Bab 13. Ada yang Kecewa

61 27 0
                                    

"Perihal rasa memang tidak pernah bisa dipaksain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perihal rasa memang tidak pernah bisa dipaksain."
[Kanaya Jingga]
-•¤•-

Jingga baru saja kembali ke kelas, setelah menyerahkan tugas hukuman dari Bu Rahayu dan menebalkan rungunya karena mendapat wejangan 'panas' dari guru killer tersebut. Belum ada satu menit ia mendaratkan pantatnya ke atas kursi ketika Mita--teman sekelasnya tiba-tiba memanggil dari ambang pintu.

"Ji, dicariin tuh!" teriaknya.

Sontak Jingga menoleh ke arah Mita. "Siapa?" tanyanya tak kalah berseru.

"Kak Glenn," sahut Mita yang lantas menghilang keluar kelas.

Demi mendengar nama Glenn yang mendatanginya ke kelas, refleks ia mengalihkan netranya menatap Sasha yang dengan jelas ikut mendengar obrolan singkatnya dengan Mita. Tatapan temannya itu tentu saja sangat sinis, sebelum kemudian membuang muka, kesal.

Bilangnya nggak ada apa-apa, tapi dicariin sampai ke kelas, umpat Sasha dalam hati.

"Ji. Lo nggak temuin tuh?" Mozza menyenggol siku teman sebangkunya itu yang masih terus menatap Sasha.

"Ngapain, sih, Kak Glenn ke sini? Bikin masalah makin runyam, deh!" keluh Jingga. Namun, tak urung cewek itu bangkit dan menghampiri kakak kelasnya itu yang menunggu di depan kelas.

Glenn menekuk satu kakinya ke dinding dengan tubuh bersandar pada sisi samping pintu, dan pandangan lurus ke arah lapangan saat Jingga keluar menemuinya.

"Kakak ngapain ke sini?" tanya Jingga tanpa bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

"Eh, hai," sapa Glenn menarik tatapannya. Ia mendapati gadis yang ingin dijumpainya sudah berdiri di sampingnya.

Tanpa membalas sapaan Glenn, Jingga kembali mengulang pertanyaannya. "Kak Glenn ngapain ke sini?"

"Mm, gue ganggu lo?" Glenn balik melempar tanya. Ia sepertinya bisa menangkap keberatan gadis itu.

"Bukan gitu, Kak. Nggak enak sama sahabat aku," keluh Jingga berterus terang. "Dia pasti makin marah sama aku," lanjutnya.

"Yaudah, sini biar gue jelasin sama sahabat lo. Yang mana anaknya?" Glenn sudah mengambil ancang-ancang hendak masuk ke kelas Jingga. Namun, segera dihalangi oleh tubuh gadis itu.

"Eh, jangan, Kak!" serunya panik. Tanpa disengaja jarak di antara keduanya pun terkikis. Jingga dan Glenn berdiri berhadapan begitu dekatnya, saking refleksnya Jingga menghadang Glenn.

"Sorry," ucap Glenn seraya mengusap belakang kepalanya, salah tingkah.

Ia lebih dulu menguasai keadaan dan bergegas mundur. Jangan ditanya seperti apa bunyi detak jantung cowok itu, sudah seperti genderang perang ditabuh saja! Sementara Jingga hanya menunduk. Ia tidak nyaman berada di situasi seperti itu.

Cakrawala Jingga  [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang