Hawa pagi itu sangat dingin. Padahal, ini sudah memasuki musim semi. Tapi, masih terasa hingga menggigil. Remaja berumur 17 tahun itu keluar dari rumahnya dengan tangan kirinya memegang skateboard dan tangan yang lain memegang roti. Terlihat sangat buru-buru.
"Pelan-pelan, Dayton" ucap seorang perempuan tua yang muncul dari jendela rumah itu.
Benar, remaja yang diawal dibicarakan adalah Dayton. Laki-laki yang memiliki tinggi 175 itu sedang terburu-buru menuju ke sekolahnya. Dinaikinya skateboard yang sudah dia bawa tadi, menyelusuri jalan raya yang juga banyak dilalui oleh anak-anak lainnya. Doncaster selalu cerah setiap harinya. Kira-kira begitu isi hati Dayton saat ini. Terlahir di kota yang kecil bukanlah hal buruk untuknya. Ada rasa bahagia yang selalu dirasakan Dayton setiap kali dia melihat tiap sudut kota itu. Ditambah dengan memiliki sahabat yang sefrekuensi dengannya, membuatnya selalu merasa nyaman. Diikuti rasa teburu-buru sekalipun, dia masih bisa menikmati kebahagiaannya sambil bersyukur. Sebenarnya dia tidak terlambat kelas, tapi dia. . .
"Woilah, lama banget yah. Nih, jajanan buat lu. Udah mau dingin tau gak" sapa Alison. Dia sahabat laki-laki terbaik Dayton. Dari sekian banyak laki-laki yang berteman dengan Dayton, hanya Alison yang dirasa mampu menerima segala hal dalam hidup Dayton. Meskipun ada satu hal yang Dayton tidak suka dari Alison. Bau kentutnya.
"Makan aja gih. Gue udah sarapan tadi di rumah" sahut Dayton.
"Astaga, kalau tau mah gue makan pas lagi hangat-hangatnya tadi"
"Ya, lu nya gak nanya"
"Kan lu baru datang, sempak" kesal Alison.
"Ih, sudahlah. Perihal jajanan doang ribut banget elah. Ntar kalau Alison gak mau, gue yang makan. Ribet banget sih". Yang barusan ngoceh itu, namanya Chloe. Gadis yang sudah menjadi teman Dayton sejak kecil. Dia tidak pernah berubah. Apapun kekacauan yang dilakukan antara Dayton dan Alison, selalu terselesaikan oleh Chloe. Dayton juga menyukai arti dari nama Chloe, bunga yang mekar segar. Dia selalu ingin mencarikan bunga yang tepat untuk Chloe, suatu saat nanti.
"Makasih Chloe yang cantik" puji Dayton.
"Jangan banyak mulut lu"
Alison hanya tertawa melihat tingkah dua sahabatnya itu. Kini, mereka bertiga bolos kelas pertama. Tebak, betapa nakalnya mereka. Dayton terburu-buru pergi ke sekolah, bahkan memakan rotinya di perjalanan bukanlah karena dia benar-benar terlambat kelas, melainkan berkumpul dengan sahabatnya.
Mereka duduk di gazebo taman belakang sekolah, di dekat danau. Tempat itu sangat sunyi dan tidak banyak yang tahu. Gazebo itupun tidak sengaja terlihat oleh Dayton saat dia jatuh dari skateboardnya ketika menuju GreenHouse. Agak aneh memang Dayton mendatangi GreenHouse. Kalau bukan karena Mrs.Helen menyuruhnya mengambil bunga matahari untuk praktek pengganti nilainya yang buruk, dia gak bakalan mau. Tapi sangat senangnya dia bisa menemukan gazebo itu.
Menurut mereka bertiga, duduk di sana sambil memandangi danau yang tenang itu sudah tentram. Suasana hening di sana bukanlah hal yang membuat mereka mudah bosan. Alison dan Chloe sama dengan Dayton, selalu mensyukuri apapun yang dia nikmati.
Tidak heran juga, dan bahkan bisa dibilang suatu kebetulan. Arti nama mereka bertiga sangat sesuai dengan gazebo itu. Alison, cahaya matahari. Dia sangat senang melihat pantulan cahaya matahari di atas danau sana. Terasa nyaman walau hanya dipandang. Chloe, ya tentu. Bunga yang ada di sekitar danau itu tumbuh dengan subur. Hanya dengan bantuan matahari dan air hujan, mereka bisa hidup dengan kebebasan. Dayton, kota bersinar. Ketahuilah, mengetahui gazebo dengan danau yang indah ini berada di Doncaster dan menikmatinya bersama sahabatnya, seperti "Inilah Hidup Sesungguhnya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Addict
General Fiction"Kemungkinan dan ketidakmungkinan itu ibarat dua sisi yang berbeda. Kamu hanya perlu membalik ketidakmungkinan, untuk menemukan kemungkinan" - Buku Library Mr.Horan