Part 3-Nyasar

15 8 4
                                    

Selamat membaca🤗

°°°

Sudah seminggu aku berada di kos ini, merasakan sesuatu yang berbeda setiap harinya. Namun, aku belum terbiasa dengan semua ini. Aku tersenyum tipis tatkala membuat nasi goreng plus sosis, telur, dan bakso untukku sendiri. Melakukan sesuatu memang harus didasari dengan hati yang bahagia agar yang kita lakukan tidak mendapatkan hasil yang mengecewakan.

Setelah selesai, aku memindahkan nasi goreng itu ke piring. Menatap hasil masakanku dengan sedikit bangga.

"Wah, baunya enak."

Suara itu membuatku memutar tubuh ke asal suara. Tersenyum ke arah Kak Lida yang rapi menggunakan kemeja kotak-kotak merah dan celana jeans. Dia berdiri di depan nasi goreng buatanku, lalu mengambil sendok dan menyendokkan nasi goreng itu ke mulutnya.

"Hem, enak."

Belum sampai aku mencegahnya, Kak Lida sudah mendudukkan diri di kursi dan menikmati nasi goreng buatanku.

Aku meneguk ludahku. Tidak tega untuk bilang bahwa itu untukku, apalagi melihatnya yang sangat lahap seperti belum makan sejak kemarin.

Aku berbalik, menatap sisa nasi goreng yang ada di wajan. Masih ada. Kuambil piring kosong, dan membersihkan sisa nasi goreng di wajan sampai bersih. Aku duduk di kursi berhadapan dengan Kak Lida, lalu mulai memakan nasi gorengku setelah berdoa.

Aku selalu menghitung kunyahan pada setiap suapan makanku, setidaknya sampai lima puluh kunyahan, sampai makanan itu cukup halus. Aku tidak terbiasa menelan bulat-bulan makanan yang kumakan.

"La, nasimu masih banyak. Minta boleh?" Kak Lida menunjuk piringku. Aku mengalihkan tatapan ke piring dengan nasi goreng yang masih banyak—karena aku baru memakannya tiga suapan.

"Em, iya."

Aku mendekatkan piringku ke arahnya. Dia memindahkan beberapa sendok dari piringku ke piringnya, menyisakan sekitar dua sendok di piringku.

Aku menghabiskannya, lalu menatap Kak Lida yang tengah meminum air putih.

"Kak," panggilku.

"Hm?" Dia meletakkan gelasnya.

"Kakak belum makan sejak kapan?"

"Pagi ini, semalem gue makan di luar," balasnya, lalu bangkit dari kursi menuju tempat mencuci piring. Dia mencuci piringnya, lalu meletakkannya di rak.

"Masakan lo enak. Besok-besok masak lagi, ya."

Aku melongo melihatnya yang langsung berlalu. Kututup mulutku, kembali tersadar dari raut longoku. Aku mencuci piring bekas makanku, lalu kembali ke kamar.

"La," sapa Kak Ami yang menyembulkan kepalanya di ambang pintu kamarku yang lupa kututup.

"Joging, yuk!"

Aku ingin menolak karena baru saja makan, takut begah. Namun, ketika teringat porsi makanku yang hanya seperempat dari biasanya, aku memilih menyetujui.

"Sebentar, ya, Kak!"

Aku meraih celana kulot garis-garis berwarna hitam-putih, lalu berjalan ke kamar mandi untuk mengganti bawahanku. Setelah itu, kami berdua turun. Matahari sudah tinggi, seharusnya kami memulai joging sejak satu jam yang lalu agar saat kembali nanti, tidak terlalu menyengat.

Ketika Rasa Memupuk Asa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang