HIM

48 7 3
                                    

Halo Semuanya :) Apa kabar?

Selamat membaca...



Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh?....Ah!" ucapku terkejut setelah melihat lelaki yang tiba-tiba muncul itu dengan jelas.

Dari tujuh miliar lebih manusia yang ada di bumi ini, kenapa aku harus bertemu dengan lelaki itu lagi? Mengapa dua hari berturut aku mendapatkan nasib sial? Baru saja aku selesai dengan gadis yang tadi sekarang yang kemarin muncul lagi.

"Ahhh!!!" ucapnya tak kalah terkejut saat dia juga melihatku.

"Kalau tidak salah kamu gadis menyebalkan yang kemarin kan?!" sambungnya sambil menunjukku dengan jarinya. Dasar tidak sopan.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?!" balasku dengan nada kesal. Bagaimana tidak kesal? dia baru saja mengatai diriku ini gadis menyebalkan padahal jelas-jelas dia yang menyebalkan.

"Wah...kalian sudah akrab, ya." sambung lelaki yang tadi dipanggil dengan nama Chan itu.

"Tidak mungkin!!!" ucapku bersamaan dengan lelaki menyebalkan itu membuat Chan hanya tersenyum.

"Gadis ini yang aku ceritakan tempo hari. Gadis yang nuduh aku merabanya. Ngaco kan?!" sambungnya lagi sambil melihat ke arah Chan.

"Ngaco bagaimana?!" sahutku sambil melihat lelaki itu dengan tatapan tajam.

"Sudah kubilang bukan aku. Lagipula apakah kamu sadar kamu pakai baju yang lumayan ketat waktu itu?!" ucapnya sambil menatapku sinis.

"Baju lumayan ketat? Terus kenapa?! Kamu pikir boleh meraba-raba?" jawabku tak kalah sinis.

"Sudah... sudah." ucap Chan berusaha menghentikan perdebatan antara aku dan lelaki mesum itu.

"Begini... saya sudah kenal Abin ini dari kecil dan dia bukan tipe lelaki seperti yang kamu tuduhkan. Namun jika kata-katanya menyinggung perasaanmu saya atas nama Abin meminta maaf." jelas Chan secara ramah sambil menatap kearahku. Aku menjadi tidak enak mendengarnya meminta maaf padahal bukan kesalahannya. Tatapan Chan terlihat menyakinkan membuatku ingin mempercayainya.

"Tentu saja bukan aku tapi Om yang di sebelahku kemarin. Kak Chan tidak perlu meminta maaf. Aku tidak menyinggungnya. Gadis ini saja yang tidak percaya." sambung lelaki bernama Abin itu dengan santai.

"Pokoknya tetap saja aku masih tidak percaya denganmu." ucapku sambil melirik kearah Abin dengan sinis.

"Terserahmu saja. Lagipula tidak ada untung atau ruginya bagiku jika kamu percaya atau tidak." balas Abin. Aku hanya diam karena sudah terlalu kesal dengan lelaki ini.

"Abin! tidak baik berbicara seperti itu apalagi kepada seorang gadis. Kamu secara tidak sadar menyinggung perasaannya." tegur Chan yang terlihat seperti seorang kakak lelaki sedang memarahi adiknya. Dan benar saja yang dimarahi tidak melawan tetapi mendengarkan teguran itu.

Bloom [ Seo Changbin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang