tidak perduli sesakit apapun, aku amsih tetap mencintaimu
itulah kebodohan ku
-❤️-
"Bella, aku udah punya istri dan kamu juga harus lanjut dengan masa depan kamu."
Sabian frustasi karena didepannya ada Bella, perempuan yang ia sayang sedang menangis. Setelah jadwal padatnya, ia sekarang bertemu dengan Bella setelah membuat janji. Dan ia berbohong pada Dira jika ia ada urusan pekerjaan.
Di sebuah restoran Prancis sekarang mereka duduk dengan rasa frustasi. Yang satunya menangis dan yang satunya dengan wajah kusut.
"Tapi aku cinta sama kamu, Bian. Aku cuman mau kamu."
Sabian duduk terdiam, bingung harus merespon apa lagi. Tidak mungkin ia berselingkuh dari Dira, wanita hebat yang telah melahirkan tiga anak untunya. Menikah lagipun diperbolehkan asal adil akan tetapi ia merasa tak sanggup.
"Bel, kamu bilang cinta datang karena terbiasa bukan? Jadi mengapa kamu ga mencoba mencintai seseorang dan melupakanku?"
"Tidak! Aku bisa menjadi istri keduamu, iyaa aku tak apa menjadi istri keduamu."
Sabian terdiam, Bella menarik tangan Sabian dan membawanya dalam genggaman tangannya.
"Sabian, aku mohon sama kamu." Pinta Bella penuh harap.
"Andai aku bisa melakukannya, andai aku mampu."
"Kenapa tidak bisa? Kenapa? Karena perempuan itu? Karena dia yang tidak mengijinkannya?" Bella menaikan nada suaranya karena frustasi.
"Bella, jaga ucapanmu!" Desis Sabian merasa tak terima.
Bella terkaget, "Sabian." panggil Bella dengan lirih.
Bella kembali terisak karena merasa Sabian telah berubah. Sabian yang sekarang bukan lagi Sabian yang dulu selalu tersenyum dan membuatnya bahagia.
Sabian berdiri dan langsung memeluk Bella mencoba menenangkan Bella yang terisak semakin keras. Sabian merasa bersalah pada Bella, entar mengapa ia merasa tak terima dengan yang diucapkan Bella.
Tepat didepan jendela Restoran Prancis, perempuan dengan dress putih gading berdiri terpaku. Tangannya menggenggam tali paperbag dengan erat dan yang satunya terkepal sama eratnya. Air matanya menggenang di pelupuk mata seakan bisa tumpah kapan saja.
Dira yang berniat mengejar kucing setelah mengambil roti pesanannya malah disuguhkan pemandangan menyakitkan. Melihat suaminya memeluk perempuan yang dicintainya. Pernikahan? Naif.
"Apa yang kamu harapkan Dira? Seharusnya kamu sadar sejak awal, kamu tak mungkin ada dihatinya atau barangkali dia yang tak pernah memberimu izin untuk masuk."
Dira melangkah dengan cepat menghampiri mobil yang tadi mengantarnya. Bergegas meminta sopir untuk kembali kerumah. Ia hanya tak ingin lebih sakit hati melihat adegan selanjutnya.
Kala Dira pergi, Sabian melepaskan pelukannya dari Bella dan berpamitan pergi. Hari ini cukup sampai disini dan semoga menjadi akhir dari semuanya. Ia tak ingin mengecewakan orang orang yang menyayanginya.
Sebelum kembali kerumah, Sabian sempatkan untuk membeli donat karena ingat Dira menyukainya. Alvin dan Aretha pun sangat suka makanan manis berbeda dengan Raqila.
Dira sampai dirumah dan meminta bibi Mariam untuk menyimpan roti kedalam kulkas. Ia ingin mengganti pakaian dan menenangkan hantinya sebelum Sabian pulang.
Selesai dengan urusannya, Dira kemudian turun untuk melihat putra putrinya yang sedang bermain. Dira terpaku sebentar melihat Sabian yang kini menggendong Raqila sedangkan Alvin dan Aretha sedang memakan donat.
Dira menghampiri Sabian yang menggendong Raqila yang tampak bahagia.
"Gimana? Udah selesai urusannya? Happy banget kelihatannya." tanya Dira dengan normal.
Salah satu kelebihan perempuan adalah menyembunyikan perasaannya hingga tak ada satupun yang menyadari bahwa dia tersakiti. Mau senang mau susah, sesedih apapun, mereka handal dalam hal menutupi.
"Iyaa, udah selesai. Aku bawain kamu donat kesukaan kamu."
"Wahh, kapan beli donat katanya kamu sibuk banget hari ini."
Dira mengambil satu donat dari dalam kotak dan memakannya dengan perlahan.
"Tadi pas mau pulang, terus kebetulan lewat jadi mampir sekalian."
"Ohh, gimana hari ini? Dari muka kamu kelihatan seneng banget."
Sabian menatap Dira yang sedang mengunyah donatnya kemudian kembali menatap Raqila.
"Iyaa seneng banget, hari ini aku seneng banget dan ya, semua berjalan sesuai yang diharapkan."
"Emm, aku juga ikut seneng dengernya." Dira menggigit donatnya dengan hati yang berat, air matanya mengenang di pelupuk mata.
'Dia bahagia, Ra'
Sabian bermain dengan Raqila dan Dira hanya mengamati dengan hati yang bimbang.
---
Didalam kamar, Dira sibuk dengan skincare malamnya sedangkan Sabian masih ada di ruang kerja. Dira mengoleskan krim malam pada kulit wajahnya, mengusap dengan lembut dan perlahan. Ia menoleh kala pintu dibuka dan Sabian pelakunya.
Sabian mengahampiri Dira yang menatapnya heran. Dira berdiri dari duduknya sambil menjedai rambutnya, ia harus melihat keadaan anak anak. Belum sempat melangkah, Sabian memeluknya dengan erat dan menciumi leher Dira yang terekspos.
Dira kaget dan juga merasa geli. Tunggu ada apa dengan Sabian? Kepana tiba tiba memeluk begini?
"Sabian kenapa?" Sambil Dira mendorong Sabian untuk memberi jarak.
"Dira, aku pengen sekarang."
"Pengen apa? Pengen makan?"
"Iya, pengen makan kamu, boleh kan?"
"Dira ga bisa dimakan loh, Bian. Dira bukan makanan."
Sabian kemudian mengecup bibir Dira lembut membuat kaget.
"Bolehkan?"
Dira hanya diam tidak membalas pertanyaan Sabian. Yang benar saja, kenapa harus bertanya dan membuat Dira malu.
"Aku anggap jawabannya iya."
Sabian kemudian melumat habis bibi Dira dan mereka akhirnya terlibat ciuman panas. Sabian melepas ciumannya membuat Dira terengah dengan pipi merah. Sabia terkekeh pelan kemudian menggendong Dira.
"Bian." pekik kaget Dira.
Sabian merebahkan Dira diatas ranjang. Kemudian Sabian menindih Dira dengan tangan sebagai tumpuan disamping kepala Dira. Sabian mengelus bibir Dira lembut membuat suara erangan muncul.
Tangan Sabian kemudian berpindah ketempat lain dan mulailah penjelajahan malam ini.
"Kita mulai ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
P R I N C E ( S S ) | SELESAI
FanfictionDalam hidup cobaan tak pernah dapat untuk dimengerti. Dalam cinta semuanya menjadi tidak masuk di akal. Dalam takdir kamu tak akan pernah tau bagaimana jalan hidupmu akan datang. Semuanya tentang ketidakpastian yang nyata. Seoarang Pangeran dari neg...