Beberapa orang bergerombol menyaksikan seorang gadis yang baru saja membuka mata dari tidur panjangnya. Gadis yang tak lain bernama Ceysa itu menatap sekitar dengan kerutan samar.
Seorang wanita paruh baya mengulas senyum kala melihat gadis itu telah terbangun dari tidur panjangnya.
Ceysa menggerang, "Ibu ...."
Beberapa orang berbisik-bisik kala Ceysa melontarkan sebuah kata dari bibir mungilnya.
"Kenapa banyak orang berkumpul disini, Bu?"
Bukannya menjawab, wanita paruh baya yang tak lain bernama Markuin Scoot itu masih menatap sang putri dengan senyum merekah dan wajah yang berseri-seri.
"Kau diserang seseorang saat perjalanan menuju Workston," Bukan, bukan Mark yang menjawab, akan tetapi pria yang berdiri disamping Ceysa, Tyler Scoot--anak pertama dari Markuin Scoot.
Workston adalah sebuah desa yang ada dikaki gunung Waukit, gunung yang memiliki jarak cukup jauh dari kota ini.
"Kau tidak sadarkan diri berbulan-bulan lamanya." Tambah Tyler.
Dari sini aku dapat melihat keterkejutan diwajah Ceysa, gadis itu menatap sang Kakak dengan pandangan bingung. "Bag ... k-kenapa bisa?"
Aku mendengus pelan. Pertanyaan unfaedah, batinku.
Aku yang tak ingin ikut campur melangkahkan kaki meninggalkan ruangan penuh drama itu dan memilih mengekori seorang pelayan yang mengantarku ke ruangan yang akan menjadi kamarku selama aku tinggal disini.
Ya, aku Alodie Weisten sang gadis terkutuk akan tinggal dikediaman super megah milik keluarga Scott, sang bangsawan terhormat di wilayah ini.
Pelayan didepanku berhenti disalah satu pintu besar berwarna coklat lalu membukanya.
"Silahkan masuk, Nona." ucapnya sembari menunduk.
Dalam pikiran, aku sama sekali tidak pernah berpikir orang-orang akan memperlakukanku dengan baik, mengingat didalam novel saat Alodie baru menginjakkan kaki dikediaman Scott orang-orang menatapnya dengan pandangan remeh. Namun entah mengapa, beberapa saat lalu ketika aku menginjakkan kaki dikediaman Scoot, orang-orang yang seharusnya menatapku mencemooh malah menunduk hormat seolah aku--Alodie Weisten pantas untuk mendapatkan semua itu.
"Ini kamar milik Nona," pelayan wanita yang kutaksir memiliki usia yang hampir sama denganku berbicara dengan menunduk. "Saya pamit undur diri, Nona." tambahnya sembari membungkuk hormat.
Selepas kepergian pelayan tersebut aku langsung berlari dan menghempaskan tubuh dikasur. Kasur dengan seprai berwarna putih serta kelambu yang menggantung dibeberapa sisi kasur tersebut, bahkan dibagian atasnya terdapat sesuatu seperti atap yang tidak kuketahui namanya.
Jujur saja, ini rasanya sangat nyaman mengingat berhari-hari aku hanya tertidur dengan beralaskan dedaunan.
Setelah aku puas berbaring, barulah aku memperhatikan keadaan dikamar ini. Dinding berwarna putih gading dengan bebepa lukisan, lampu tidur dinakas samping ranjang, serta beberapa benda-benda yang tak kuketahui namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Terkutuk [HIATUS]
FantasíaAlodie Weisten adalah gadis terkutuk. Segala sesuatu yang tersentuh tanganya akan berubah menjadi hitam. Bahkan karena hal itu pula kini dia harus diasingkan, diasingkan dari hiruk pikuk dunia. Hidup ditengah hutan belantara yang hanya ada dia dan b...