CHAPTER 10

5 4 0
                                    

"Gue akan kasih kalian tantangan, kalau kalian bisa keluar dari tempat yang sudah gue buat ini silahkan kalian bisa pergi. Tapi tantangan yang bakal gue kasih akan lebih di luar nalar," ucap Cassie tersenyum misterius.

"Cuma itu?" tanya Jay.

"Yaa, cuma itu. Jika kalian bisa membawa kabur Lisa turut bersama kalian itu bagus, berarti Lisa bukan ditakdirkan untuk menemani gue. Dan jika Lisa ataupun salah satu dari kalian yang tertinggal, itu sudah menjadi hak gue berarti memang di antara kalian sudah menjadi teman gue apa kalian paham?"

Mereka hanya diam saling pandang satu sama lainnya.

"Jika kalian berpikir ada sosok yang akan bantu kalian, kalian salah besar dalam berpikir! Karena sosok yang membantu lo, Lucy dan lo, Aslan. Itu semua utusan gue. Dan buat Jay, Lisa sahabat gue dan Jackson, gue salut sama kalian kalau kalian sudah berfikir tentang kejadian kebakaran itu berarti memang kalian tidak melupakan gue."

"Sosok yang tadi membatu kalian dia adalah sosok yang membantu gue selama ini mereka yang selalu menemani gue, mereka lebih punya hati daripada manusia seperti kalian."

"Please, Cas, jangan mengungkit kesalahan kita! Gue tahu kita banyak salah sama lo. Tapi jujur, hati gue sakit kalau lo ngomong gitu terus sama kita," ucap Jackson.

"Hati lo sakit? Lo pikirin gimana sakitnya hati gue Jackson."

"Iya gue tahu, satu yang harus lo tahu, Cas, gue suka sama lo saat pertama kali kita berteman dan perasan itu semakin bertumbuh dan lo harus tahu saat lihat lo di dalam rumah kebakar itu gue pengin masuk ke dalam nyelametin lo. Tapi gue ditahan sama Aslan, dia nggak mau gue celaka. Kejadian itu selalu menghantui gue. Bahkan minggu-minggu yang lalu pun gue mulai merasa aneh dengan semua ini. Gue nggak tahu lo sesemangat itu untuk berpetualang di rumah ini, gue nggak tahu kenapa tapi gue seneng liat ke-antusiasan lo."

"Sebelumnya makasih Jackson lo udah ngungkapin itu semua, tapi lo harus ingat Jackson, semua itu sudah basi. Lo tahu itu semua BASI, Jackson! Sebenarnya gue tahu gimana perasaan lo, tapi saat itu juga gue sadar, gue cuma makluk yang nggak bisa bersatu sama lo. Gue sadar diri gue siapa, gue sadar. Dan lo harus ingat, Jackson, kita nggak bisa bersatu, ya.. karena kalian yang sudah ninggalin gue. Sekarang kalian jalankan urusan kalian. Gue akan pergi dari sini semoga kalian berhasil." Sosok Cassie hilang dari hadapan dari mereka.

Satu persatu dari mereka mengembuskan napas masing-masing.

"Kenapa dulu kita kayak gitu, ya?" Lucy bertanya.

"Gue aja heran kenapa kita nggak nyadarin itu, kenapa kita terlalu bodoamat." Jay menimpali.

"Kalau penyesalan pasti di akhir." Aslan bangkit berdiri dari duduknya, diikuti yang lain.

"Hayuk kita harus berjuang!! Di antara kita harus selamat semua! Nggak boleh ada yang mati, okey?!" Aslan menasihati dan mengajak mereka semua untuk saling berpangku tangan.

"Kita bisa!"

••••


Tiba-tiba tubuh mereka -satu persatu- tertutup oleh dinding labirin yang lebih rapat, lalu mereka terpisah.

"Wah... wah.. mulai nggak bener, nih."-batin Jay.

Di lain sisi, Lisa dibuat terkejut karena tiba-tiba saja kalung yang ia kenakan mengeluarkan cahaya yang baru pertama kali Lisa lihat. Kemudian menampilkan satu sosok sahabatnya yang tersenyum dan berbicara.

"Lisa, lo ikutin ke mana cahaya dari kalung itu nunjukkin jalan, ya," ucap seseorang dari Cahaya itu -yang tak lain Cassie- sahabatnya sendiri.

Tanpa membantah Lisa mengikuti arah cahaya itu, membawanya tanpa memikirkan nantinya akan bagaimana. Perlahan tapi pasti, Lisa terus mengikuti.

RUMAH SESAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang