Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca 🤗
°°°
Ketika diri sudah merasa sangat berusaha, lalu melanjutkan dengan perjuangan, saat itulah diri manusia mengharapkan hasil terbaik. Namun, sebaiknya jangan terlalu berangan-angan akan menghasilkan yang diinginkan, tetapi bertawakal-lah, memasrahkan apa yang sudah kamu usahakan kepada-Nya.
Lima belas menit lagi, ulangan tengah semester akan selesai dan sekarang adalah mata pelajaran terakhir yang diujikan dalam ulangan tengah semester, kewirausahaan. Entah karena apa, aku sudah menyelesaikannya setengah jam yang lalu dan aku hanya terdiam dan berpura-pura tertidur agar tidak terganggu oleh teman-teman seruangku yang ingin meminta contekan.
"Bist, bist, Nihla."
Aku tetap berpura-pura tidur, membuat napasku seberatur mungkin.
"Dek, itu dipanggil temennya," ujar kakak kelasku yang duduk di sampingku. Aku hanya bergumam tidak jelas dan tetap menelusupkan kepalaku di lekukan lengan.
"Tidur dia, kecapekan kali," ujar kakak kelas itu kepada teman sekelasku yang duduknya di sampingnya.
Kepalaku menegak seketika mendengar guru pengawas mengintruksi agar yang sudah selesai segera men-submit pekerjaan dan ke luar dari aplikasi ujian menggunakan pin. Aku segera memeriksa satu per satu soal yang kukerjakan, menghilangkan centang pada soal yang tertanda ragu-ragu, lalu menekan submit pada halaman terakhir soal.
Hasil ulangan tidak ditampilkan. Aku langsung mengetikkan enam digit huruf dan angka yang merupakan pin yang digunakan untuk ke luar dari aplikasi.
"Yang sudah selesai, boleh ke luar."
Aku ingin bangkit dan ke luar dari ruangan, tetapi kuurungkan karena belum ada yang ke luar dari ruangan. Aku menoleh ke arah Ayla yang masih menunduk menatap ponsel pintarnya. Lima detik kemudian, dia menoleh ke arahku, lalu mengendikkan dagunya.
"Udah selesai?" tanyaku.
Dia memperlihatkan tangannya, seakan menyuruhku menunggu beberapa saat. Aku mengangguk dan memilih menatap jam dinding bergambar Keroppi yang berada di atas papan tulis putih. Belum sampai lima menit, Ayla sudah memanggilku. Aku menoleh, dia mengangguk pelan lalu berdiri.
Aku ikut berdiri, lalu mengikuti Ayla mengambil tas yang dikumpulkan di depan dan ke luar dari ruangan setelah berpamitan dengan guru pengawas.
"Huh, lega banget gue."
Aku tersenyum kecil melihat Ayla. "Alhamdulillah ...."
Dia merangkulku berjalan menuju kantin dengan sedikit mendorongku menggunakan lengannya yang berada di kedua bahuku. Dia membuka kulkas dan mengambil dua botol minuman teh dan memberikan salah satunya padaku.
"Berapa, Mbak?" Ayla bertanya pada penjual di kantin seraya menunjuk minuman yang ada di tangan kami berdua.
"Tujuh ribu, Dek."
Ayla memberikan uang dan penjual di kantin itu menyerahkan kembaliannya. Ayla mengajakku duduk di kursi yang tempatnya agak di tengah.
"Makasih, Ay. Nanti aku ganti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Rasa Memupuk Asa
Fiksi Remaja"Jangan membuatku bingung, tidak bisa berkutik, dan berdebar-debar dalam waktu bersamaan karena sikapmu. Jika suatu saat nanti, kamu akan melupakan sikapmu, dan juga aku." °°° Karena selalu dianggap anak manja oleh mama dan kakak sulungnya hanya kar...