Cuaca cukup hangat pagi ini. El kini tengah memasak sarapan di dapur untuk suami, anak-anaknya dan juga Mark.
"Sayang~~ dasi aku yang garis-garis merah dimana? Kok gak ada di sini?" Teriak Taeyong sambil menuruni tangga.
"Coba cari-cari lagi, aku taro di tempat biasa kok." Sahut El sambil segera membereskan masakannya. Taeyong naik lagi ke ruangan pakaian dan aksesorisnya untuk mencari keberadaan dasi garis-garisnya.
"Mark gapapa kamu sarapan sendiri? Kakak mau bantuin abang kamu cari dasinya dulu." Kata El meletakkan masakannya barusan ke meja. Mark mengangguk pelan.
"Gapapa kak." El tersenyum kecil kemudian beranjak ke atas mencari Taeyong.
Gak lama El sampai, Tampak Taeyong sedang membongkar sana-sini pakaiannya.
"Ketemu?" Tanya El mencoba memilah dasi-dasi yang tertumpuk di sofa. Taeyong menggeleng kecil, nafasnya terdengar pasrah.
"Gak mau pake yang lain aja? Ada banyak dasi kamu yang bagus." Saran El nunjuk dasi-dasi yang ada di dalam kotak kaca dan di sofa yang berserakan.
"Hm, yaudah deh. Padahal hari ini ketemu investor asing. Hari yang bener-bener penting." Keluh Taeyong.
El tersenyum kecil lalu tangan kecilnya nangkup wajah Taeyong yang lesu. "Sayang~ kamu pake apa aja tetep ganteng kok." Seburat senyum di wajah Taeyong muncul.
Kecupan kecil di lakukan Taeyong. "Sampe kamu makin cinta kan?" Pipi El memerah tersipu malu, bisa-bisanya malu sama suami sendiri.
Setelah memilih dasi yang cocok untuk suaminya, El dan Taeyong turun ke bawah untuk sarapan bersama.
"Good morning baby~~" Taeyong ngecup pipi Haechan dan Jeno bergantian. Lalu duduk di kursi.
"Abang sore ini jadi ke luar kota?" Tanya Mark, Taeyong ngangguk mengiyakan. El memberikan piring yang sudah diisi nasi ke Taeyong.
"Tolong jagain istri gue sama anak-anak." Pinta Taeyong. Mark langsung ngangguk, siap buat jagain mereka selama Taeyong berada di luar kota.
"Barang-barangnya gak ada yang kelupaan? Udah di cek ulang?" Tanya El meyakinkan Suaminya. Kasian kalo ada yang ketinggalan, perjalanannya lumayan jauh.
"Udah sayang. Gada yang kelupaan kok." Ucap Taeyong sambil ngusap fambut El pelan.
Selesai sarapan, Taeyong berangkat ngantor seperti biasanya. Mark membantu El mencuci piring dan perabotan masak tadi.
"Kamu ga ngampus?" Tanya El ke Mark.
"Engga kak, gak ada dosen." Jawab Mark yng kemudian melepas sarung tangan karetnya dan membilas tangannya.
Mark duduk di depan tv nyanperin Jeno dan Haechan yang asik main robot-robotan di karpet.
"Aigoooo~~ haechanie pipinya bolet banget kaya bakpao!" Mark ngedumel pipi Haechan yang emang bener-bener bulet.
"Paman Akk~ nono uga mau di tium kaya echan dong~~" Jeno berjalan pelan mendekat ke Mark ingin di cium kaya Haechan juga.
"Hahaha yaudah sini paman cium. Muahhh..muahhhh..." Jeno nampak senang di ciumi Mark seperti itu.
"Paman, echan puna lobot-lobotan balu, di beyiin addy. Tuuu bagus kann?" Haechan memerkan robot-robotan baru miliknya yang di belikan Taeyong kemarin sepulang ngantor.
"Iya bagus, seneng punya robot baru?" Tanya Mark ngusap kepala Haechan.
"Seneng dong. Paman puna ndak? Hahaha pasti ndak punakan?" Ledek Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO is My Husband • LTY [✔️]
Fanfiction"El, kamu harus siap. Ntar malem aku mau buat keturunan." Punya suami CEO yang kaya raya dan tampan. Gak jamin kehidupan rumah tangga kalian selalu bahagia. Susah dan senang jadi istri Taeyong. 🥈#2 - fanficromance (230620) 🥇#1 - fanficromance (2...