Luhan

257 55 5
                                    

"Hari ini Nayoon tak bisa datang, jadi kucarikan penggantinya tak apa, kan?"

"Trus, kau sudah menemukannya?"

"Sudah,"

"Siapa?"

"Sepupuku." Hyunjae, pria bertubuh bongsor dan sedikit berisi itu menunjukkan layar ponselnya pada Sehun. Benda itu memperlihatkan ruang obrolan Hyunjae sebagai manajernya dengan seseorang yang bernama 'Rusa'. Sedetik selesai Sehun membaca namanya, belum sempat juga Sehun membaca seluruh isi ruang obrolan itu, Hyunjae sudah menarik lagi ponselnya, lalu berkata, "Tenang, dia pernah merias beberapa artis sebelum ini, kok." ia mengoceh dan menyebutkan siapa saja artis serta kapan saja sepupunya itu merias artis kemudian.

Tapi, Sehun sama sekali tak tertarik.

"Siapa itu 'Rusa'?" potong Sehun, lebih tertarik dengan nama kontak sepupunya Hyunjae daripada hasil kerja dari sepupunya si manajer. Keningnya berkerut saat bertanya demikian.

Hyunjae berhenti mengoceh, lalu menunduk pada Sehun yang duduk di meja rias. "Oh, itu julukannya di keluarga besar kami. Dia aktif bergerak kesana-kemari waktu masih kecil, seperti Rusa." jelasnya singkat. Kemudian ia mengecek jam tangannya. "Dia bilang dia sudah ada di perjalanan. Mungkin sebentar lagi sampai."

"Halo, maaf aku terlambat."

"Oh! Ternyata sudah datang." seru Hyunjae sembari menghampiri si Rusa---sepertinya--- yang baru saja datang.

Sehun melirik sosok yang membungkuk beberapa kali pada orang-orang di ruang rias itu. Sosok itu memberi senyum pada Hyunjae. Senyum kecil yang manis, yang kemudian merekah menjadi sangat manis saat sosok itu menunjukkan deretan gigi serta lengkungan indah di matanya. Ketika Hyunjae menggiring sepupunya mendekati Sehun, Sehun merasa penjelasan singkat Hyunjae mengenai sosok ini sebagai 'Rusa' memang cocok sekali. Suaranya ceria, gestur tubuhnya menggemaskan, matanya bulat, bentuknya memang seperti mata rusa, serta memiliki wajah yang seperti buah---manis sekali!

Lalu sesi saling tukar nama itu terjadi.

Namanya Luhan. Sehun mengenal manusia bertubuh kecil itu sekitar 2 tahun yang lalu. Luhan masih muda waktu itu, terlihat dari pipinya yang masih gembul dan nampak kenyal sekali kalau dicubit, mungkin. Sehun ingat kalau Hyunjae mengenalkannya sebagai mahasiswa di salah satu Universitas besar di Seoul. Luhan suka merias seseorang, hobi sebenarnya. Meskipun begitu kualitas riasannya patut diacungi jempol sebab Luhan pernah diminta merias beberapa artis.

Namun agaknya Sehun sangsi dengan Luhan di awal pertemuan mereka. Meski Hyunjae telah menyebutkan hasil karya Luhan, tetap saja Sehun sangsi. Tubuh Luhan yang kecil dibalut dengan pakaian kasual, nampak biasa saja. Wajahnya tak menunjukkan bahwa Luhan bisa merias seseorang, apalagi tingkat selebritis sepertinya. Luhan nampak bingung saat Hyunjae menjelaskan konsep pemotretan Sehun hari itu. Sehun sangsi Luhan tak bisa mencapai ekspektasinya.

Sehun sangsi pula ekspektasinya terbayar, jujur saja. Sebab ketika Luhan memolesnya dengan kuas-kuas itu, memperhatikan setiap inchi wajahnya, Sehun merasa Luhan bisa diandalkan. Benar, ekspektasinya terbayar karena Luhan meriasnya dengan sangat baik. Pun, selama Luhan mematut wajahnya, Sehun tak bisa lepas dari mata bulat milik Luhan. Mata itu jernih, dan Sehun bisa melihat pantulan dirinya dalam bola mata Luhan.

Seperti Luhan hanya menatap padanya. Hanya dialah yang ada dalam pandangan Luhan. Itu yang membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Sehun sempat salah tingkah, jujur saja. Ia berusaha untuk menahannya hingga tanpa sadar pipinya memerah. Lalu dengan lugunya, Luhan mengernyit, bergumam, "Sebentar, pipimu kemerahan," lalu menimpa pipinya dengan bedak atau apapun itu supaya tak kelihatan rona merahnya.

Luhan, rona merah itu bukan karena riasan yang kau beri. Tapi karena kau!

Luhan waktu itu lugu sekali, menggemaskan sekali. Saat Luhan berlari kecil menghampirinya, memperbaiki riasannya setelah Sehun melakukan beberapa kali pose untuk dipotret, juga tingkah-tingkah Luhan yang lain, yang kadang mengundang tawa staff pemotretan di ruangan itu, Sehun suka. Luhan yang lebih pendek darinya harus berjinjit hingga Sehun harus menekuk kakinya pula supaya Luhan tak kesulitan. Sehun juga suka ketika Luhan harus menyeimbangkan diri dengan kakinya yang berjinjit, mengernyit kesusahan pula. Sehun suka Luhan yang seperti itu.

Ten Years ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang