1 | pengorbanan Mahes

3.5K 421 20
                                    

Adintan Mahesa Abrisam Riskandi, lelaki mungil nan imut. Kebanggaan keluarga Abrharam yang paling di kasihi, sejak kecil Mahes selalu di berikan segalanya. Mulai dari kasih sayang dan kemanjaan yang sering ia lakukan. Tetapi dalam kehidupan Mahes ia tidak pernah membutuhkan apapun, selain hidupnya hanya untuk sang kakak. Kakaknya itu si cowok luar biasa yang selalu Mahes jaga pertahananya. Tutur kata sempurna Mahes juga diusahakan oleh untuk sang kakak, agar kakaknya memiliki pertahanan tanpa merasa tersinggung.

Ia tahu jika Areska sudah sangat lama tersiksa akan penyakitnya sendiri, gagal ginjal. Selalu menjadi penyiksaan bagi sang kakak, dan Mahes melihat semuanya keluhan Areska. Mulai dari tangisannya, rintihan kesakitan bahkan kata-kata yang berujung pada kematian. Mahes merasa ia tidak berguna jika hanya melihat kakaknya seperti itu setiap harinya. Ia rasa berbagi ginjal sama seperti mamanya dulu itu tidak begitu sulit, setidaknya sang kakak bisa di pertahankan.

Namun, bagaimana dengan kehidupan Areska karena penyakitnya itu? Dia pasti sudah lelah akan segalanya. Sayang sekali, dia bahkan tidak bisa mengakhiri apapun.

"Ayah, Areska udah nyerah sakit banget rasanya. Areska beneran udah nggak kuat," lirih Areska sambil memukuli bagian belakang pinggangnya yang teras menyakitkan. Areska selalu mengeluhkan hal yang sama, tatapannya juga sendu sekali.

"Maafin ayah, nak. Ayah nggak bisa ngelakuin apapun. Sulit mencari pendonor ginjal untukmu," ujar Riki kepada sang anak yang sedang mengeluh kesakitan padanya.

"Terus! Kalo nggak ada yang cocok. Ayah biarin kakak tetap ngerasain sakit? Ayah itu egois banget. Kalo kaya gini kan, Mahes harus ngelakuin sesuatu. Jangan larang Mahes buat berbagi ginjal buat kak Areska, ayah udah banyak ngelarang padahal hidup kak Areska juga sama pentingnya dengan Mahes!" ketus Mahes yang menatap tidak suka kepada Riki, yang ia perhatikan terlalu santai untuk melihat anaknya yang sedang sekarat.

"Mahes, kamu tahu kan yang namanya pasrah? Biarin semuanya terjadi. Jangan menolak takdir, ayah udah nggak bisa cari donor ginjal yang cocok buat Areska. Dan kamu, jangan pernah ngelakuin hal yang sama kaya mama. Sama aja kamu itu nyari mati."

"Lebih baik Mahes mati demi kakak."

"Nggak akan ayah izinin, kamu itu tetap harus hidup. Ayah bukannya ngebiarin Areska pergi, tetapi ini sudah takdirnya. Tuhan telah menyatakan jika ini hari kematian untuknya," ujar Riki memeluk tubuh mungil anak bungsunya, agar ia tidak begitu membrontak dan terus meminta memberikan satu ginjalnya yang berharga itu.

"Ayah beneran egois ya?"

"Maafin, ayah," lirih Riki tidak merasa enak hati untuk menatap wajah Mahes saat ini.

Kemudian Mahes berjalan mendekati Areska, meraih tangan kakaknya yang terasa amat dingin. Kakaknya sudah banyak bekeringat dengan air mata yang terus mengalir, hanya melihat raut wajah kesakitan dari sang kakak. Mahes bisa merasakan jika rasa sakitnya gagal ginjal benar-benar menyakitkan sekali. Dan Mahes tidak akan biarkan sang kakak terus merasakannya.

"Mahes nggak akan biarin kakak ngerasain sakit lagi." Ujar Mahes mengecup pipi Areska.

"Dek, kamu harus tetap hidup. Jangan ngelakuin apapun, kakak memang udah nyerah buat terus bertahan. Kakak kangen sama mama," kata Areska yang matanya mulai memejamkan matanya secara tiba-tiba.

Mahes sudah pastinya panik, dan Riki sama halnya tetapi ia tetap damai dalam keadaan seperti sekarang, dan tidak menunjukan reasksi apapun. Mahes kesal di buatnya, dia tidak menyangka bahwa Areska sudah tak lagi dipedulikan oleh ayahnya sendiri. Seseorang yang berharap merasakan kehadirannya, yang terjadi pun semuanya memuakkan saja.

"Ayah!" bentak Mahes terhadap Riki.

"Dia udah nggak ada, Hes."

"Ayah yang nggak tahu! Kakak itu masih ada. EKG nya masih terdengar, kakak cuma lelah. Panggil dokter. Yah, buat kakak terus bertahan Mahes nggak mau kehilangan kakak."

Satu Ginjal Milik Areska | 𝙍𝙚𝙫𝙞𝙨𝙞𝙤𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang