Baby Hinata with Karasuno (Part 2)

4.4K 448 129
                                    

Hari ini adalah adalah hari yang menenangkan. Udara pagi pegunungan Kyoto memasuki Indra penciuman Tsukishima. Dia berpikir mungkin jika melakukan olahraga ringan atau membaca buku sambil memakan camilan akan terasa nikmat. Semua bayangan itu terasa nikmat sampai ...

“Kali ini giliran anak kelas satu yang menjaga Hinata.”

... Dia disuruh menjaga bayi berisik yang anehnya disayangi semua orang.

Semua yang dibayangkan Tsukishima runtuh seketika dan di sinilah mereka para anak kelas satu. Mereka saat ini berada di taman dan membiarkan kelas dua dan tiga berlibur.

Sugawara mencubit gemas pipi Shoyo. "Shoyo jangan nakal yah sama kakak kakak terus jangan ikut orang asing yah."

Shoyo mengangguk antusias. "Um!"

"Jaga Hinata baik baik yah. Jangan sampai terluka sedikitpun," ujar Daichi.

"Osu!" Jawab mereka serempak.

“Shoyo kau mau makan es krim,” tawar Yachi. Hinata mengangguk ceria. “Um. Shoyo mau.”

“Kau mau es krim apa?” ujar Yamaguchi. Sekarang ini Yamaguchi, Yachi, dan Hinata tengah berdiri di depan truk es krim.

“Choyo mau ec klim coklat!”

“Baiklah. Satu es krim coklat, strawberry, dan blueberry.”

Setelah membeli es krim, mereka bertiga duduk di bangku taman terdekat. Yamaguchi sesekali melirik Yachi dan Hinata. Mereka berdua tampak manis saat memakan es krim mereka.

“Shoyo ada es krim di pipimu,” ujar Yachi. Dia lalu membersihkan wajah Hinata menggunakan tisu yang ia bawa. Perlakuan Yachi mengingatkan Yamaguchi tentang ibunya.

‘Eh tunggu sebentar. Bukankah kami seperti sebuah keluarga bahagia?’ batin Yamaguchi.

Yamaguchi yang berperan sebagai suami sekaligus ayah, Yachi yang berperan sebagai istri sekaligus ibu, dan juga Hinata yang sebagai buah hati mereka.

Bukankah sudah seperti keluarga bahagia?

“... Ma.”

“ ... Guchi.”

“Yamaguchi!” panggil Yachi. Seketika lamunannya tentang keluarga bahagia dengannya pudar seketika. “Ada apa Yachi-san?”

“Aku pikir mungkin lebih baik jika kita memberi Tsukishima dan Kageyama untuk menjaga Hinata karena dari kita berdua yang menjaga Hinata,” ujar Yachi. Yamaguchi tampak menimang saran itu. “Hmm ... Baiklah.”

“Tsukki!!” panggil Yamaguchi. Tsukishima yang sedang menggarami Kageyama pun terhenti dan mendekati Yamaguchi. “Apa?”

“Sekarang giliranmu dengan Kageyama yang menjaga Hinata,” ujar Yamaguchi. Tsukishima tersentak. “Kenapa harus aku juga. Bukankah kalian tadi bersenang senang seperti keluarga bahagia?” Yamaguchi hanya tertawa canggung dan sedikit bersemu merah. “Ayolah Tsukki. Kami memaksa!”

Tanpa aba aba, Yamaguchi langsung menyerahkan Hinata kecil pada Tsukishima. “Selamat bersenang senang kalian bertiga.” Yamaguchi melambaikan tangan pada Hinata dan disambut senyuman manis olehnya.

“Hey Ou-Sama. Bukankah dia ini ukemu jadi kenapa tidak kau saja yang mengasuhnya,” ujar Tsukishima.

“Cih kalau tidak mau bilang saja!” Kageyama merentangkan tangannya agar bisa menggendong Hinata. Tapi bukannya masuk ke gendongannya, Hinata justru bersembunyi di dada bidang milik Tsukishima. “Kau kenapa Hinata?” tanya Tsukishima.

“Kakak itu nyelemin. Choyo jadi takut,” ujar Hinata. Sontak Tsukishima tertawa. “Kau ini memang kasian sekali yah. Dulu hewan yang takut denganmu dan sekarang anak kecil,” sindirnya.

Baby HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang