Rumah bukan hanya tempatnya berlindung ataupun suatu bangunan yang menjadi tempat untuk pulang. Namun, bisa saja seseorang pun dapat dijadikan rumah.
Seperti Areska selama ini yang menganggap Sagara adalah rumah untuknya. Tempatnya untuk pulang, dan juga berlindung dari segala hal-hal yang membuatnya ketakutan. Sagara tidak pernah berpaling, dia pasti selamanya akan bersama Areska, tetapi barangkali Areska tidak dapat mengatakan janji karena ia yang terlebih dulu pergi.
Ia masih sentiasa memejamkan mata, Areska pastinya lelah maka dari itu dia masih ingin terus terpejam, lalu Sagara menyaksikan dengan rasa penyesalan. Yang Sagara takutkan jika saja Areska tak lagi menghembuskan napasnya, dan tak mengucapkan frasa walau hanya sepatah katapun. Seandainya Areska tak lagi mampu bertahan maka di saat itulah Sagara mengecap dirinya sebagai seseorang yang paling menyesal seumur hidup. Bahkan di sini Sagara juga bersalah. Karena membiarkanya terluka sendirian.
Sagara tak habis pikir jika waktu itu dia begitu naif, sangat kekanak-kanakan dan mudah berlagak kecewa. Menyesal untuk sekarang sepertinya tidak berguna, Areska tidak dapat mendengarnya dan Sagara juga tak bisa mengatakan apapun. Pejaman mata Areska yang terlihat jelas sekali di mata Sagara, membuatnya beranggapan bahwa tidak ingin lagi membuka matanya.
"Makan dulu," pinta Jendral sambil memberikan sebungkus plastik yang berisikan dengan nasi bungkus yang ia beli di warung makan tadi.
Ia menggelengkan kepalanya, Sagara jelas sekali menolak, dia kehilangan nafsu makannya setelah merasa bersalah satu hari yang lalu. Jendral banyak membujuknya, tapi tetap saja Sagara banyak menolak juga.
"Kalo kamu gak makan nanti sakit, Areska gak suka kamu sakit."
"Sagara bakalan makan kalo Areska bangun, sekarang kakak makan aja dulu," ujar Sagara yang masih menggenggam erat jemari Areska yang sedikit memucat.
"Ya kalo kayak gitu kakak juga nanti aja makannya, nungguin Areska bangun," ucap Jendral meletakan nasi bungkus tersebut di atas meja.
Mendengar apa yang kakaknya ucapkan Sagara langsung menoleh dengan cepat, ia tidak suka jika Jendral mengikuti apa yang menjadi keputusannya.
"Kak, kalo punya maag tuh ya udahlah gak usah ikut-ikut makan aja dulu nanti Sagara juga makan kok tapi gak sekarang," ujar Sagara sambil menatap kakaknya dengan lekat, ia takut jika saja kakaknya benar-benar memilih menunggu Areska terbangun untuk makan bersamanya.
"Bukan urusan kamu." Sahut Jendral yang sibuk memainkan game dalam ponselnya.
"Gak usah sok-sokan, kalo kakak sakit nanti mama sama papa yang susah. Tinggal makan aja harus banget ikut-ikutan," kata Sagara sambil membuka sebungkus nasi dan menyerahkannya kepada Jendral.
Namun, Jendral menggelengkan kepalanya pertanda jika ia menolak, Sagara kesal dengan respon kakaknya. Sopan tidak sopanya perbuatannya itu yang terpenting Sagara ingin Jendral segera mengunyah makanannya, barusan ia memaksa Jendral untuk membuka mulut dan jadilah seperti keterbalikan.
Saking asiknya saling suap-menyuap Sagara dan Jendral bahkan tidak mendengar lenguhan dari seseorang. Areska terbangun setelah di nyatakan berhasil melewati masa kritisnya, sekarang ia sedang menyesuaikan pencahayaan yang terang-menderang.
"Eugh," lenguhan itu bahkan terdengar seperti bisikan.
Beruntung saja tidak butuh waktu lama Sagara menatap kelopak yang awalnya meredup kini sudah berbinar, Areska sedang tersenyum ke arahnya. Padahal untuk tersenyum pastinya sulit bagi Areska. Dan saat itu juga Sagara tidak bermimpi. Dia benar-benar melihatnya dengan jelas, jika Areska membuka matanya.
"Areska!"
Nyatanya kali ini Sagara tidak kehilangan kesempatan terbaik dalam hidupnya. Masih bisa melihat Areska yang menatap ke arahnya saja, membuat Sagara merasa bahwa dirinya akan memperbaiki banyak hal. Agar jika dia pun benar-benar kehilangan, tak ada penyesalan yang tertinggalkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/259474138-288-k374424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Ginjal Milik Areska | 𝙍𝙚𝙫𝙞𝙨𝙞𝙤𝙣
Fanfiction𝗜𝗻 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶𝗼𝗻 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝗯𝗮𝗶𝗸𝗶 𝘀𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗸𝗮𝘁𝗮. Satu ginjal milik Areska yang tidak berfungsi dengan baik serta ginjal pemberian Mahes yang tidak membantu meringankan rasa sakitnya. Apa gunanya bertahan jika ia tidak d...