❦︎❦︎❦︎❦︎
11 Januari 1954
Hi Tuan!
Masih ingat Dara ini?
Iya, Dara yang mendamba Tuan.Bagaimana kabar mu?
Masikah terikat cinta dengan Dara ini?
Atau sudah lupa akan Dara yang pernah mengisi relung hatimu, Tuan?Tuan, masih kah kau ingat Dara ini?
Masihkah ada secarik harapan untuk Dara ini?Jika memang ada, bisakah Dara ini kembali ke dalam dekapan mu?
Namun jika tidak, mohon ajari Dara ini untuk melupakan mu,Jangan biarkan Dara ini merasakan lagi jentayu yang menantikan hujan.
Tuan, maukah kau mendengar sedikit kisah ku?
Kisah Dara yang merasakan jentayu menanti hujan.Kala itu Dara merasa seperti diiris sembilu,
Menahan luka hampir sewindu,
Demi jiwa yang tetap merindu.Tiga penggalan kalimat itu mewakili besari dari Dara ini.
Tuan, kau mungkin menganggap ku egois,
Yang tak mau pergi dari hidupmu.Namun pernah kah Tuan melihatnya?
Melihat dari kacamata Dara iniBahwa kau menginginkan dengan tersirat,
Untuk Dara ini tak lagi di dekapanmu
Bahkan menginginkan Dara ini untuk membenci Tuannya.Tau kah kau Tuan?
Kau bukanlah yang Mulia
Dan Sang Mulia memilih untuk aku mencintai Tuannya.❦︎❦︎❦︎❦︎
Puisi ini telah dilombakan dalam cipta puisi. Dan alhamdulillah termasuk dalam Penulis Terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA DAN TUAN
Puisi𝙿𝚎𝚗𝚊𝚗𝚝𝚒𝚊𝚗 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚋𝚊𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚂𝚊𝚗𝚐 𝙳𝚊𝚛𝚊 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚃𝚞𝚊𝚗 𝙰𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒? 𝙰𝚝𝚊𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚔𝚊𝚛𝚊𝚖 𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚕𝚊𝚞𝚝𝚊𝚗? °·. ✧* ✵ 𝐼𝑛𝑖 𝑘𝑖𝑠𝑎ℎ 𝐷𝑎𝑟𝑎 �...