Part 5-Belajar Kelompok (2)

16 5 4
                                    

Selamat membaca🤗

°°°


"Apa?"

Aku mengikuti arah pandangnya. Kak Ren menatap ke bawah, ke arah kedua tanganku yang memegang sepatu-yang baru saja kuambil dari luar. Dia mengambil salah satu sepatuku, lalu membolak-balikkannya.

Aku melihatnya bingung. "Itu pun-"

Belum selesai aku berbicara, Kak Ren mengembalikan sepatu itu padaku, bersamaan dengan Bang Alam yang tertawa mengejek.

"Sepatunya mirip, ya? Makanya, kalo abis maghrib jangan tidur." Dia kembali tertawa.

Kak Ren mengabaikannya dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Aku menatap pintu kamar mandi.

"Jangan lupa sholat!" teriak Bang Alam begitu pintu terdengar suara kamar mandi tertutup.

Aku meringis, lalu pamit pada Bang Alam untuk ke atas. Namun, dia malah menggoda, "Cie ... sepatunya couple." Dia terlihat bahagia sekali.

Aku berdecak pelan, lalu pergi begitu saja meninggalkannya yang masih tertawa. Padahal, 'kan, sepatu yang seperti ini itu banyak yang punya. Jika aku dan Kak Ren memilikinya, itu adalah hal wajar, 'kan?

°°°


Aku mendesah pelan. Merasa sedikit kacau, karena beberapa menit yang lalu, satu kelas melaksanakan ulangan dadakan mata pelajaran Fisika. Banyak yang tidak kuingat, jadi aku menjawab sembarang.

Ayla menepuk punggungku. "Tenang, gue juga ngaco tadi. Asal klik, yang penting selesai."

Dia tampak bangga dengan apa yang telah ia perbuat. Aku menggeleng, tersenyum melihatnya.

"Nilai jelek nyaho!"

Ayla malah tertawa. "Nggak papa, masih ulangan yang pertama. Besok-besok enggak."

Dia menggeser kursinya sehingga lebih dekat denganku. Ia membawa kertas formulir yang tadi-saat istirahat kedua-diberikan oleh wali kelas, tentang ekstra kurikuler yang akan diikuti oleh seluruh siswa kelas 10.

"Lo mau ikut apa?" tanyanya.

Aku mengendikkan bahu. "Belum tau. Kamu sendiri?" tanyaku balik.

"Gue ikut lo."

Aku mengerutkan dahi, sementara Ayla malah cengengesan.

"Gue males kalo ikut ekskul yang enggak ada orang yang gue kenal."

"Nanti kenalan, lah. Tak kenal maka kenalan."

Aku terkekeh ketika mendengarnya berdecak. Kami saling terdiam seraya menatap formulir itu. Aku belum tau, apa yang kuinginkan. Mayoritas ekstra kurikulernya olahraga, sementara aku tidak pandai olahraga. Selain olahraga, ada tari, tidak mungkin aku harus berlenggak-lenggok.

Mataku tertuju pada satu tulisan. Aku menoleh ke arah Ayla yang seperti sedang menerawang ke arah formulir itu. Wajahnya terlihat serius. Aku mendorong pipinya hingga wajahnya bergerak.

"Apa?"

"Basket putri sama putra dicampur nggak, sih?"

"Dicampur keknya." Dia tersenyum ke arahku, seperti tengah menemukan angin segar di tengah gurun. "Gue mau ikut basket, ah. Lo juga harus!"

"Enggak."

"Kenapa? Cogannya banyak, loh. Ekskul basket, ladangnya cogan." Dia mulai mengisi formulirnya, mencentang pada kolom basket putri dan pramuka.

Ketika Rasa Memupuk Asa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang