Bab 17. Berita Menggemparkan

59 24 13
                                    

"Cinta tidak datang setiba-tiba itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cinta tidak datang setiba-tiba itu."
[Kanaya Jingga]

-•¤•-


Fajar menyusup dari celah tirai kamar Jingga, seiring dengan bunyi yang berasal dari weker berbentuk kepala teddy bear di atas nakas samping ranjang.

Sebelah tangan cewek itu terulur meraih benda tersebut, lalu masih dengan mata setengah terpejam ia menatap angka yang ditunjukkan jam tersebut, tepat pukul lima pagi.

Dengan gerakan sigap, ia menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuh mungilnya, lalu melompat turun dari ranjang. Pagi itu, ia berniat menyiapkan bekal makanan untuk diberikan pada Cakrawala. Tidak masalah bukan, toh sekarang cowok itu adalah kekasihnya, pasti dia pun tidak keberatan menerima pemberiannya tersebut.

Setelah selesai dengan urusan mandi, menyapukan bedak tipis ke wajah lalu sedikit mengoles lipgloss strawberry pada bibirnya yang berwana pink alami, Jingga bergegas keluar kamar, lengkap dengan memakai seragam sekolahnya.

Ia menuju dapur untuk menyiapkan sandwich daging asap plus telur mata sapi berbalur saus tomat dan mayonaise lengkap dengan selada segar, irisan timun, tomat dan bawang bombay. Kemudian ia menaruhnya ke dalam kotak makan. "Selesai," ucapnya sambil tersenyum puas.

Jingga menatap jam yang terpasang pada dinding ruang makan, sudah menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Ia berjalan ke kamar untuk mengambil tas punggungnya, kemudian kembali ke meja makan memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas.

Gadis itu pun bersiap untuk berangkat. Setelah memastikan pintu rumah dan pagar telah terkunci dengan benar, ia melangkah ringan untuk menuju tempat pemberhentian bus yang akan membawanya ke sekolah.

Baru saja kakinya menapaki halte, sebuah motor sport berhenti tepat di hadapannya.

"Kak Cakra!" serunya. Kedua bola matanya membulat sempurna. "Kakak ngapain di sini?" Sebuah pertanyaan dengan polosnya meluncur dari labiumnya.

Tanpa menjawab pertanyaan yang Jingga lontarkan, Cakra justru mengulurkan sebuah helm pada cewek itu. "Naik," ucapnya kemudian.

Jingga masih mematung, entah mengapa jika berada di dekat Cakra, otaknya seperti melambat untuk mencerna. Sementara Cakra sendiri tak ingin membuang waktu, ia segera memakaikan helm itu pada ceweknya. Jujur saja, melihat wajah polos Jingga saat itu membuatnya gemas sendiri.

"Eh?" Seperti baru tersadar, Jingga bereaksi pada apa yang baru saja Cakra lakukan. "Ini ...."

"Buruan naik," perintah Cakra memotong kalimat yang ingin Jingga utarakan.

Namun, cewek itu bergeming, jelas masih belum bisa menangkap maksud tindakan kekasihnya itu.

"Ayo, Jingga. Lo mau kita terlambat sampai di sekolah?"

Cakrawala Jingga  [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang