Sebenarnya ada perasaan menyesal di dalam hati, karena telah membawa gadis belia itu ke rumahnya. Kue manju yang dibeli hanya tersisa lima buah. Padahal ibunya belum tiba, namun kue itu sepertinya tidak akan sempat dinikmati.
Naruto memandang bungkus plastik di tangannya, hanya tersisa lima dan dia begitu berat memberikan sisa kue itu pada Hinata. Namun gadis belia itu terlihat masih menginginkan manju yang tersisa. Dia menjamin, ada dua puluh lebih kue manju yang sudah dihabiskan gadis belia itu, dan sekarang masih menginginkan lebih.
"Apa kau masih mau lagi?" tangannya terdorong mengusap selai kacang yang ada di sudut bibir gadis belia itu. Naruto memberikan satu kotak susu stroberi sisa kemarin pada Hinata.
"Tidak, aku sudah kenyang."
"Oh, benarkah?" Naruto menggosok lehernya, merasa bersalah atas pikirannya sendiri. "Ternyata makanmu juga banyak." dia menoleh ke arah samping, sebenarnya tidak masalah jika gadis belia itu makan dengan lahap. Namun, entah kenapa arah pikirannya justru ke arah yang lebih buruk. Seperti ̶ ̶ apakah di rumah itu Hinata tidak makan dengan teratur?
Jika memang benar seperti itu, dia tidak akan mempermasalahkan kalau pada akhirnya manju tidak ada lagi tersisa untuk ibunya.
"Tidak," Hinata menggeleng kepalanya sembari turun dari sofa, "Tiba-tiba aku berpikir tentang ibuku. Kue ini sangat enak, dan aku ingin memberikannya pada Ibu." katanya.
Pemuda itu tersentak, menatap bergantian ke arah plastik di tangannya. Lalu melirik ke arah jam dinding, dia benar-benar lupa mengenai Ibu Hinata. Bisa saja wanita itu mencari anaknya. Ya, meskipun sebenarnya dia tidak begitu yakin akan hal itu. "Ini sudah malam, aku akan mengantarmu pulang." kata Naruto.
Sembari menuntun gadis belia itu untuk mengikuti langkahnya, sekali-sekali dia melirik takut ke arah jam. Pukul sepuluh malam, waktu berjalan begitu cepat hingga dia melupakan hal penting sekaligus. Hal yang paling membuatnya takut adalah Hinata, takut-takut gadis belia itu mendapatkan amukan kembali. Naruto tidak mau hal itu terjadi, maka dia memilih untuk bertanggung jawab, mengantarkan gadis belia itu sampai ke rumah dan menjelaskan semuanya kepada wanita itu.
Naruto membantu mengikat tali sepatu di sana, pemuda itu terlihat tergesa-gesa. Hinata hanya menatap bingung, melirik bergantian ke arah halaman rumahnya yang begitu gelap. Namun daripada itu, gadis belia itu dibingungkan dengan mobil sedan putih di depan rumahnya. Di sana ibunya baru saja keluar rumah, memberikan kecupan pada seorang pria asing.
"Apa itu ayahmu?" Naruto melirik dari ujung matanya, tidak ada respons. Dan itu berhasil membuatnya berpikiran tentang hal yang aneh. Sekarang, ada perasaan tidak rela di dalam dirinya untuk mengantarkan gadis belia itu pulang, meskipun tidak sampai sepuluh meter.
Mereka memilih menunggu sampai mobil sedan itu pergi, sedangkan Ibu Hinata masih di sana. Tersenyum sembari melambaikan tangan dengan pria itu. Naruto melirik bergantian ke arah Hinata, gadis belia itu memang tidak terlalu mirip dengannya. Dia mengakui kalau wanita itu cukup muda untuk dikatakan seorang ibu, memiliki bentuk tubuh bak model, rambut hitam bergelombang dan merah bibir yang terlihat alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptic Hope
FanfictionLima bulan yang lalu, rumah kosong di samping Naruto ditempati oleh orang baru. Namun hampir lima bulan dia tidak pernah mengetahui siapa pemilik rumah tersebut. Hingga pada saat dia pulang sekolah melewati rumah tetangganya, dia melihat gadis belia...