Chapter 4

27 1 0
                                    


مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”

(HR. Bukhari, no. 5660 dan Muslim
no. 2571)
.
.

Pusing dan lemas masih menyelimuti tubuh mungil yang terbaring di atas kasur biru. Dengan keadaan yang memprihatinkan sedikit demi sedikit dia membuka mata. Terlihat umi, abi, ka nalfi, ka alfaz di samping tubuh kanan dan kiriku

"Umi, Dias dimana?" kata Diaz bingung

"Kamu di rumah sakit nak, tiba² kamu pingsan di teras rumah" jelas umi

"Pingsan doang ? Kenapa dias di bawa ke rumah sakit, pakai minyak angin pun dias akan siuman" kataku

Mereka hanya terdiam tanpa kata seolah tidak tau lagi harus menjawab apa.

"Apa yang terjadi dengan kalian semua, ayoo kita pulang. buat apa disini...Dias sudah baik-baik saja kok" kataku sambil tersenyum

"Pulang? Coba lihat cermin! wajah kamu semakin pucat, Dias" kata ka Nalfi

"Tapi Dias tak ada yg sakit sama sekali ka, Dias tak betah di sini" jawab Dias dengan nada sedikit keras.

"Sudah turuti saja kami" bentak ka Nalfi

"Kalian aneh" ucap Dias sambil cemberut

Sudah 2 tahun belakangan ini, Dias sering pusing lalu pingsan, Dias sama sekali tak tau apa yang sedang di alami oleh nya.

Dokter bicara pada umi dan abi, terlihat sangat serius dan umi selalu menangis. Pikiran-pikiran kacau menyelimuti Dias. Apakah mereka sedang membahas tentang penyakit Dias yang membuat dia seperti ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti
'apa yang terjadi ini?'
'apakah penyakitku ini parah?'

Dias mencoba untuk tenang dengan berfikiran bahwa dia baik-baik saja, tidak mungkin ada penyakit separah ini di tubuhnya, Dias hanya pingsan.

"Abi, kenapa kita masih di sini tak ada kerjaan amat sih, Dias hanya pusing bi kenapa harus 3 hari d rumah sakit. Dias ingin pulang. Dias tak betah di sini bi" kata Dias memohon

"Sudah istirahat saja..insya Allah kamu akan secepatnya pulang" jawab abi dengan tenang.

Dengan tubuh lemas dan kepala yang masih pusing Dias kembali berfikir tentang apa yang terjadi. Mengapa keluarga nya sangat khawatir akan keadaan nya.

Satu minggu rasanya satu tahun, Dias lewati dengan tidur dan tidur. Hingga bosan menyelimuti keseharian nya. Aneh, Dias merasa baik-baik saja tetapi masih saja berada di ruangan pengap seperti ini.

"Ka Nalfi? sebenarnya dias sakit apa? Apakah penyakit Dias parah? Sudah seminggu dias di sini, Dias bosan ka" kata Dias

"Maafin kakak ya, sudah bawa motor ngebut. Kakak tak tau kalau bakal kayak gini" kata Ka Nalfi dengan sedikit mengeluarkan air mata.

"Tak apa ka, Dias baik-baik saja, kalian aja yang terlalu berlebihan. Pokoknya Dias ingin pulang." Ucap Dias.

"Nanti juga kamu pasti akan pulang dek, sabar. Ikutin aja Abi. Ini pasti yang terbaik untuk kamu" jelas ka Nalfi

Tak berselang lama Abi masuk dengan membawa makanan untuk kita makan. Tidak terlihat Umi, sepertinya Umi pulang, yang tersisa hanya Abi dan Ka Nalfi.

"Tenang Dias, besok kamu akan pulang kok. Kata dokter keadaan kamu sudah membaik" jelas Abi.

"Dari kemarin-kemarin pun Dias baik-baik saja. Kenapa baru sekarang Dokter bilang seperti itu" kata Dias sambil cemberut

Pucat masih menyelimuti wajah cantiknya seorang Dias, di dalam hati ia masih mempertanyaakan penyakit apa? Hingga menggemparkan satu keluarga?

Kepulangan Dias kerumah nya pun terjadi karena menurut dokter keadaan nya sudah baik dan di bolehkan untuk pulang. Perlahan mobil memasuki garasi rumah nyaa. Rumah Dias tidaklah mewah tetapi sangat cukup untuk anggota keluarga mereka yang terdiri dari 5 orang.

"Langsung istirahat ya Dias, " ucap Umi
"Iyaa, mi. Dias pamit yaa semuanyaaaaaa" jawab Dias sembari melangkah masuk ke kamar.

Tok tok tok,

Suara ketikan pintu berhasil membuat Dias bangun dari posisi tidur nya dan langsung beranjak bangun untuk membukakan pintu.

"Eh, ka Nalfi, ada apa?" Kata ku
"Besok Dhanu terpaksa di pindahkan ke pesantren, kamu mau ikut" ucap ka Nalfi
"Ko dadakan, bukan nya nanti akhir semester?" Kataku kaget.
"Awalnya gitu, tapi kamu tau kan Abi gimana orang nya, kemarin oas kamu di rumah sakit Dhanu bikin ulah lagi ya otomatis dia langsung kena marah Abi" Jelas ka Nalfi.
"Pantesan, heum ga ada kapok-kapok nya ya ka Dhanu, Dias ikut deh ka, sekalian pengen liat-liat isi pesantren"kata ku
"Okeh deh, berarti semuanya ikut ya, tapi kamu bener-bener udah sembuh kan" ucal ka Nalfi lagi
"Udah dong, Alhamdulillah".

..


A Little QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang