Sang gadis terkutuk

136 42 11
                                    


Kicauan burung, deru air, panas matahari semua menjadi satu irama yang sangat menganggu. Namun, entah mengapa kebisingan tersebut tak mampu membuatku terbangun dari belenggu yang membuat mataku terus terpejam.

Sekuat tenaga aku kembali membuka mata. Namun nihil. Mata ini terus terpejam seakan tak bisa terbuka. Kucoba menggerakkan jari, akan tetapi hasilnya sama, tak ada tanda-tanda tubuh ini akan bekerjasama denganku.

Sebenarnya dimana ini? Mengapa deru air mengalir terdengar sangat jelas di telingaku. Bahkan yang kurasakan sepertinya tempatku berbaring terasa ... lembab.

Perlahan namun pasti, aku kembali menggerakkan kelopak mata.

Berhasil, kali ini berhasil. Akan tetapi saat kelopak mataku terangkat aku langsung disambut dengan cahaya terang yang membuatku kembali memejamkan mata. Beberapa saat berlalu, aku kembali membuka mata, ini sudah tidak separah tadi. Pandanganku yang semula mengabur, perlahan-lahan menjernih. Aku melirik sekitar yang sangat asing di mataku. Pepohonan menjulang tinggi dengan daun yang menghitam, disampingku mengalir sungai dengan air yang ... hitam?

Aku kembali mengerjapkan mata, memastikan apakah yang kulihat benar. Namun, apa ini? semuanya masih sama.

Tubuh yang semula tak dapat aku gerakkan kini telah berhasil ku kendalikan. Aku yang ingin segera mengetahui keberadaanku segera mendudukkan diri yang langsung membuatku merasa pening. Namun, saat rasa pening tersebut telah hilang,  semuanya menjadi jelas. Disini serba hitam, benar-benar hitam. Tempat apa ini? Bahkan gaun yang aku kenakan berwarna hitam.

Aku berjalan tertatih menuju sungai. Benar-benar aneh, air disini berwarna hitam seakan terkena limbah. Aku menyentuh permukaan air tersebut yang ternyata sangat dingin. Ini seperti air biasa, tapi mengapa berwarna hitam?

Aku yang masih bingung menatap ke atas dan menemukan gumpalan awan yang berwarna putih. Rupanya awan adalah satu-satunya yang tidak berwarna hitam disini.

Eh, Salah.

Setelah aku lebih memperhatikan keadaan sekitar ternyata dikejauhan terdapat pohon yang remang-remang berwarna hijau. Kupertajam penglihatanku, memastikan apakah aku tak salah melihat.

Setelah memastikan aku tak salah lihat, senyumku merekah, dan tanpa membuang waktu aku melangkahkan kaki lebar-lebar untuk segera mencapai tempat tersebut.

Setibanya aku diperbatasan yang membatasi wilayah serba hitam dan daerah yang berwarna semestinya, senyumku merekah semakin lebar. Ini yang kucari sedari tadi. Tak jauh dari sini aku dapat melihat pemukiman warga yang terbuat dari kayu. Sebentar, apa tadi? Dari kayu? Aku mengerjap, aku tidak salah lihat bukan? Ini benar-benar dari kayu. Dimana sebenarnya ini? Setauku didaerahku sama sekali tak ada rumah yang terbuat dari kayu seperti ini.

Ah, sekarang aku tidak perlu memikirkan itu. Kali ini aku hanya perlu bertanya kepada orang tentang dimana keberadaanku sekarang, dan meminjam HP untuk menghubungi kakak agar segera menjemputku.

Kakak? Tiba-tiba sebuah memori berkelabat dipikiranku yang langsung membuatku refleks menyentuh dada bagian kiri. Tidak ada apa-apa disini, berarti tadi itu hanya mimpi. Ya, itu mimpi. Tidak mungkin Kakak akan melakukan semua itu kepadaku.

Aku menggeleng, menghalau pikiran buruk yang terus berkecamuk di benakku. Daripada memikirkan hal yang belum tentu terjadi, aku berjalan menyusuri jalan setapak menuju perumahan warga.

Setibanya di pemukiman warga, aku mendapati beberapa orang berkumpul. Aku yang ingin segera mengetahui dimana keberadaanku sekarang, melangkahkan kaki mendekati mereka. Namun, entah mengapa saat aku telah memangkas jarak antara aku dan kerumunan tersebut, orang-orang tersebut menatapku dengan sorot yang yang sarat akan kebencian. Kenapa?

Gadis Terkutuk [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang