Satu

228 16 2
                                    

"Hei!"

Suara bariton yang familiar memanggilku. Aku menoleh.

"Apa?!"

Laki-laki itu melemparkan tas sekolahnya ke arahku. Dengan cepat aku menangkapnya.

"Kau pulang duluan saja, aku ada pertandingan basket." Perkataannya lebih menyerupai perintah.

"Hei, bagaimana kalau Ibumu menanyakan kau belum pulang?" Aku berteriak.

"Bilang saja ada pekerjaan kelompok. Ibuku pasti akan percaya kalau kau yang bilang." Jawabnya sambil berlari ke lapangan.

"Huh, menyusahkan saja!" rungutku kesal.

. . .

"Tadaima..." Tidak ada suara yang menyahut.

Aku memeriksa seluruh ruangan, tetapi tak ada siapapun di rumah. Kemana semua orang? Aku turun ke dapur, mengambil oranye juice di kulkas dan membaca memo yang ditempel di pintu kulkas.

'Asuka, Ibu dan Ayah pergi ke pesta pernikahan teman SMA Ibu dan pulang larut malam. Makan malam ada di kulkas. Ibu'

Setelah membaca memo, aku naik ke kamarku dan mandi. Mandi memang menyegarkan tubuhku yang seharian beraktivitas, ditambah membawa tas Sei yang super berat itu.

Laki-laki itu...Sei.

Kami berteman sejak kecil, lebih tepatnya saat kami masih di dalam kandungan. Ibuku dan Ayah Sei berteman sejak SMA dan rumah kami bersebelahan. Kedua orang tua kami selalu menyekolahkan kami di sekolah yang sama hingga kami SMA. Kurasa mereka berniat menjodohkan kami berdua, mengingat kami berdua belum mempunyai kekasih.

Sebenarnya Sei cukup memiliki banyak penggemar di sekolah, bahkan para penggemarnya rela mengantri untuk mendapatkan cintanya. Hanya saja,─entah apa yang ada di kepalanya─dia belum mau mempunyai kekasih untuk saat ini. Kupikir dia orang yang tidak mengenal cinta, buktinya hingga saat ini dia belum berpacaran dengan siapapun.

Setelah selesai mandi aku turun ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Aku membuka kulkas, mencari bahan yang akan aku masak. Ah, ada tomat, timun, bawang bombai, ayam, dan saus teriyaki. Aku suka sekali memasak, karena setiap wanita harus bisa memasak untuk memasakkan makanan untuk suaminya kelak.

Aku mulai mengupas bawang bombai, memotong tomat, timun dan mencuci ayam yang sudah kucincang terlebih dahulu. Kemudian memanaskan minyak di penggorengan, dan memasukkan bawang bombai ke dalamnya. Hmm, wanginya harum sekali!

"Hei, kau masak apa?!"

Aku tersentak kaget. Ternyata Sei. Tanpa kusadari, ia sering sekali menyelinap masuk ke rumahku diam-diam lalu mengagetkanku.

"Apa yang kau lakukan disini? Mengagetkanku saja!" Aku kembali memasak. Memasukkan bawang putih, selanjutnya ayam. Wangi masakanku memenuhi ruangan.

"Sepertinya enak." Sei mendekatkan hidungnya pada masakanku. Lalu mengambil gelas, menuju kulkas untuk mengambil orange juice, menuangkannya di gelas dan meminumnya.

"Apa?! Aku tidak akan membagi makananku padamu!" jawabku ketus. Aku masih kesal dengan kejadian tadi sore. Seenaknya saja dia menyuruhku membawakan tasnya pulang, dan menyuruhku berbohong pada Bibi Eri.

"Oh, ayolah...Ayah dan Ibuku pergi bersama kedua orangtuamu ke pesta pernikahan temannya SMAnya, dan tidak ada makan apapun di kulkas. Lagipula aku belum makan sejak tadi siang."

Aku tidak peduli dan terus melanjutkan memasak. Aku menghirup masakanku dan mencicipinya sedikit. Ah, sudah matang!

Aku mengambil piring, menuangkan masakanku, dan menghiasnya sedikit dengan tomat, wijen dan acar. Aku menaruhnya masakanku di meja─tanpa menghiraukan Sei─ mengambil nasi dan mengambil orange juice di kulkas. Sei mengikutiku, namun aku langsung mencegahnya.

"Mau apa kau?!" tanyaku ketus.

"Mau makan." Jawabnya datar.

"Tidak bisa! Aku yang memasak! Lagipula kau sudah menyuruhku membawakan tasmu yang super berat itu. Kau tau, bahuku sakit!" aku menyilangkan kedua tangan didepan wajahku.

"Ya sudah, nanti aku buatkan ocha." Jawabnya sambil mengambil chicken teriyaki buatanku.

Benar-benar menjengkelkan!

Aku bisa saja melanjutkan perdebatan ini, tapi perutku sudah sangat lapar. Dengan cepat aku menghabiskan makanan dan minumanku.

"Cepat sekali kau makan, seperti kelaparan saja. Pantas tak ada laki-laki yang mendekatimu." Katanya sambil menyuap nasi ke mulutnya.

"Biar saja!" aku sudah lelah berdebat. Lebih baik aku menonton TV, pikirku.

Aku duduk di sofa ruang keluarga dan menyalakan TV─memilih acara menarik yang bisa menghilangkan moodku yang buruk. Aku mengganti channel berkali-kali tetapi tak ada satupun acara TV yang menghibur. Beberapa menit kemudian Sei mengikutiku dan duduk disampingku.

"Hhhn, acara TV tidak ada yang menarik." rungkutku kesal.

"Hei, kau sudah mengerjakan PR?" Tanya Sei sambil membaca majalah disampingku.

"Um-um, belum." Jawabku. Menyentuh bukunya saja rasanya malas sekali, berkebalikan dengan Sei.

Sei...si juara umum SMA Higarashi.

Sei...sang kapten basket SMA Higarashi.

Sei...idola para gadis SMA Higarashi.

"Kau tahu, Takeshi sensei pasti akan menghukum siapa saja yang tidak mengerjakan tugasnya..." Dia melanjutkan, "...tapi karena kau baik hari ini, aku akan membantu menyelesaikan PRmu."

"Benarkah?" tanyaku serius.

"Tentu."

.

.

.

To be continue

.

.

.

Haihaihai~~ Junko newbie nih disini. Ini cerita pertamaku. Mohon bantuannya ya qaqa-qaqa dan para reader sejati disini *alaynyakumat* *gomen*

Kalau masih ada kata-kata yg kurang, mohon tulis saran kalian ya, saran yang semoga bisa membangun.

Salam hangat,

Junko-chan :3

In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang