Kandil-kandil besar yang terlihat klasik nan cantik berusia puluhan tahun sedang dinyalakan oleh para pegawai istana. Beberapa jam lagi, ballroom ini akan diisi oleh ratusan atau mungkin bahkan ribuan orang. Louisa sedang berkeliling dengan asistennya, Hariette untuk melihat-lihat persiapan akan pesta dansa nanti malam. Level-level makanan sudah disipkan. Terlihat juga pegawai lainnya sedang berkoordinasi akan penempatan pelayan dan konternya. Juga melihat Ivan sedang memberikan penjelasan singkat akan sistem keamanan yang akan dilaksanakan malam ini.
"Your Royal Highness, penata rias dan rambut anda sudah siap di ruangan."
"Ah, baiklah. Terima kasih, Hariette."
Louisa kini ada di dalam kamarnya. Wajahnya dirias sedemikian rupa. Matanya dibubuhi riasan ala smokey tipis. Perona pipi berwarna merah muda membuat pipinya menjadi merona samar. Tak lupa juga pulasan pewarna bibir yang melengkapi riasannya. Seluruh pulasan itu terlihat alami. Seperti lebih menonjolkan kecantikan alaminya saja. Rambutnya ditata sanggul ke atas dan tak lupa sebuah tiara disematkan di kepalanya. Setelah selesai, ia dipakaikan ke sebuah gaun merah marun dengan detail gambar mawar yang membaur dengan indah di setiap helai kainnya. Tak lupa juga, sarung tangan sesiku berwarna senada yang melengkapi penampilannya.
Kini ia berjalan menuju ballroom bersama Romeo yang menuntun jalannya. Sesampainya di pintu masuk, penjaga istana membungkuk dan mengumumkan kedatangannya. Ribuan pasang mata kini mengarah padanya. Louisa tersenyum diplomatis dan mulai membaur dengan kerumunan. Beberapa orang membungkuk saat ia melewati mereka yang dibalas gestur salam oleh Louisa. Kini bagian tengah ruangan dikosongkan dan ia berdiri di tengah-tengah ruang kosong itu. Iringan para pemain musik yang memainkan Waltz of The Flowers Tchaikovsky menggema indah ke seluruh ruangan. Para Pangeran dan The Honourables masih terlihat malu-malu untuk mengajaknya berdansa. Louisa meringis. Setidaknya, dimana sepupunya? Masa iya ia akan berdiri sendirian?
Sampai ada satu lelaki dengan percaya diri membelah kerumunan. Kulitnya berwarna karamel. Memantulkan pendar keemasan yang cantik bermandikan cahaya hangat lilin dari kandil. Ia membungkuk sopan dan mengulurkan tangannya yang berbalut sarung tangan putih. Louisa membalas gestur tersebut dan menerima uluran tangan tersebut. Tak lupa, sang Lelaki mengecup punggung tangan Louisa dan keduanya pun mulai melakukan waltz seiring pergantian iringan menjadi lagu waltz klasik Blue Danube karya Johann Strauss. Aroma maskulin menguar lembut saat Louisa mendekatkan dirinya untuk berdansa. Sang Lelaki hanya tersenyum manis dan mulai memijakkan kakinya dalam langkah-langkah teratur.
"Selamat malam, Your Royal Highness."
"Selamat.. malam.."
Tenggorokan Louisa seakan tercekat. Tiba-tiba dadanya berdebar. Lelaki ini begitu memesona.
"Gaun anda terlihat sangat cantik malam ini, Your Royal Highness. Tiara yang dipakai pun melengkapi penampilan cantik anda."
"Ah, terima kasih."
Louisa salah mengambil langkah dan berujung tidak sengaja menginjak kaki sang lelaki. Erangan halus lolos dari bibirnya yang terlihat plump itu.
"Maaf, saya sedikit gugup, dan-"
"Tidak apa-apa, Your Royal Highness. Mari kita lanjutkan dansa kita."
Louisa mengangguk. Mereka kembali melanjutkan dansa sekaligus obrolan mereka.
"Saya belum pernah melihat anda."
"Saya? Ah, saya bukan perwakilan resmi kerajaan. Saya hanya lelaki dengan kepercayaan diri tinggi yang ingin berdansa dengan Puteri semenawan anda, Your Royal Highness."
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Tattoo
FanfictionLouisa Mary Alexandrianne kini adalah seorang puteri mahkota dari Kerajaan Gidoria. Dinobatkan setahun lalu sebagai pewaris tahta kerajaan setelah ayahnya sudah melepas urutan tahtanya ketika menikah dengan ibunya. Kini dengan kedua orang tuanya tel...