Ini gila. Bahkan jika garis besarnya sama, ceritanya masih membakar dalam pikirannya. Dia haus akan jawaban, tapi pertanyaan baru muncul di kepalanya lagi dan lagi. Temannya telah menderita karena hal ini sendirian. Sekarang, jika dia memikirkannya lagi, Bam telah menyelamatkannya dua kali, dengan cara yang masih belum dimengertinya.
Ujian Yu Hansung.
Peluru sewaktu Crown Game.
Mengapa dia tak menyadarinya?
Bangga, suara itu terdengar. Kau selalu merasa bangga, Aguero.
Aguero itu ... sombong.
"Apa yang kau ingin aku katakan...?" Rasa lelah menumpuk di bahunya. Dia tak yakin perkataan apa yang harus dia ucapkan.
"Apa kau akan mempercayaiku jika aku berkata bahwa aku tak membutuhkan jawaban?" Senyum Bam selalu lembut, tapi sekarang dia dapat melihat garis kesedihan di sudut matanya.
"Aku tak mengerti," jujurnya. "Kenapa kau begitu mempercayaiku? Khun-ssi yang kau kenal bukanlah aku."
Tatapan itu lantas dipenuhi dengan pengertian. Namun tetap, dia berkata: "Khun-ssi tetaplah Khun-ssi. Bukankah itu yang kukatakan?" Tangan yang pucat itu menjulur. Tak seperti terakhir kali, jarak yang terbentang itu sekarang terlewati, kuku merah mudanya itu menyisir di bawah pipinya—kemudian lepas.
Aguero tak mengatakan apa pun.
Senyuman temannya memudar. "Kupikir segalanya akan lebih baik jika aku memberitahumu bahwa ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar. Lagipula aku ingin kau melakukan sesuatu."
Ikatan pita itu terbentang dengan sendirinya. Rasanya familiar.
"Apa yang kau butuhkan?" Kembali pada kebiasaan lama.
"Beritahu Rak, seperti yang kukatakan sebelumnya. Juga, Yu Hansung mungkin akan membagikan sesuatu semacam 'souvenir' di akhir ujian. Hancurkan itu." Rautnya dingin. Wajah dari seorang pemimpin militer dan prajurit setianya.
"Kau mengatakannya seolah kita akan berpisah," ucapnya.
Jawaban Bam hanyalah remasan singkat bibirnya.
"Yang Mulia!" Dari aula bawah, suara Yu Hansung bergema. Sang Pangeran menolehkan kepalanya dan penghalang shinsu hilang.
"Yang Mulia." Orang itu berlutut seperti yang dia lakukan sebelumnya. Gerakannya kaku dan tak wajar, tetapi Aguero merasa bahwa tingkahnya tak sejalan dengan ekspresi wajahnya. "Sang Tamu telah datang."
Di belakang direktur ujian adalah seorang pria tak dikenal. Namun, sepertinya orang itu dikenal oleh Bam.
"Ha Jinsung."
Kata itu bernada haru, menghangatkan suatu perasaan yang telah lama tak tersentuh. Bam berbicara padanya seperti itu juga. Melihat Yu Hansung dan pandangan liciknya ke atas, hawa panas melenggak di dadanya, menggodanya untuk melakukan kekerasan. Membawa orang seperti ini ke hadapan Pangeran....
"Kau tahu siapa aku? Bagus, ini akn menjadi lebih mudah." Pria itu menyeringai. Dengan dua jarinya, dia melepaskan rokok di antara kedua mulutnya dan mengembuskan napas. Asap mengepul. "Senang bertemu dengan Anda, Yang Mulia. Hansung tak berlaku kasar di sini, kan?"
"Dia memperkenalkan musuh keluargaku yang terkenal dan pembunuh anak-anak dari teman seperjuangan beliau." Kata-kata bernada tajam itu berbalikan dari raut alisnya yang menunjukkan kesedihan.
"Ah ... sudah sejak ribuan tahun lalu saya menentang kalian." Yu Hansung memiringkan kepalanya ke samping dan tersenyum menyeringai. Kedua tangannya masuk dalam poket. Dia setengah membungkuk dengan canggung, "Biarkanlah berlalu, ya?" Matanya mengintip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tower of God : Il Principe
FanfictionCerita alternatif dari aslinya. Dalam kisah ini, Bam OP dari awal. ____ Karya terjemahan dari AO3, dengan judul sama. Link ada di dalam.