28. Serangan berlanjut

1.1K 390 62
                                    

Bahkan bulan setelah matahari ikut tertutupi dengan lingkaran hitam tersebut, seperti kata Huang Renjun.

Saat usil memainkan cahaya dari ponselnya, Zhong Chenle tak sengaja menyoroti wajah Jeno.


"Uh— hyung, kau sakit?"


Sontak mereka menoleh, ikut menatap kondisi Jeno.


Jaemin tertegun, menyadari sesuatu tentang kembarannya. "Oh Tuhan, tidak sekarang."

Lelaki Abraham itu tak menanggapi siapa pun, hanya diam dalam ringisan kecil dan peluhnya. Melihat pemandangan tersebut, tentunya menjadi Grace iba.

"Kenapa dengan Jeno? Dia sakit?"

Jaemin menggigiti bibir bawahnya sesaat sebelum melanjutkan, "dia menderita GERD."

Astaga, ada Grace yang mengidap asma, penyakit yang tidak main-main sesaknya. Sementara Jeno menderita sakit pada bagian perut yang cukup tak tertahankan sakitnya bila kambuh.

Tiba-tiba saja, satu-satunya gadis di antara para lelaki itu bangkit, meneguk saliva keraguannya saat berjalan.

"Hey, hey. Kau gila?" Tanya Mark mencegah langkahnya mencapai pintu. "Kau mau kemana?"

"Aku akan ke klinik yang ada di lantai bawah, pasti ada obat dan makanan disana."

"Geez— kau tak boleh senekat ini, Osaki."

"Lalu kau akan membiarkannya mati kesakitan seperti itu?"

Mark dan yang lainnya tak berkutik, tentunya penuh bimbang membiarkan salah satu dari mereka semakin merintih. Sepersekian detik mendenting, akhirnya Renjun ikut bangkit, disusul Jaemin sebagai temannya. Melihat hal itu, Jisung berkata, "kita tak mungkin berpisah. Tolong ingat kata Haechan hyung."

"Lalu bagaimana?"

Chenle menggaruk tengkuknya, memilah keputusan antar dua pikiran.

Dengan sekuat tenaga Jeno mendesak dirinya sendiri untuk berdiri. "Aku— aku akan ikut."

"Hyung—"

"Aku bisa. Yang mustahil itu kalian pergi dan kembali kesini dengan selamat."

Helaan nafas kasar Mark merebak. Tanpa mengucapkan apapun ia melangkah menghampiri Jeno, meraih tangannya untuk diletakkan ke atas pundaknya. "Kau tak boleh lemah, sok jagoan."

Jeno berusaha terkekeh dalam sakitnya, merasakan bantuan dalam ucapan Mark. Jisung lalu bergegas membantunya, memposisikan diri untuk ikut dengan para kakaknya. Tanpa ba-bi-bu lagi, Chenle menyertai dirinya.

Beberapa dari mereka membawa tas. Renjun dan Jaemin sendiri meraih benda-benda yang mungkin bisa dijadikan sebagai pelindung, lalu menjadi orang-orang pertama yang keluar dari dalam studio guna memastikan lorong tak dihuni siapa pun. Begitu yakin, mereka mengisyaratkan sisanya untuk segera menyusul. Grace, Mark, Jeno, Jisung dan Chenle memelankan langkah agar tak mengundang para jelmaan vampir. Mereka berjuang untuk beradaptasi, meski ini masih terasa berat. Mark dan Jisung terus berusaha menopang Jeno, mengikuti langkah menuju lift yang diarahkan Huang Renjun.

"Liftnya kembali bekerja." Bisik lelaki Huang itu.

Yang lain mengangguk, menunggu kemudi angkat tersebut  yang masih berada di lantai dasar menuju lantai 15, tempat mereka berpijak saat ini.







Kra—k







Krak.







"Goddamn, tidak sekarang."


THE CLASS OF EVIL ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang