Kini Aku dan Abin telah berada di dalam mobil Jeep Wrangler Rubicon berwarna hitam yang Aku yakini adalah milik Abin. Ini pertama kalinya Aku masuk kedalam mobil yang biasa dikenal saat aku masih kecil dulu dengan sebutan mobil pencuri. Aku tak menyangka didalam ternyata akan terlihat sangat elegan dan dapat kupastikan bahwa harga mobil ini pasti sangat mahal.
Abin kemudian menyalakan mobilnya, menginjak pedal gas agar segera pergi meninggalkan pelataran luas rumah kakek Seoharsa. Dengan masih sedikit kesal karena permintaan sang kakek yang tak terduga, Ia jadi memutar kemudi malas-malasan. Aku sudah menduga akan begini, itu sebabnya aku menolak untuk diantarkan oleh Abin tapi aku merasa tak enak hati jika tetap menolak di depan kakek Seoharsa yang telah memperlakukanku dengan sangat baik.
Sedari tadi Aku dan Abin terduduk diam di dalam mobil yang sedang melaju di sisi jalan. Abin hanya sibuk mengemudi dan fokus pada jalanan di depan. Sementara aku yang berada di sampingnya hanya bisa mematung.
"Asal kamu tau, aku tidak akan pernah setuju..." Ucap Abin membuka pembicaraan dengan ekspresi datar pertanda bahwa ia sedang serius.
Aku menengadah memandang Abin selama beberapa detik sebelum akhirnya mencari objek lain untuk dipandang.
"Aku bukan bocah. Aku punya pilihan sendiri dan hal seperti ini tidak masuk akal. Makanya..." Namun sebelum lelaki itu melanjutkan Aku menyela terlebih dahulu.
"Makanya aku juga tidak menyetujui perjodohan ini. Aku ingin menikah dengan lelaki yang Aku cintai dan juga mencintaiku." Aku menghela napas setelah menyelesaikan perkataanku.
"Bagus kalau begitu kita satu suara." Ucap Abin sambil menatap kearahku.
Dari cerita kakek Seoharsa dapat kusimpulkan bahwa Abin adalah seorang lelaki yang pintar, tampan dan mapan di usianya yang masih cukup muda. Aku bahkan yakin Abin mungkin saja memiliki seorang kekasih dan perjodohan ini hanya akan membawa kepahitan.
"Tanpa dijodohkan pun aku sebenarnya sebentar lagi mau menikah, tapi kakek keburu punya ide gila ini." Abin menambahkan alasan yang lain.
"Aku mengerti. Aku sudah bilang aku juga tidak setuju dengan perjodohan ini." Aku benar-benar ingin lelaki ini tau bahwa aku sudah paham dan tak perlu lagi menjelaskan berbagai alasan.
"Dan satu lagi, jangan sebut Aku lelaki mesum. Waktu itu bahkan Aku mencoba untuk menolongmu. Seharusnya Kamu berterimakasih padaku. Jika Aku mesum daritadi Kamu sudah Aku raba. Bukan hanya itu, Aku mungkin bisa saja menerima perjodohan ini dengan mudah jika Aku mesum seperti yang Kamu tuduhkan. Percaya atau tidak itu terserah padamu." Abin menghela nafas setelah menyelesaikan penjelasannya. Ia begitu risih dituduh sebagai lelaki mesum apalagi jelas-jelas ia berniat menolong.
"Baiklah Aku akan mencoba percaya dengan yang Kamu katakan." Balasku karena menurutku penjelasannya cukup masuk akal namun Aku tetap tidak percaya seutuhnya sebelum Aku menemukan bukti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom [ Seo Changbin ]
RomanceLelaki itu begitu rumit. Ini aneh dan sulit untuk dijelaskan namun keinginanku untuk selalu bersamanya di setiap menit begitu kuat sehingga terkadang aku takut pada diriku sendiri.