Angin malam berhembus menerbangkan beberapa helai rambut milikku. Ditengah malam yang hanya diterangi sinar bulan aku duduk meringkuk didepan sebuah gubuk reyot berwarna hitam.
Beberapa serangga malam berlomba-lomba mengeluarkan suara yang menyebabkan hutan terasa lebih mencekam dibandingkan tadi siang.
Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul dipikiranku, bagaimana cara Alodie kecil melewati hari-harinya? Apalagi yang kutahu dia diasingkan semenjak umurnya 7 tahun. Menurutku itu gila, benar-benar gila. Mengapa keluarga Weisten tega membuang anaknya dengan alasan gadis ini adalah gadis terkutuk.
Entahlah, kali ini aku tak perlu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Yang harus aku pikirkan kali ini adalah bagaimana cara untuk mengisi perutku yang sedari tadi keroncongan minta diisi.
Aku menatap pohon mangga yang berada didepan gubuk yang tengah berbuah. Sedari tadi rasanya aku ingin segera memetik buah itu dan memakannya dengan lahap mengingat perutku yang terus meronta minta diisi.
Namun, sebuah pikiran negatif terus menghantuiku. Bagaimana jika buah itu beracun mengingat buah itu telah tersentuh tangan terkutuk ini.
Tapi ... rasa lapar ini semakin lama semakin mendominasi, membuatku mau tak mau melangkah mendekati pohon mangga tersebut.
Glup,
Aku menelan ludah kasar kala melihat buah mangga tersebut dengan jarak yang semakin dekat. Tanpa membuang waktu aku segera memetik mangga dari dahan yang paling rendah dan langsung menggigitnya.
Ini manis.
Bahkan rasanya aku tak pernah memakan mangga semanis ini.
Ini benar-benar luar biasa!.
Ketika buah mangga ditangaku telah tandas aku segera memetiknya kembali. Bahkan malam ini aku memakan delapan buah sekaligus.
Hingga suara geraman hewan mengalihkanku dari buah yang masih kumakan setengah.
Suara apa tadi itu?
Aku menatap sekitar dengan was-was. Dari kejauhan aku dapat melihat semak-semak yang sedikit bergoyang.
Langkahku mundur terautur, aku merasa ada bahaya yang mengintai ku. Ketika aku melihat seekor hewan berbulu keluar dari semak tersebut, dengan langkah lebar aku segera berjalan memasuki gubuk dengan pintu yang kubanting sekencang mungkin.
Adrenalinku terpacu kala mengingat bagaimana hewan tersebut menatapku dengan lapar.
Dengan langkah pelan aku menghampiri ranjang yang ada dipojok ruangan. Ranjang ini sangat kusam. Namun tak ada pilihan untukku kali ini. Hanya malam ini. Hanya malam ini aku akan disini.
Aku sudah membuat sebuah keputusan tadi siang. Besok aku akan keluar dari hutan ini dan mencari nyonya Mark.
Aku tak sanggup jika harus menunggu wanita tersebut disini.
***
Pagi ini ketika aku membuka pintu, aku dikejutkan dengan banyaknya hewan yang berada didepan gubuk yang ku tempati semalam.
Burung-burung bertengger di dahan, rusa, babi hutan, kelinci, monyet, dan tupai berada didepan rumah seolah menungguku.
Ada apa ini?
Aku yang masih berdiri didepan pintu menatap bingung ke arah hewan-hewan tersebut.
"Kenapa?" tanyaku.
Anehnya saat aku bertanya binatang-binatang tersebut langsung mengeluarkan suara. Benar-benar aneh, seingatku didalam novel tidak pernah dijelaskan jika Alodie berteman dengan hewan.
Namun, keterkejutanku tak berakhir disana. Tiba-tiba seekor burung elang menghampiriku dengan kakinya yang mencengkram ikan, dan yang membuatku terkejut adalah ketika ikan itu dilepasnya tepat berada di depanku.
Aku menatap kejadian tersebut dengan wajah bingung. Apalagi ketika mendapati ikan tersebut masih bergerak-gerak seolah baru saja diambil dari sungai.
"M-maksudnya apa, nih?"
Bodoh memang, sudah tahu mereka hewan yang tentunya tidak akan bisa menjawab pertanyaanku, tapi aku malah bertanya.
Kejadian seperti tadi terulang kembali. Seolah hewan-hewan tersebut menjawab pertanyaanku, mereka mengeluarkan suara mereka masing-masing.
Dunia ini benar-benar tak masuk akal. Disini aku berasa menjadi tokoh dalam disney.
***
Seperti ucapanku semalam, hari ini aku berencana untuk mencari nyonya Mark. Berbekalkan beberapa pakaian dan buah-buahan yang ku bungkus menggunakan kain lebar yang ku bentuk menyerupai tas.
Dengan pakaian serba hitam aku berjalan meninggalkan pekarangan gubuk dengan langkah lebar, jangan lupakan dengan beberapa hewan yang kini terus mengekoriku. Entah apa yang mereka inginkan, sedari tadi mereka terus mengekoriku seolah aku adalah induknya.
Beberapa kali aku berhenti dan melambaikan tangan mengusir mereka, tapi lihat ... Mereka hanya menatapku seolah tak memiliki rasa takut sedikitpun. Padahal dulu ketika aku belum memasuki dunia ini, hewan-hewan seperti mereka ini sangat takut dengan manusia. Tapi, apa ini? Bahkan mereka kini mengerumuniku, malahan ada juga yang mengendus-endus kakiku. Benar-benar menyebalkan!.
Menghela nafas pelan, aku kembali berjalan dengan mengabaikan hewan-hewan tersebut yang terus saja mengeluarkan suara.
"Kenapa?" tanyaku. "Kalian tidak rela aku pergi dari sini?"
Tak ada sahutan, padahal sebelumnya hewan-hewan ini sangat berisik.
"Jawab dong! Aku tuh nggak betah disini, nggak punya teman."
Aku yang melihat mereka hanya diam, memilih melanjutkan langkah meniti jalan setapak yang ada di depanku.
Langkahku yang semula ringan kini terhenti. Sebuah pemikiran yang sebelumnya tidak terlintas dipikiranku terus terngiang-ngiang. Bagaimana jika aku tidak menemukan nyonya Mark? Bagaimana jika aku pergi, alur cerita ini akan berubah?
Tidak, tidak. Keputusanku sudah bulat. Aku akan mencarinya. Tidak perduli dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Aku tidak ingin kejadian seperti semalam terjadi lagi, walaupun semalam hewan tersebut tidak menggangu tapi aku cukup ketakutan dengan itu.
"Hei, teman-teman." Aku berbalik, menatap hewan-hewan tersebut. "Aku akan pergi dari hutan ini, doakan semoga aku bertemu dengan nyonya Mark agar aku cepat menguasai kekuatan ini."
Siapa sangka setelah aku mengucapkan kalimat tersebut, hewan-hewan itu langsung mengerubungiku dan mengeluarkan suaranya. Aku tersenyum. Aku telah menemukan alasan Alodie dapat bertahan ditempat ini sendirian. Ternyata ini. Hewan-hewan ini adalah temannya selama ini.
"Terima kasih telah menjadi sahabat Alodie selama ini." ucapku tulus. "Apa aku boleh bertanya?"
"Kira-kira aku harus berjalan kearah mana agar bertemu dengan Nyonya Mark?" tanyaku setelah jeda beberapa saat.
Benar-benar luar biasa, meraka langsung bergerak kearah kiri seolah menunjukkan jalan kepadaku.
"Terimakasih, kalian cukup mengantarku sampai sini. Aku akan berjalan kesana sendiri. Jaga diri kalian baik-baik."
Aku berjalan menjauh seraya melambaikan tangan. Mereka benar-benar mengikuti perintahku kali ini. Mereka menatapku, seolah-oleh melepaskan kepergian saudara mereka.
Tunggu aku Nyonya Mark, mari kita hancurkan dunia ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Terkutuk [HIATUS]
FantasyAlodie Weisten adalah gadis terkutuk. Segala sesuatu yang tersentuh tanganya akan berubah menjadi hitam. Bahkan karena hal itu pula kini dia harus diasingkan, diasingkan dari hiruk pikuk dunia. Hidup ditengah hutan belantara yang hanya ada dia dan b...