[12] CRPTIC HOPE | END

1.2K 171 10
                                    

Mata biru itu lurus memandang, bergeming di tempat karena bibir terasa kelu untuk bersuara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata biru itu lurus memandang, bergeming di tempat karena bibir terasa kelu untuk bersuara. Kalau dipikir-pikir, pertemuan mereka bahkan bisa dikatakan cukup singkat. Saat Hinata masih tinggal di sebelah rumahnya, dapat dihitung berapa kali mereka bertemu. Tidak sampai sebulan kedekatan mereka, gadis itu tidak tinggal lagi di sana karena kasus yang menimpa keluarga tersebut.

Lalu, tepat setelah sepuluh tahun mereka bertemu ̶ ̶ pertemuan itu mungkin dapat dikatakan tidak sengaja. Dan kini gadis itu memilih untuk menyatakan salam perpisahan padanya.

"Ekspresimu saat ini, benar-benar sama seperti sepuluh tahun yang lalu, saat kau mendengar bahwa Mei akan membawaku."

Hinata tergelak, suara tawa menggema.

Apa yang lucu di sini?

Naruto menggerutu kesal dalam hati, matanya teduh memandang. Benar-benar tidak adil, padahal saat ini merupakan pertemuan terakhir mereka. Gadis itu melepas tawa sedangkan dirinya memendam kesedihan.

"Aku bercanda," kata Hinata sambil mengusap air mata di sudut mata. "Di luar dari dugaanku, ternyata kau benar-benar serius menanggapinya. Padahal aku hanya ingin lihat ̶ ̶" dia berhenti saat melihat lelaki itu menangis di depan matanya. Padahal ia hanya ingin bercanda dan tidak bermaksud melukai perusaan lelaki itu.

"Sepertinya aku sudah kelewat batas."

"Kau benar-benar suka membuat jantungku tidak sehat," Naruto menghela napas kemudian, buru-buru mengusap air matanya. Ini memalukan jika dia menangis seperti ini dan dilihat langsung. "Bagaimana mungkin kau bisa menganggap hal itu lelucon? Seharusnya aku menduga dari awal ̶ ̶ kenapa kau tiba-tiba tertawa. Apa yang membuatmu mengatakan hal demikian?"

"Kau menangis untukku?"

Lelaki itu tersentak, mengalihkan wajah saat melihat senyuman kecil yang sangat ia rindukan. "Terimakasih, aku sangat berterimakasih pada orang-orang di sekelilingku yang masih peduli padaku. Kau ... kau bahkan tidak membeciku setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya."

Naruto kembali memandang lurus ke depan. Sekarang dia tahu kenapa Hinata tetap di Kafe tanpa ada niatan untuk segera meninggalkan tempat ini. Gadis itu takut untuk bertegur sapa atau membuka pembicaraan lebih dahulu padanya ̶ ̶ takut bahwa diabaikan olehnya. Tidak jauh berbeda apa yang dirasakan Hinata, Naruto juga berpikir hal demikian. Setelah menemukan pisau di bawah sofa, dia selalu berpikir setiap saat ̶ ̶ ekspresi seperti apa yang harus diperlihatkan jika suatu saat mereka bertemu, atau bagiamana caranya untuk menanggapi semua ini.

Satu malam ia berpikir dan tidak bisa tertidur nyenyak. Tentu merupakan hal yang sulit dipercaya, belum lagi saat pikiran negatif menguasai kepala.

"Oleh karena itu aku memilih duduk di sini, menunggu sampai kau selesai bekerja. Aku berpikir untuk menyerah karena kau sama sekali tidak menghampiriku, bahkan tidak melayani seperti para pengunjung lain."

Cryptic HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang