Hadits 3. Hilal

415 7 0
                                    

Pukul 17 : 30. WIB.

Setelah makan selesai, Zimy pergi ke Wastafel yang terletak di sebelah kanan dalam ruangan kantin ketika masuk pintu. Wastafel tersebut serupa seperti di kantin perempuan dan memiliki cermin. Namun ukuran Wastafel tidak muat untuk piring penjaranya walau piring tersebut dibolak-balik posisi apapun. Jadi, piring itu hanya masuk sebagian pada Wastafel dan Zimy menggosok cekungan-cekungannya mengunakan jari telunjuknya. Ada suatu tempat kerangka sabun cair refill yang menempel oleh sekrup di dekat kanan cermin. Tapi entah ke mana tabung berisi sabun cairnya. Setelah Zimy mencuci pun ada bening lapisan sisa minyak bercampur bintik-bintik air terlihat seperti air di daun talas pada piring itu yang menandakan piring kurang bersih dari bekas kandungan minyak kuah makanan tanpa bantuan sabun dan spons.

Zimy. : "(Sabunnya mana ini? Gue nyuci piring gimana? Ah. Ya udahlah bodo amat.)".

Tanpa terlalu dipikirkan, Zimy segera pergi ke kubah. Keluar dari kantin laki-laki pun, terasnya berhadapan dengan pintu masuk gedung asrama putri. Yang mana jarak gedung kantin dan gedung asrama hanya terpisah oleh jalanan yang hanya muat satu mobil ini. Pintu masuk gedung asrama putri lebih rendah satu meter datarannya dibandingkan kantin dan jalanannya serta teras asrama putri yang terdapat warung kecil. Belok ke kiri menuju lapangan adalah jalanan coran semen yang menurun. Di sebelah gedung asrama putri tersebut adalah Asrama putra yang mana memang satu gedung ini merupakan gedung asrama putri dan asrama putra yang berdampingan simetri. Batas tengah gedung di lantai satu dipisah oleh tembok yang menjulang hampir mencapai langit-langit lantai satu yang di atasnya adalah Balkon lantai dua. Tembok pembatas tersebut tidak segi empat, tetapi cekung di sebelah kiri dan bagian yang melengkungnya di tengah. Sebelum tembok ada sepasang pintu kayu dengan lebar masing-masing kurang lebih 500 cm yang mana pintu tersebut memiliki beberapa wilayah bingkai kotak-kotak kaca. Pintu ini terkunci rapat dan juga ditutup tirai gelap karena merupakan kamar perempuan. Beberapa cm dari akhir lengkungan terdapat sebuah tembok yang dibangun dengan marmer/granit ukir tulisan di atasnya dan dibuat miring. Yang mana tulisan ukir itu berisi peresmian pondok pesantren Asfarul-Iman. Dan beberapa cm tepat di depan tembok Itu pula ada pohon belimbing yang tingginya sedikit melebihi balkon lantai dua dengan batangnya sebesar genggaman kedua tangan orang dewasa.

[Sketsa Ilustrasi]

Total panjang teras hingga ke sisi ujung lain gedung adalah dua kali lipat panjangnya 4 kamar asrama di tambah 2 meter lebar pintu masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Total panjang teras hingga ke sisi ujung lain gedung adalah dua kali lipat panjangnya 4 kamar asrama di tambah 2 meter lebar pintu masuk. Teras gedung dan halaman dibatasi oleh got kecil dengan lebar sejengkal dan kedalaman sejengkal. Teras tersebut sendiri adalah ubin persegi dengan motif bebatuan lonjong. Panjang antara batas teras dengan got ke tembok gedung kurang lebih dua meter. Dan di tembok itu terdapat sepasang jendela dengan panjang masing-masing satu meter dan tinggi satu setengah meter. Jendela dapat dibuka dengan engsel terdapat dibagian atas. Namun, sepasang jendela tersebut dipasang teralis jeruji besi dan tirai yang gelap juga.

Beberapa perempuan yang nongkrong di kursi depan etalase barang jualan warung kecil teras tersebut memperhatikan Zimy saat Zimy berjalan lewat untuk kembali ke kubah.

Upadaya Santri GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang