Di Kota besar metropolitan, yang di mana banyaknya terbangun gedung pencakar langit berkembang. Berdirilah sebuah sekolah elit yang menampung enam orang sahabat yang tengah duduk manis di kursi mereka masing-masing.
Enam remaja itu adalah Lisa, Cassie, Lucy, Aslan, Jay, dan Jackson. Mereka berenam sudah bersahabat dari mereka masih duduk di bangku SMA kelas 10 dan sekarang mereka sudah beranjak ke kelas 11.
“Woy, diam-diam bae!” ucap Jackson yang merasa bosan.
“Apa, sih, bocah! Nih lagi ngepoin yang bikin gue janggal,” ucap Cassie memperlihatkan ponselnya ke arah Jackson.
“Apa tuh?” Lisa pun ikut mendekat.
“Ini loh, Lis, ada misteri-misteri gitu di kompleks rumah gue,” balas Cassie.
“Rumah hantu, bukan?” Giliran Jay yang bertanya.
“Ya mana gue tahu,” balas Cassie jutek.
“Lo kenapa si Cas, kalo sama gue jutek mulu?” tanyanya sedikit menyindir.
“Coba aja lo pikirin sendiri kesalahan apa yang lo lakuin,” sahutnya dan menunduk melihat ponsel lagi.
“Udah, enggak usah ribut,” balas Aslan. Aslan tuh cowok yang tenang tidak suka dengan hal yang berbau keributan.
“Ehh iya, ini nggak ada Guru masuk, ya?” tanya Lucy anak paling rajin di antara keenam orang itu.
“Ya ampun Cy, bisa-bisanya lo lagi mager gini nanyain ada guru masuk nggak," ujar Jay menepuk keningnya.
“Apa, sih, Jay? Sok akrab banget deh lo sama gue. Sana jangan dekat-dekat gue, nanti macan lo nyakar gue lagi!” sindirnya sambil melirik ke arah Lisa yang sedang asik memainkan kalung di lehernya yang 'tak lain pemberian dari Cassie.
“Lah kenapa jadi ngelirik ke aku? Si Jay kalo berani-berani berulah, aku piting juga dia,” celetuk Lisa.
“Mampus lu Jay kena piting si Lisa,” ujar Cassie mengompori dengan sedikit terkekeh.
“Ehh Lis temenin gue pipis yuk,” ajak Cassie menyenggol lengan Lisa.
"Ayok, Cas." Lisa melirik Lucy. "Oh iya Cy, kalo si Jay macam-macam sama kamu, bilang aja sama aku ya, biar aku kasih pelajaran dia,” ujar Lisa sebelum meninggalkan kelas.
“Oke Lis, santay aja. Gue bisa jaga diri kok.”
Setelah Lisa mengacungkan jempol dia pun hilang dari balik pintu karena ditarik oleh Cassie menuju toilet.
“Awas lo Jay macam-macam, gue sunat lagi lo!” peringat Lucy sambil memelototkan matanya.
“Dih berani banget lo nyunat gue, si Lisa aja cuman berani miting. Lo bener nih, mau nyunat gue? Gue sih mau aja kalo lo-nya emang maksa.” Jay tersenyum jahil pada cewek di seberangnya ini.
“Dih, mesum. Pikirannya negatif banget ya lo! Gue nyunat lo buat praktik nanti gue mau jadi dokter sunat, bukan yang aneh-aneh!” sela Lucy berdecak.
“Lagian lo juga sih, mancing.” Jay menye-menye.
“Bodo amat, Bambang!”
Setelah perdebatan itu Lucy dan Jay memilih sibuk dengan urusannya masing-masing. Tiba-tiba Jackson membuka suaranya. “Guys, lo tadi liat semua, kan, gambar yang ditunjukin sama Cassie?” tanya Jakson merasa heran dengan gambar itu.
“Gambar yang rumah bukan?” Aslan balik bertanya karena dia sendiri pun merasa aneh.
“Ho'oh, rumahnya kayak kita pernah ke sana, kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH SESAT [END]
HororPersahabatan ini sudah terbangun dari satu tahun silam saat mereka masih duduk di bangku kelas 10 SMA. Dan hingga kini, hubungan persahabatan mereka masih terjalin erat sampai sekarang. Namun, saat itu sesuatu terjadi di antara mereka. Satu orang di...