10

156 36 0
                                    

"BODOH!"

Jihan dan Wawan yang sedang duduk di sofa asik memakani pizza kompak terlonjak kaget. Tidak hanya mereka berdua, yang lain juga sama kagetnya.

Keduanya langsung menoleh pada Jinan —yang barusan teriak, dan Didin yang tadi langsung menarik Ajun ke pojok ruangan. Entah apa yang mereka bahas.

"Napa dah?" tanya Jihan menggigit pizza nya.

Jinan meringis kecil, "nggak, nggak. Lanjut makan aja." katanya tersenyum kemudian kembali menoleh pada Ajun dan menabok pemuda itu.

Yang ditabok cuman memanyunkan bibirnya pasrah.

Jihan mengernyit, "aneh." gumamnya menggeleng pelan, kemudian kembali memakani pizza nya.

"Keknya lebih aneh kalo mereka gak aneh." celetuk Wawan mengambil potongan pizza lagi, entah sudah yang ke berapa.

"Bener juga." kata Jihan mengangguk-angguk kecil.

Jihan mengangkat kepalanya, seperti mendengar suara kedatangan orang lain. Ia melebarkan mata melihat Satria dan Jamal yang akhirnya datang.

Dengan segera Jihan mendorong Wawan, "sana lo pindah ke tempat lain."

Wawan yang mulutnya sedang penuh dengan pizza langsung mendelik. Apaan kok dia tiba-tiba di usir?

"Cepat ih," kata Jihan makin mendorong-dorong Wawan, ia menoleh begitu mendengar Satria sudah dipanggil Yaya untuk duduk di sebelahnya.

"Kak Satria sini dong!"

Semua nya langsung terdiam. Jinan yang tadinya sedang mengomeli Ajun juga jadi berhenti dan menoleh.

Ajun? Sudah ternganga.

Kenapa gadis itu memanggil Satria?!

Bahkan sejak mereka tiba di rumah Yaya, Jihan sama sekali tidak memperhatikan Ajun dan sibuk dengan makanan di atas meja bersama Wawan.

Satria yang di panggil Jihan jadi mengernyit bingung, ia menoleh pada Jihan kemudian menoleh pada Ajun.

"Kak Satria, sini!" kata Jihan menepuk-nepuk tempat disebelahnya. Wawan sudah pergi bergabung dengan Jeje.

Satria menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, perlahan ia berjalan mendekat.

Jinan, Ajun dan Didin yang tadinya ada di pojok ruangan langsung ke tengah, bergabung dengan yang lainnya.

"Sejak kapan Jihan sama Satria dekat?" tanya Ajun berbisik pada Hartono.

Hartono langsung mengangkat bahu nya, juga baru tau hal ini. Dia tidak ingat pernah melihat Jihan bersama Satria sebelumnya.

Keduanya memang saling kenal tapi tidak seakrab itu.

"Jamal kan sering bareng Satria, pernah liat dia sama Jihan gak?" tanya Dani menoleh pada Jamal.

Jamal langsung menggelengkan kepalanya, tanda tidak. "Satria mana pernah ketemu Jihan di sekolah, kan beda gedung." jawabnya.

"Paling ketemu kalo kita ngumpul terus ngajak Jihan aja kan." sahut Jeje yang dibalas anggukan Wawan yang masih dengan mulut sibuk mengunyah.

Didin melipat tangan di depan dada, satu tangannya mengusap-usap dagu seakan berpikir. "Selema gue mengawasi Jihan juga dia paling sama Hartono atau Alena sih, belum pernah lihat dia ketemu bang Satria."

"Satria juga tau kali bang Ajun naksir Jihan, jadi tenang aja." komentar Sidiq.

"Berarti Jihan yang suka gitu?" tanya Yoda dengan wajah polosnya. Tidak perlu berlama-lama, kepala Yoda langsung mendapat tabokan dari Ajun.


Yaya tertawa melihat itu, "eh tapi bisa jadi." katanya dengan secepat kilat berubah serius. Ia kemudian menggerakkan dagu, membuat yang lain langsung mengikuti.

Yaya menunjuk Jihan yang berbicara sesuatu pada Satria dengan wajah yang berseri-seri.

Ajun jadi memanyunkan bibirnya melihat itu.

Masa sih Jihan naksir Satria? Gantengan juga Ajun kemana-mana.

Yha, Satria emang ganteng tapi bobrok minta ampun. Jihan aja yang gak tau.

Jamal di tengah-tengah mereka tampak seperti ingin berbicara, tapi ia mengurungkan niatnya.

Diam aja deh.

****

Annoying Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang