Perjalanan

85 35 11
                                    

Sore telah menyapa kala aku menginjakkan kaki di perbatasan antara hutan hitam dan pedesaan yang ada disebelah kiri hutan. Namun, aku tak mungkin bermalam disini. Aku harus pergi sejauh mungkin agar orang-orang tak mengetahui keberadaanku. Aku sangat yakin, jika orang-orang mengetahui aku keluar dari hutan hitam dan pergi ke wilayahnya, mereka pasti akan mengusirku dari sini. 

Untungnya Nyonya Mark bukanlah orang yang tinggal di daerah ini. Dari yang kubaca, beliau tinggal dipusat kota yang artinya aku harus menempuh waktu berhari-hari untuk sampai kesana jika berjalan kaki.

Nyonya Mark merupakan seorang bangsawan dengan kekuatan sihir. Beliau merupakan seorang janda, walaupun demikian dia sangat disegani karena kekuatan sihirnya yang sangat hebat. Alasan itu pula yang menyebabkan Nyonya Mark dapat membantuku untuk mengendalikan kekuatan yang katanya sebuah kutukan ini. Selain itu Nyonya Mark memiliki kesamaan denganku, dia memiliki dendam yang berkobar di dadanya. Sebuah dendam yang akan membawa kehancuran. 

Ketik aku berpapasan dengan beberapa warga, mereka menatapku dengan pandangan menelisik. Aku yakin mereka curiga. Bagaimana tidak curiga jika pakaian yang melekat pada tubuhku keseluruhan berwarna hitam, bahkan kain yang ada di tanganku yang kugunakan untuk membungkus beberapa pakaian juga berwarna hitam.  Intinya aku sangat mencolok disini. Iya, iya aku tau sebenarnya hitam itu tidak mencolok, hitam adalah warna netral. Tapi ini berbeda, mungkin jika diduniaku dulu, warna hitam sangat keren untuk dipakai apalagi yang memakainya berwajah tampan. Namun, disini berbeda. Menurut kepercayaan masyarakat yang ada disini, warna hitam akan mendatangkan sebuah bencana. Oleh sebab itu masyarakat yang ada disini jarang atau bahkan tidak pernah memakai pakaian dengan warna tersebut, dan alasan itu juga yang kini membuatku menjadi pusat perhatian. 

Setiap aku melangkahkan kaki orang-orang menatapku curiga. Ayolah, kumohon semoga mereka tak ada yang menyadari jika aku adalah Alodie sang gadis terkutuk. Setidaknya sampai aku bertemu dengan Nyonya Mark.

Jujur saja, kakiku rasanya sangat sakit mengingat aku telah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Bahkan sejak aku melangkah meninggalkan gubuk, aku tak sedikitpun berhenti untuk beristirahat. Ingin rasanya berhenti sebentar hanya untuk sekedar beristirahat atau meminta minum ke warga. Tapi aku takut. Takut jika mereka akan menyadari jika aku adalah sang gadis terkutuk. 

Aku terus melangkah walaupun kini aku berjalan dengan sedikit menyeret kaki. Aku harus mencari tempat sepi untuk beristirahat dan memakan beberapa buah yang aku bawa dari hutan tadi. Tapi dimana? Perumahan disini sangat padat yang menyebabkan tak ada celah untukku bersembunyi. 

Sekitar lima ratus meter aku berjalan, barulah aku menemukan sebuah semak yang cukup rimbun. Aku berharap semak itu dapat menyembunyikan aku dari orang-orang, berhubung kini hari sudah beranjak malam. 

Srek...

Aku menyibak semak-semak dengan perlahan.

Tanpa membuang waktu aku langsung mendudukkan diri dengan kaki yang kuluruskan ke depan. 

Meraih buah mangga dan menggigitnya perlahan. Mangga ini benar-benar membuatku terlena, aku yang semula sangat lemas kini memiliki tenaga ekstra yang akan membuatku mungkin sanggup berjalan sekitar lima kilo lagi. 

Tapi ... aku butuh air. 

Dimana aku harus mendapatkan air? Tidak mungkin aku meminta air kepada warga, yang ada mereka akan mengetahui jati diriku saat aku baru menyentuh gelas. 

Jadi ... 

Srek ... Srek ...

Aku menatap sekitar dengan was-was kala mendengar suara langkah mendekat.

"Loh, ini kenapa kok warnanya jadi hitam? Padahal tadi siang masih hijau." 

Samar-samar aku mendengar suara dari balik semak-semak, sepertinya itu suara seorang anak kecil. 

Gadis Terkutuk [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang