Satu•

32 7 0
                                    

Selamat Membaca✅

•••

"Harus banget pindah Dad?" tanya pria berumur 17 tahun kepada ayah nya.

Pria yang dipanggil Dad pun mengangguk. "Kantor utama kita ada di Indonesia, dan kantor itu lagi ada masalah Galva."

Galva menghela nafas pelan, "Aku tinggal disini aja deh, Daddy sama Mommy bakalan balik kan?" tanya nya dengan senyuman.

"Enggak sayang, kita nggak tau sampai kapan disitu." jawab Eva-Mommy Galva.

"Mom."

"Ikut saja ya? Nggak bosen kamu disini terus?" tanya Eva.

Galva menoleh ke arah Adi-Daddy Galva, lalu mengangguk, "Yaudah."

Kedua orang tua nya tersenyum lebar.

"Siap siap gih, nanti jam lima pagi kita udah takeoff." titah Eva.

Galva mengangguk, lalu mengecup singkat pipi Eva.

"Heh! Bini orang maen nyosor aja!" galak Adi.

Galva tertawa, "Bini orang itu Mommy nya Galva kalo Daddy lupa."

Galva menghujami wajah Eva dengan ciuman, Eva tertawa keras, wajah Adi sudah menahan cemburu.

Adi mendekat, mengapit kepala Galva dengan ketiak nya.

"Mampos! Daddy belom mandi sejak pulang kerja, cium tuh ketek!"

"DADDY!! Bau banget yaawloh." Galva meronta ronta mintak dilepaskan.

"Mas." tegur Eva.

Adi melepaskan apitan nya, berjalan mendekat kearah Eva, menghujami nya dengan ciuman. Eva pasrah, kedua bayi besar ini sedang dalam mode cemburu.

"Ih udah tua juga! Nggak inget umur banget." gerutu Galva, lalu berjalan kelantai atas, kekamar nya.

"Jealous says Boss." teriak Adi.

"Yakali Boss iri sama kariawan?"

Galva Geindra Dirgantara. Pria berparas tampan, tubuh tegap, rahang tegas, sorot mata tajam, hidung mancung dan bibir tebal namun seksi. Rambut hitam legam, dan bola mata berwarna ke abu abuan. Dia pindah karena harus mengikuti kedua orang tua nya yang harus menyelesaikan masalah bisnis utama mereka. Mau tidak mau, Galva harus ikut.

•••

"BACOT LO ANJING!" amarah seorang gadis kini sudah diujung tanduk. Teman nya pun tak bisa mengehentikan.

Bughh

"MATI LO!"

Bughh

"NGGAK GUNA LO IDUP BANGSAT!"

Lawan yang berjenis kelamin laki laki itu sudah terkulai lemah. Dia sudah tidak tahan menahan rasa nyeri disekujur tubuh nya. Seperti nya dia salah pilih lawan.

Terakhir tendangan pada perut laki laki itu.

Gadis tersebut sudah puas memukuli lawan nya, lalu berjongkok, menarik kerah baju lawan nya kasar. Menatap tajam retina yang sudah siap tertutup itu.

"Bilangin sama geng sampah lo! Sekali lagi gue liat temen gue disentuh sama anggota brengsek lo, abis lo semua ditangan gue!" gadis tersebut menghempaskan lawan nya kasar, lalu berdiri. Menatap teman nya yang sudah menatap nya khawatir.

"Naya." desis seorang gadis, merasa bersalah saat melihat wajah lebam Naya.

Dia tadi dikepung oleh sekumpulan remaja berotak miring. Dia ketakutan. Saat sudah pasrah dengan keadaan, Isha-teman Naya, mendengar ada yang beradu jatos, mata nya membulat saat melihat Naya melawan sekitaran tujuh orang yang berumur sama, seperti nya. Naya menghajar dengan santai, saat mata Naya tak sengaja menatap Boss dari sekumpulan ini sedang duduk manis ditepi jalan, Naya menghantam orang yang menghambat jalan nya. Saat sudah didepan cowok ini, Naya tidak ingin berbasa basi pun langsung emosi, menyerang dengan gerakan cepat nya.

My Geeky BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang