Chapter 1

48 8 5
                                    


لا يوجد أمر يصعب على الإنسان حلُه أكثر من الصمت الذي يُصيبه تحت تأثير الفائض من الاشتياق.

Tidak ada masalah yang lebih sulit bagi seseorang untuk diselesaikan daripada keheningan yang menimpanya di bawah pengaruh kerinduan yang berlebihan.

.
.

Seorang lelaki berpakaian kusut rambut berantakan, bibir mengeluarkan darah berbicara,

"Mereka duluan yang mulai Bi, Dhanu ga akan mungkin diam saja kalau mereka serang Dhanu, bisa-bisa Dhanu meninggal gimana, apakah Abi mau?"ketus Dhanu mencari pembelaan.

"Sudah berapa kali kamu seperti ini Dhanu!! Setiap ada kejadian seperti ini kamu selalu mengucapkan seperti itu Abi sampai bosan mendengarnya, tidak akan mungkin ada api jika tidak ada asap,"kesal Abi melihat anak semakin hari semakin menjadi-jadi.

Waktu menujukan jam setengah tiga suara keras terdengar membuat seorang gadis cantik membuka matanya penasaran ia bergegas turun untuk melihat kejadian apa yang terjadi.

Dhanu berlututut di kaki Abi, Dhanu hanya terdiam membisu sembari menundukan kepalanya, langkah kaki Dias terdiam melihat kakak berlutut di kaki Abi.

Nalfi berdiri sedangkan Ummi duduk menatap suaminya penuh dengan kekhawatiran, Alfaz mengusap lembut bahu Ummi menenangkan Ummi yang kecewa dengan anak itu.

Langkah kaki Dias menuju ka Nalfi, "ada apa kak?"tanya Dias dengan suara perlahan.

"Seperti biasa Aldi, dia membuat masalah dengan tawuran sampai di tangkap polisi, Abi menjemput dan memberikan jaminan untuk Dhanu agar bebas,"jawab Nalfi.

"Gak ada kapoknya ya, seorang Dhanu Fahmi Al'fathu, berkali-kali melakukan kenakalan-kenakalan dan bahkan sampai masuk kantor polisi, mau jadi jagoan jalanan, apa gunanya? Kurang apa abi sama kamu, Nu. Abi merasa serba salah, terlalu tegas kasihan kamu, terlalu lembut kamu malah keenakan, Abi tanya sama kamu, sekarang kamu mau apa dan mau gimana? Jawab," Bentak Abi dengan nada sedikit keras.

"Udah bi, percuma di bilangin ga bakal ada efeknya." tambah ka Nalfi yang ikut kesal melihat sikap ka Dhanu yang makin hari makin kelewatan.

"Iyaa bi, Dhanu minta maaf, Dhanu ga bakal ngulangin nya lagi" jawab ka dhanu dengan suara lirih

"Ahhh ... udah sering kamu, kamu bicara seperti itu, ujung-ujung nya gitu lagi, ada jaminan ga? kalo kamu ga bakal gitu lagi," bantah ka Nalfi seperti sedang mengintrogasi.

"Abi kirim kamu ke kakek, biar kamu lebih mandiri dan ga ikut-ikutan kayak gitu lagi!!"pinta Abi dengan kata-kata yang membuat kami tercengang terkejut.

"Hahh?" Jawab semuanya terkejut mendengarnya secara bersamaan.

Tersentak perkataan abi membuat semua yang ada di ruangan itu terkejut sekaligus tidak percaya.

"Ide bagus bi, hhaha, biar dia ngerasain rasanya jauh dari orang tua,"ledek Alfaz.

"Ga mungkin abi, Dhanu ga mau, Dhanu masih sekolah, masa Dhanu berhenti sekolah? Lagian tanggung abi, Dhanu sebentar lagi lulus." Kata ka Dhanu

"Siapa yang bilang kamu berhenti sekolah? Abi kirim kamu ke kakek setelah kelulusan mu, gimana mi, umi setuju?"tanya Abi bertanya kepada Ummi.

"Umi setuju bi, nanti biar Dhanu tinggal di asrama." kata umi

"Asrama? Maksud Ummi di sana pondok pesantren? Emang bisa umi? Kan Dhanu sudah lulus, masa di suruh sekolah lagi di pondok pesantren." Kata ka Dhanu terkejut mendengarnya.

"Ya tidak, Dhanu di sana hanya tinggal di asrama tanpa sekolah tapi bukan berarti kamu seenaknya, kamu tetep seperti santri seperti lainnya,"sambung Umi.

"Hahaha ... syukurin, makannya jadi anak ga usah nakal-nakal amat, selamat menikmati masa-masa dengan waktu yang terjadwal," kata ka Nalfi sembari beranjak pergi menuju kamarnya dengan langkahan kaki dengan wajah riang.

Di susul dengan ka Alfaz yang tertawa mendengar perkataan ka Nalfi. Semua orang satu persatu meninggalkan ruangan itu termasuk abi dan umi kecuali Dias dan ka Dhanu.

"Hemm, yang sabar ya ka, dias yakin kaka bakal terbiasa di sana,"ucap Dias mencoba memberikan semangat untuk kakak ketiganya yang super menyebalkan.

A Little QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang