~~Solidaritas harus menjadi Prioritas~~
Cewek cupu itu menyeka air mata di pipinya saat tiba di hadapan sebuah rumah mewah besar. Bukan rumahnya, melainkan rumah milik sahabatnya.
Ia melangkah masuk dengan ekspresi datar dan dingin.
Clekk!!
Handel pintu dibuka. Nampak diruang tamu rumah terdapat tiga orang cewek yang tengah duduk nonton sinetron, langsung menatapnya.
"Lemon? Nape lu?" Cewek bernama lengkap Mikayla Jody sang pemilik rumah segera menghampirinya begitu juga dua cewek yang lain.
Lucia Karlimedina namanya. Dipanggil Lime tapi teman-temannya memanggil dia dengan sebutan Lemon.
"Abis mandi di sungai lu?" timpal cewek yang satu bernama Nadya Marabella.
"Ternyata nyamar jadi cupu di sekolah itu bukan ide yang bagus," balas Lime membuat teman-temannya tertawa terpingkal.
"Coba bilang ama gue, siapa yang ngerjain lu?" Masih dengan tawa tersisa, cewek bernama Felycia Qamella bertanya.
"Ya semuanya lah!" Lime berjalan mendekati sofa dan mendudukinya diikuti oleh ketiga sahabatnya. "Mana jadi bahan tontonan, lagi!" Lime menaikkan kaki kanannya di atas paha kirinya sembari meminum jus jeruk yang tersedia di meja.
Fely, Nadya, dan Kayla kembali tertawa.
"Gue bilang juga apa? Kagak usah pake nyamar-nyamar segala!" Nadya berucap sambil tertawa.
Lime mengambil biskuit dan menyumpalnya ke mulut Nadya hingga cewek itu berhenti tertawa karena tersedak.
"Uhuk! Uhuk!" Nadya memegang tenggorokannya dan segera meminum jusnya.
Kini giliran Lime yang tertawa terbahak melihat sahabatnya itu menderita. Benar-benar teman yang saling tega satu sama lain!
"Mau bunuh gue, lu?" Nadya menarik kepang pendek Lime.
"Sakit, njrit!" seru Lime ikut menarik rambut panjang Nadya yang dikucir kuda.
Sementara Felycia dan Kayla hanya menonton kejadian itu sambil tertawa.
"Eh ada apaan nih? Kok pada ribut?" Datang seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu dari Mikayla bernama Dilla.
Lime dan Nadya berhenti melakukan aktivitasnya. Mereka menoleh ke arah Dilla yang membawa senampan kue, begitu juga Felycia dan Kayla.
"Eh nggak, Tante. Cuman bercanda doang!" sahut Nadya.
"Ooh.. becanda, kirain beneran!" Dilla meletakkan nampan itu di atas meja sembari ikut bergabung dengan mereka.
"Eh, Lime kenapa basah kuyup gitu?" Dilla mengalihkan perhatiannya pada Lime.
"Ah, nggak apa-apa kok, Tan. Tadi abis main ujan-ujanan," dalih Lime.
"Ujan? Perasaan, nggak ujan deh," balas Dilla.
"Eh? Nggak ujan ya, Tan? Ya udah kalo gitu mandi di sungai aja deh," jawab Lime sekenanya.
"Ah elah, Mon. Nggak pinter boong lu!" sahut Felycia. Mereka semua tertawa.
"Ya udah, Tan. Lime mau numpang mandi dulu yak," pamit Lime.
"Iya sono mandi! Bau lu udah kayak ketek Spongebob!" ujar Nadya.
"Emang lu pernah nyium keteknya Spongebob?" tanya Lime sambil berjalan menuju kamar mandi.
"Nggak."
🖤🖤🖤
"Udah, Mon. Kita bantai aja mereka besok!" ucap Felycia saat berada di kamar Kayla.
"Ya hayuk!" balas Lime memainkan hapenya. Kini ia memakai celana jins hitam robek- robek dibagian lututnya dengan kaos berwarna senada dan kemeja yang diikatkan pada pinggangnya. Dilehernya menempel kalung choker. Rambut pendeknya dikucir menjadi dua bagian.
"Iya nih. Gue udah lama nggak ngebasahin tulang kering orang," sahut Kayla.
"Oke juga. Ya udah, besok capcus ke sekolah lu," ujar Nadya sibuk nonton drakor.
"Mumpung besok kagak ada guru. Soalnya semua guru di sekolah SMA pada rapat penting sampe jam sembilan pagi. Jadi kita bisa puas-puasin ngerjain mereka," tambah Nadya.
"Terserah kalian dah. Gue cuman mau ngikut aja," balas Lime.
🖤🖤🖤
Lime, Nadya, dan Felycia pamit pulang pada Dilla saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Mereka biasa nongkrong di rumah Kayla kalo nggak ada kegiatan di luar.
Apa yang mereka lakukan?
Kalo nggak main PS, pasti nge-dj diruang musik rumah Kayla yang kedap suara.
Beberapa menit kemudian, Lime sampai dirumah sederhana lantai dua yang merupakan rumahnya. Dia tinggal bersama kakaknya bernama Muhammad Ali Wildan. Kedua orang tuanya berada diluar negeri.
Lime mengendap-endap memasuki rumahnya yang belum dikunci. Kalau dia sampai ketahuan kakaknya, pasti dia bakal dikasih tausyiah panjang sampe nggak akan ada waktu buat tidur malam.
Kepribadian Lime dengan sang kakak sangat berbeda, karena Wildan adalah lulusan pesantren dan telah menjadi Ustadz tugasan.
Keadaan rumahnya gelap karena lampu sudah pada dimatikan.
Baru saja akan membuka pintu kamarnya, Lime dikejutkan dengan suara lelaki yang berdeham. Dia perlahan menoleh dan mendapati lelaki sedang duduk di sofa memperhatikan gerak-geriknya.
"Aabang..." Lime cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bang Wildan kenapa nggak tidur?" Lime berusaha memecahkan suasana horror itu.
Wildan berdiri dan berjalan menghampiri adiknya yang masih bergeming ditempat. "Udah berapa kali Abang bilang, Jangan pulang malem," ucap Wildan santai tapi membunuh.
"Iya, iya, Bang. Abis ini janji deh, nggak kemaleman lagi pulangnya." Lime mengangkat dua jarinya di atas kepala.
Wildan mendengus. "Abang nggak percaya lagi sama janji kamu. Udah berkali-kali kamu janji buat nggak pulang malem. Tapi nyatanya apa sekarang? Kamu malah pulang lebih malem dari biasanya." Wildan membuka tausyiah.
Lime menghela napas lesu. "Mulai deh ceramahnya," ucapnya tanpa menatap sang kakak.
"Me, kamu sekarang tanggung jawab Abang. Abang harus ngejaga kamu supaya nggak kelewat batas."
"Kayaknya nggak ada cara lain..." Wildan menggantung ucapannya. "Kamu akan Abang titipkan di pesantren seperti yang Ayah suruh," sambungnya.
"Apa, Bang? Lime masuk pesantren?" Lime ternganga.
"Kamu jangan nolak! Abang akan masukin kamu ke pesantren dalam waktu satu minggu lagi. Jadi kamu lakuin apa aja yang kamu suka selama satu minggu ini sepuasnya. Karena setelah itu, kamu nggak akan bisa ngelakuin apapun," tambah Wildan tegas. Ia berjalan menuju kamarnya yang berhadapan dengan kamar Lime.
"Iih.. Abang kok gitu sih? Jangan dong, Bang! Lime janji nggak bakal nakal lagi!" mohon Lime sok melas sambil mengikuti langkah kakaknya.
"Nggak bisa, Lime. Keputusan Ayah, Bunda dan Abang udah bulet! Kalo kamu nggak mau, semua fasilitas kamu akan Abang sita selamanya!" ucap Wildan tegas sambil menutup pintu kamarnya. (Kalo selamanya bukan disita, itu mah diambil🙄🤣)
"Abang! Abang!" teriak Lime menggedor-gedor pintu kamar Wildan. "Iih.. Abang jahat banget sih!" dengkus Lime kemudian kembali ke kamarnya.
🍋🍋🍋
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik-Cantik Berandal (Trailer)
Teen FictionWarna-warni kehidupan seorang Lime bersama tiga sahabat konyolnya yang sering dianggap cewek berandal karena berpenampilan layaknya preman. Namun tidak masalah. Lime and Friends tidak peduli asalkan mereka bisa membahagiakan keluarga masing-masing...