Kakashi melirik dari kaca spion depan. Gadis itu duduk manis di kursi belakang, tidak seperti biasanya. Hinata selalu banyak berbicara jika mereka bertemu, selalu saja ada topik pembahasan yang muncul. Namun untuk hari ini ̶ ̶ pertama kalinya, gadis itu hanya bergeming di tempat sembari memandang pemandangan dari balik kaca jendela.
"Aku tidak ingin mengatakan ini," kata Kakashi, matanya tetap fokus ke depan. "Aneh rasanya saat kau hanya diam, terlebih lagi ... sedikit membosankan. Apa kau memiliki masalah, atau kau baru saja bertengkar dengan Mei?"
Hinata melirik tanpa minat, mendesah kecil di sana. Ia meletakkan dagunya pada samping kursi Kakashi. "Ibu memarahiku karena tiba di rumah tidak tepat waktu."
"Apa yang kau lakukan di luar?"
"Aku hanya mengunjungi beberapa Toko yang menjual manju."
Itu bukan suatu hal yang aneh didengar. Kakashi bahkan sangat mengetahui betapa sukanya gadis itu pada kue manju. "Sepertinya, dia sangat mengerikan saat sedang marah. Kau bahkan sampai tidak berkutik hari ini." saat menjemput Hinata di rumah Mei, Kakashi juga merasakan aura yang tidak enak di sekelilingnya. Wanita itu selalu melempar tatapan mengintimidasi.
Maafkan aku ...
Tentu dia tidak mampu mengatakan kebenaran, terlebih lagi itu pada Kakashi. Ini sudah menjadi perjanjian antara Mei, dia, dan Naruto. Bahwa, tidak akan ada orang yang mengetahui hal ini, termasuk ayahnya sendiri. Hinata juga telah membuat kesepakatan dengan wanita itu, Mei juga tidak mampu membuka kasus yang telah ditutup dan juga tidak akan rela bahwa anak angkatnya akan dipenjara.
Apa yang telah terjadi di masa lalu akan menjadi pelajaran bagi Hinata. Ini rahasia seumur hidupnya. Mei juga berjanji akan menjaganya sampai maut memisahkan. Saat wanita itu mengatakan hal demikian, ia tidak mampu membendung air mata. Betapa baiknya wanita itu ̶ ̶ wanita yang bahkan bukan merupakan ibu kandungnya ̶ ̶ hanya orang asing yang bahkan berpura-pura mengatakan bahwa merupakan teman lama almarhum ibunya.
Mereka tiba di Bandara, Kakashi menurunkan Hinata di bagian kedatangan. Pria itu tidak bisa menunggu, karena setelah ini merupakan gilirannya untuk berada di kursi kemudi pesawat. Setelah turun dari pesawat, ayahnya akan turun dan keluar melewati jalur yang sama dengan para penumpang.
"Ayah!" suara Hinata menjadi fokus utama setiap orang, gadis itu berlari dengan semangat mengejar ayahnya. Hiasi menyambut dan memberikan pelukan, tidak peduli lagi bagaimana tanggapan orang-orang di bandara mengenai mereka. Beberapa menganggap bahwa itu merupakan hal yang manis.
Hinata memicingkan mata ke arah dua pramugari di belakang ayahnya, memberi tatapan peringatan untuk segera menjauh dari mereka. Hiasi mengamati tingkah laku putrinya, dan hanya bisa pasrah saat mendapati ekspresi kesal di sana.
"Aku ada urusan, kalian boleh pergi." dua wanita itu segera pergi tanpa Hiasi. Hiasi mengambil arah berbeda sembari menyeret kopernya.
"Apa Ayah sudah makan siang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptic Hope
FanfictionLima bulan yang lalu, rumah kosong di samping Naruto ditempati oleh orang baru. Namun hampir lima bulan dia tidak pernah mengetahui siapa pemilik rumah tersebut. Hingga pada saat dia pulang sekolah melewati rumah tetangganya, dia melihat gadis belia...