Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Normal pov
===========
Bright membuka matanya,
mengerjap berulang kali.
Lalu ia duduk mengumpulkan setengah nyawanya. Pandangannya langsung tertuju pada ranjang yang kosong.
"Win, kemana dia?" Gumam Bright, lalu bergegas keluar dari kamar.
Di dengarnya suara Win sedang tertawa mengarah keruang dapur dan benar saja di dapur ada Win bersama dengan Ibunya. Mereka tengah memasak sesuatu entah apa itu tapi dari wanginya, Bright bisa menebak masakan itu,yaitu Omelet telur dan daging, sarapan favorit Bright.
Pemandangan langka dan indah menjadi kombinasi paling menakjubkan bagi Bright di pagi ini, dimana dua orang yang paling berarti di hidupnya sedang membuat sarapan favoritnya. Win begitu berusaha mengakrabkan diri dengan Ibu Bright, sampai-sampai ia rela terjun kedapur yang pastinya ruang dapur dan segala peralatannya sangat jarang terjamah oleh tangan seorang manajer perusahaan elit.
"Bright , kau sudah bangun? cepat mandi lalu kita sarapan."
"Khab Mae... " Sahut Bright.
Mulut Bright berkata iya namun tidak dengan gerak gerik tubuhnya yang malah berjalan kearah Win dan berdiri di samping Win yang tengah sibuk memotong bawang.
"Ku kira kau tidak bisa melakukan ini," Ucap Bright, sembari memperhatikan tangan Win yang terlihat kaku saat memotong bawang.
"Tentu saja aku bisa, ini hal mudah, " Sahut Win pongah.
Win beberapa kali menyeka matanya yang perih,lalu kembali memotong bawang lagi.
"Hey...biar aku saja, kau siapkan bahan lain saja." Bright ingin mengambil pisau di tangan Win karena khawatir, tapi di sanggah oleh yang bersangkutan dan di hadiahi tatapan membunuh dari mata sipit Win.
"Aku bisa melakukannya,kau pergi mandi saja! " Ucap Win sedikit kesal.
Bright hanya bisa menghela nafas. Baru beberapa langkah ia menjauh suara pekikan dari Win menghentikan kakinya.
Dan benar saja dari jari Win mengucur darah segar, Win tampak terkejut ingin menangis seolah itu luka besar. Bright segera membawa jari Win dan mencuci lukanya ke air keran.
"Ssshhh, aduuuh~" perih yg Win rasakan saat jarinya terkena air.
"Sudah kubilang, biar aku saja yang mengerjakannya, lihat jarimu terluka kan?! " Oceh Bright sedikit panik.
"Nak kau tak apa-apa?" Tanya ibu Bright mendekat,. Namun saat menyadari Bright yg dengan Sigap menolong Win, ibu nya memilih pergi dengan senyum penuh arti, meninggalkan mereka berdua.
"Ini hanya luka kecil Bright kau jangan berlebihan begitu."
"Luka kecil?! Lihat! Bahkan kau sudah ingin menangis" jawab Bright menunjuk sudut mata Win dengan dagu nya.