Dua

129 12 6
                                    

Bel tanda pulang sekolah berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Aku dan Emi─sahabatku─selalu tinggal lebih lama di sekolah. Tetapi hari ini Emi pulang lebih cepat karena dijemput orang tuanya untuk pergi ke Kyoto, urusan keluarga. Dan disinilah aku sendirian di kelas, menunggu Sei menyelesaikan latihan basketnya sambil melihat ke jendela. Untuk menghindari kebosanan, aku mengeluarkan ipodku dan mulai mendengarkan musik.

“Hmm sungguh menenangkan…” ucapku bersenandung menikmati alunan musik yang kudengar.

Aku melihat jam, sudah pukul empat. Sei lama sekali, rungutku. Tiba-tiba ada yang menarik earphoneku.

“Hei, aku sudah selesai. Ayo kita pulang!” ucap Sei sambil menjitak kepalaku.

“Aye, aye Captain!” balasku sambil mengusap kepalaku.

Kami berjalan dalam diam, hanya suara langkah kaki yang terdengar. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

“Sei, aku dengar Hyori dari kelas 3-D menyatakan cintanya padamu tadi siang.”

“Hmm, iya.” Jawabnya.

“Lalu apa jawabanmu?” tanyaku penasaran. Aku memang mengetahui semua gosip di sekolah karena aku berteman dengan Emi, sang ratu gosip SMA Higarashi.

“Tidak.” Jawab Sei singkat. Aku menghela nafas.

“Eh? Tidak? Jahat sekali kau. Pengakuan cinta itu butuh keberanian besar, apalagi untuk Hyori, siswi paling cantik di sekolah. Dan hanya menjawab tidak itu sangat kejam, kau tahu?”  kataku dengan ekspresi heran-apa-yang-ada-di dalam-otakmu-bodoh.

“Lalu aku harus jawab apa? Aku sama sekali tidak menyukainya, bahkan aku tidak mengenalnya.” Balas Sei.

“Kau ini benar-benar aneh! Entah apa yang ada di kepalamu, semua gadis di sekolah sedang mengejar dirimu. Memangnya kau tidak ingin mempunyai kekasih?” jawabku dengan ekspresi mengejek. Dasar bodoh, kataku dalam hati.

“Sudahlah, aku tidak mau membahas ini lagi. Lagipula buat apa berpacaran yang hanya main-main. Aku ingin mempunyai kekasih disaat aku serius menjalaninya suatu saat nanti.” Balasnya santai.

Oh, ini berita baru!

Tidak terasa kami sudah sampai di depan rumah Sei. Dia masuk ke rumahnya tanpa mengatakan apapun kepadaku. Hhhnn, dasar pria dingin, tanpa basa-basi! Dan aku pun masuk ke rumah dengan kesal.

.

.

“Asuka, tolong antarkan ini ke rumah Sei.” Ibu menyerahkan sekotak cake coklat buatannya.

“Aku sedang malas Bu. Mengapa tidak Ibu saja yang mengantarnya?” jawabku. Aku masih kesal dengan Sei karena kejadian tadi sore. Seenaknya saja dia meninggalkanku sendirian di lapangan─setelah dua jam menunggunya latihan basket─dan dia malah bermain ke rumah Tamaki-kun untuk bermain game.

“Ibu tidak bisa, Ibu sedang memanggang cheese cake kesukaanmu. Nanti kalau Ibu tinggal, bisa hangus.” Jawab Ibu sambil mengocok telur di mixer.

“Baiklah.” Kalau itu bukan tentang cheese cake, aku tidak mau disuruh Ibu mengantarkan ke rumah pria-tidak-berperasaan itu.

Aku mengetuk pintu rumah Sei, lalu Bibi Eri membukakan pintu.

“Asuka rupanya…ayo masuk!” Bibi Eri mempersilahkanku masuk.

“Hmm, Bibi, ini ada titipan dari Ibu.” Aku menyerahkan bungkusan cake coklat.

In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang