Chapitre 2

29 9 0
                                    

Louisa memandang taman belakang istana yang sangat luas. Taman ciamik yang dihiasi topiari-topiari cantik dan berbagai tumbuhan yang memanjakan sejauh mata memandang. Louisa meraih teh hijau yang berasap tipis menandakan tehnya masih hangat dan enak dinikmati. Sepiring cantik berisikan kue-kue lezat dan beberapa makanan lezat tersaji dalam level. 

"Udara sore ini begitu bagus, bukan, Your Majesty?", ucap Lou membuka pembicaraan. Bibirnya menyesap teh hijau kemudian.

"Kau benar. Cuaca yang sangat baik untuk bersantai."

"Hari ini saya dengan segala kerendahan hati menyatakan rasa bahagia saya mengetahui Your Majesty menerima undangan minum teh."

"Ah, jangan terlalu dipikirkan. Kita sudah lama tidak meminum teh bersama."

Louisa mengangguk semangat. Sudah lama keduanya tidak menghabiskan waktu bersama. Mereka sering bertemu memang. Hanya saja durasinya singkat. Paling lama satu jam. Momen ini sekarang momennya. Bisa menghabiskan seseorean berbincang dengan Nanna kesayangannya.

"Kebetulan ada yang ingin aku bicarakan, Lou."

"Ohya?"

"Jeremiah, bisa kah para penjaga, pelayan, dan pengawal membalik badan mereka dan tidak mendengar pembicaraan? Aku ingin berbicara dengan Lou, sebagai cucuku."

Jeremiah, pengawal pribadi Nanna pun memerintahkan semua staff untuk membalik badan mereka dan memberikan privasi lewat interkomnya. Sang Ratu tersenyum kecil dan mulai mengelus rambut Lou dengan sayang.

"Lou,"

"Sayangku.."

Lou menatap penuh ekspektasi. Apa yang hendak Nannanya sampaikan?

"Mungkin beberapa tahun lagi aku akan turun dari titelku sebagai ratu. Kamu, sebagai seseorang di urutan selanjutnya diharapkan menjadi seorang ratu setelah aku. Apakah kamu bersedia? Bersedia untuk memimpin jutaan rakyat Gidoria? Bersediakah memimpin dan menjalankan pemerintahan?"

"Kenapa Nanna tidak bertanya apakah aku mampu? Mengapa Nanna bertanya apakah aku bersedia? Apa Nanna tidak khawatir denganku yang bahkan belum genap tiga tahun hidup dalam istana?"

Nannanya tesenyum penuh arti.

"Lou,"

"Sudah puluhan tahun aku menjadi seorang Ratu, dan sudah puluhan tahun pula aku melihat tingkah laku anggota keluarga kerajaan. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi jaminan mereka menjadi pemimpin yang baik. Hatimu murni dan pikiranmu cerdas, Lou. Sekian lama hidup di luar istana membuat dirimu memahami kehidupan lebih baik. Rakyat-rakyat pun mencintaimu, menyayangimu, mengagumimu. Hal yang kurang dari ini adalah apakah kamu bersedia?"

Lou tidak bisa menyembunyikan harunya mendengar penuturan Nannanya. Ia dipercaya untuk mengemban tugas yang sedemikian megah. Ia memang sempat diberitahu Leonard bahwa jika mereka tidak menemukannya, kekuasaan bisa jadi jatuh ke tangan yang salah karena banyak yang mengincar kursi penuh kekuatan dan kekuasaan itu. Kini kerja kerasnya terbayarkan. Ia bisa mengklaim tahta itu dan menjadi seorang ratu. Membahagiakan Nanna, Ibu, dan Ayahnya. 

"Baiklah, Nanna. Aku bersedia."

Nanna mendekapkan tangannya di dada dan bersorak rendah. 

"Terima kasih sudah menjadi gadis yang baik, Lou."

"Omong-omong, Nanna, bukankah semua otomatis turun padaku saat kau turun tahta?"

"Hm, tidak juga. Ada beberapa pertimbangan yang dipikirkan seorang ratu atau raja menjelang turun tahtanya. Dalam kasusku, karena kau masih terhitung baru dalam urusan kerajaan, maka aku meminta penasihat kerajaan dan perdana menteri memberiku waktu untuk menanyakan kesediaanmu."

"Jika aku menolak?"

"Kandidat selanjutnya adalah Duke of Gidoria dengan puteranya, Prince Leonard. Anak-anak Prince Leonard nanti dan beberapa kerabat Duke Leopold, Duchess of Western Gidoria dan satu anak laki-lakinya, dan terakhir ada Earl Morettscho yang tentu jika naik kerajaan akan mewariskannya pada satu anak lelaki dan satu anak perempuannya."

"Earl Morrettscho? Aku tidak pernah mendengarnya?"

Nanna hanya menghela napas.

"Earl Morrestcho dulu adalah seorang Duke. Duke of Southern Gidoria. Kami bersepupu. Tidak terikat adik ataupun kakak namun dia masih melewati jalur tahta. Dia pernah melakukan kejahatan Gidoria satu kali dengan bersekutu dengan musuh. Ia dihukum keluar dari istana dan gelarnya dicabut. Namun, dia terus menerus mengajukan klaim atas titelnya dan akhirnya diputuskan ia masih bisa memegang gelar Earl. Namun ia tidak boleh tinggal di pusat Gidoria ataupun di istana."

"Tapi, apakah keluarganya bisa naik tahta?"

"Tergantung. Jika ia menikahi seorang anggota kerajaan dan anaknya laki-laki, maka anaknya menjadi putera mahkota dan kekuasaan ratu pindah ke tangannya dan menjadi raja. Jika nanti ada pengumuman tentangmu atau pun pemahkotanmu, ia pasti hadir. Berhati-hatilah"

Lou mengangguk. 

"Jeremiah,"

"Your Majesty."

"Kapan jadwalku rapat tertutup dengan penasihat dan perdana menteri?"

"Saya tanyakan pada Assist Ariel, Your Majesty."

Jeremiah berbisik pada interkomnya dan mengangguk.

"Besok malam, Your Majesty."

Nanna mengangguk dan kini bangkit dari duduknya.

"Nah, jika kamu berkenan, aku akan menuju ruang kerjaku. Apa kamu akan baik-baik saja?"

"Tentu saja, Your Majesty," Jawab Lou.

"Sampai jumpa lagi, Louisaku."

Louisa hanya tersenyum dan menatap kepergian Nannanya dengan senyum mengembang. Setelah bayangan Nannanya menghilang sepenuhnya, ia bangkit dan melompat-lompat bahagia karena kini ia adalah seorang calon ratu! Pelayan-pelayan hanya tersenyum melihat Louisa karena terbiasa melihat sisi 'non-bangsawan-nya' , sisi jujur dan polosnya. 

Ia akan jadi ratu yang baik.

***

Halo!

Kembali lagi dengan cerita Louisa dan masalah kebangsawanannya. Semoga kalian masih menikmati cerita ini ya. Vote dan comment untuk mendukung cerita ini. Terima kasih~

Golden TattooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang