Chapitre 0 : Prologue

121 16 0
                                    

Louisa memacu kudanya lebih cepat. Menembus pohon-pohon pinus yang tersebar di seluruh hutan itu. Kabut tipis mulai turun. Tanda bahwa suhu mulai tidak bersahabat dan dia harus buru-buru kembali ke istana. Capeletnya bergerak seirama derap kaki kuda yang membawanya. Gerbang belakang istana mulai terlihat di ujung cakrawala dengan beberapa pengawal terlihat mengawasi dengan sigap.

Salah satu penjaga melihatnya dan langsung memberi tahu seseorang yang Louisa yakini adalah kepala penjaga pada jam tersebut dan kemudian menginstruksikan pengawal untuk membuka gerbang kecil tersebut.

"Her Royal Highness, Princess of Gidoria masuk ke dalam istana!"

Louisa tersenyum kecil melihat wajah datar namun dipenuhi semangat milik Andrew saat mengucapkan kalimat tersebut. 

"Terima kasih, Andrew!"

Andrew hanya tersenyum dan membungkuk sedikit bersama dengan penjaga-penjaga lain. Ia arahkan kudanya menuju istal tempat Pumpkin, kudanya, mengistirahatkan dirinya. Ia turun dari kudanya dan beberapa penjaga langsung membantunya menyimpan sadel dan mengarahkan Pumpkin pada kandangnya. Di daun pintu istal, terlihat Ivan, salah satu pengawalnya dengan posisi siaganya yang selalu terlihat lucu di mata Lou.

"Hai!"

Ivan membungkuk sedikit.

"Her Royal Highness."

Louisa cemberut.

"Kan kita udah ngobrol, kalo ga ada Nanna, kamu manggil...?", Louisa menggantungkan pertanyaannya yang mengundang helaan nafas dari Ivan.

"Lou."

"atau..?"

Helaan nafas kembali terdengar yang mengundang cekikikan dari Louisa.

"Adek..."

"Good! Santai aja lah. Kita ga lagi situasi formal."

Ivan mengangguk walaupun hatinya berdebar karena takut percakapan tadi terdengar oleh interkom di telinganya.

"Her Majesty menginginkan anda-"

Helaan napas terdengar dari sisi Louisa.

"Her Majesty sedang menunggu Lou di ruang kerjanya sekarang. Ada sesuatu yang ingin beliau bicarakan", Ivan mengoreksi ucapan yang 'terlalu formal'nya.

Louisa mengangguk.

"Ohya, Ivan, aku minta tolong untuk bilang pelayan aku ingin segelas teh kamomil dan beberapa biskuit sebelum tidur nanti?"

Ivan mengangguk. Louisa memberikan gestur bahwa Ivan bisa meninggalkannya sendiri.

Louisa melangkahkan kakinya melewati lorong-lorong panjang nan megah penuh lukisan di atapnya menuju ruang kerja neneknya di sayap timur. 

Sebuah ruangan dengan ukiran yang ia kenal betul ada di depannya. Penjaga membungkuk tanda hormat.

"Her Royal Highness"

Louisa hanya tersenyum lebar.

"Her Majesty ada di dalam kan?"

Salah satu penjaga mengangguk.

"Apakah anda ingin saya masuk dan memberitahu Her Majesty bahwa Her Royal Highness datang mengunjungi?"

"Yup. Tolong."

Golden TattooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang