan musim panas. Jadi bagaimana jika klub kita berlibur bersama?” tanyanya. Daichi tampak memikirkannya. “Oh itu ide yang bagus!” sahut Sugawara sang Ibu Karasuno.

Saat ini mereka tengah duduk melingkar setelah berolahraga termasuk para manajer. “Tapi bukankah ada kamp pelatihan?” tanya Kageyama a.k.a susu basi (julukan yang diberikan oleh Tsukishima). “Oh iya aku lupa,” Tanaka membuat raut wajah sedih.

“Coach. Apa ada kamp pelatihan saat liburan nanti?” tanya Daichi. Coach Ukai berpikir sejenak. “Kurasa tidak ada. Para guru berdiskusi kemarin dan memutuskan tidak ada kamp pelatihan nanti,” kata Takaeda sensei. Sontak semuanya bersorak kecuali Hinata dan Kageyama karena mereka berdua adalah orang yang sangat mencintai volly (baca: bucin).

“Tapi ...” suara Daichi menghentikan sorakan mereka. “Bagaimana dengan uangnya?”

Shimizu membuka buku anggaran klub mereka. “Soal uang tenang saja. Aku dan Hitoka-chan sudah menghitung uang anggaran kita dan nampaknya lebih banyak dari biasanya. Benarkan Hitoka-chan?”

“I-Itu benar.”

“Hmm ... Baiklah. Tapi kenapa kalian meminta izin dariku bukannya Takaeda sensei?” Daichi menyedekahkan tangannya. “Itu karena kami ada urusan masing masing,” jelas Takaeda sensei. “Aku ada urusan keluarga,” sambungnya.

Coach Ukai menunjuk dirinya sendiri. “Kalau aku harus menemani kakekku di rumah sakit.”

“Jadi kami tidak bisa ikut liburan jika kalian liburan. Karena itu kalian yang memutuskan sendiri.” Daichi berpikir lagi. “Tapi jika kita berlibur kita akan berlibur di mana?”

“Oh aku tahu!” Ennoshita mengangkat tangannya dan menunjukkan sebuah brosur. “Lihat ini. Aku dapat saat di jalan.” Semua anggota Karasuno melihat brosur itu. Isi brosur itu sendiri adalah paket penginapan dengan diskon 75% plus onsen di Kyoto jika membawa rombongan minimal 14 orang.

“Takaeda sensei dan Coach tidak ikut jadi ...” Tanaka menghitung anggota yang tersisa. “Semuanya pas 14 termasuk para manajer,” seru Yamaguchi. “Yamaguchi urusai.”

“Hehehe ... Gomen Tsukki.”

“Jadi bagaimana? Apa kita akan berlibur?” tanya Nishinoya. “Aku bisa meluangkan waktu tapi bagaimana dengan yang lain?”

“Aku bisa!” seru anak kelas 3. “Kami juga bisa!” ucap anak kelas 2. “Bagaimana dengan kalian?” ucap Sugawara pada anak-anak kelas satu.

“Kalau aku dan Tsukki bisa tapi bagaimana dengan Hinata dan Kageyama?” Yamaguchi melirik kedua temannya. “Aku tidak bisa karena harus berlatih volly,” jawab Kageyama yang seanggukan dengan sang uke.

Seketika harapan Tanaka dan Nishinoya untuk berlibur buyar seketika karena yang mengusulkan rencana liburan ini adalah mereka. Tempat penginapan sudah ada, anggaran cukup, anggota? Sudah memenuhi tapi karena dua pencinta volly ini (baca: bucin) anggota untuk mendapatkan diskon penginapan jadi buyar seketika.

“Tapi bukankah kita akan melihat klub volly dari Kyoto juga?” tanya Asahi. “Ah iya juga. Sekalian melihat teknik dan formasi mereka,” sahut Daichi.

“Tapi mereka'kan cuma klub volly SMA seperti kita,” ucap Tsukishima sang garam Karasuno. “Eits ... Jangan salah sangka yah. Aku baru ingat jika tempat latihan klub yang di dekat penginapan itu adalah klub volly profesi Kyoto,” jelas Sugawara. Sontak kedua pencinta volly (bucin) terkejut terutama Kageyama.

Baby HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang